Snowi melihat pemiliknya yang sedang bercermin sejak tadi. Isma sepertinya masih bingung memilih baju apa yang cocok untuk hari ini. Lagipula ini adalah pertama kalinya, ia jalan berdua dengan Rio. Sejak pertemuannya yang lalu, ia sudah memberitahu alamat rumahnya agar Rio bisa menjemputnya. Sekarang, ia sudah memilih baju mana yang akan dikenakannya. Setelah dirasa siap, Isma segera menunggu kedatangan Rio di ruang tamu.
"Wah, anak mama udah cantik. Mau kemana Nak?" tanya Mama yang kebetulan baru datang dari pasar.
"Iya, Ma. Hari ini Isma mau jalan jalan sebentar".
"Sama pacar ya?" goda Mama Isma.
"Nggak kok Ma. Mama apa-apaan sih? Cuma temen aja kok", ucap Isma yang sedang salah tingkah mendengar perkataan dari mamanya.
Sebelum Mama Isma bertanya lagi, terdengar suara motor yang berhenti di depan rumahnya.
"Ah, itu dia orangnya. Ma, Pa, aku berangkat dulu ya", pamit Isma kepada Papa dan Mamanya.
Mereka berdua penasaran oleh orang yang sudah menjemput Isma. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengantar anaknya sampai ke teras. Dan ketika Rio membuka helmnya, mereka berdua pun terkejut tak terkecuali Rio.
"Pak Gunawan, Bu Wina?" sapa Rio yang masih kaget.
"Lho Nak Rio kamu kenal sama Isma?" tanya Papa Isma yang juga kaget.
Isma merasa bingung dan memandangi mereka secara bergantian.
"Sebentar, kenapa Papa sama Mama bisa kenal sama Rio?" tanya Isma yang semakin heran.
Beruntung diantara mereka bertiga, hanya Mama Isma yang cepat pulih dari keterkejutannya.
"Hahaha, Mama kan sudah lama jadi langganan di Ibunya Rio, ya kan Nak? Jadi Papa sama Mama bisa kenal juga dengan Rio. Lah kamu sendiri kok bisa kenal sama dia?" tanya Mama balik.
Karena Isma masih bingung, akhirnya Rio yang menjelaskan kepada mereka berdua perihal sudah kenal satu sama lain.
"Waktu itu kita juga nggak sengaja berkenalan saat berada di taman. Karena Isma penasaran dengan kucingku yang ada di kios, ia akhirnya datang sendiri ke tempat tersebut, nah dari situ kita bisa akrab", jawab Rio.
Papa Isma yang mendengar jawaban dari Rio pun senang saat mengetahui anaknya juga saling kenal.
"Wah kok bisa kebetulan ya?" kata Papa Isma.
"Ya sudah Pa, Ma. Isma berangkat dulu ya", pamit Isma lagi.
Rio pun juga menghampiri ke arah kedua orang tua Isma guna berpamitan.
"Saya ajak Isma keluar dulu ya Pak, Bu", pamit Rio dengan sopan.
Papa dan Mama Isma pun mengangguk senang dan tidak keberatan jika anaknya pergi keluar dengan Rio.
"Ya, Nak. Hati-hati di jalan ya!" seru Papa Isma.
"Nak Rio, tante minta tolong kamu buat jaga Isma ya, selamat berkencan semoga menyenangkan", ucap Mama Isma sambil menggoda anaknya.
"Ih, Mama apa-apaan sih. Udah Mas kita berangkat yuk!" kata Isma yang semakin malu mendengar ucapan dari kedua orang tuanya.
Rio pun menjalankan motor kesayangannya dan mengangguk ke arah Papa dan Mama Isma, setelah itu mereka sudah berada di jalanan yang ramai. Di dalam perjalanan, mereka sempat terdiam sebentar, Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya Isma yang mengajak Rio untuk mengobrol.
"Jujur saja aku kaget sekali saat mengetahui bahwa kamu selama ini sudah kenal dengan kedua orang tuaku".
Rio segera menganggukkan kepalanya dan sesekali menatap ke arah spion agar bisa berbicara dengan Isma.
"Ya, sudah lama aku mengenal beliau. Aku juga kaget ternyata mereka adalah orang tuamu, Isma. Dunia memang sempit sekali", jawab Rio dengan nada senang.
"Hei, kenapa kedengarannya kamu terlihat senang begitu, Mas?" tanya Isma yang memang berniat untuk menggoda lelaki yang ada di depannya itu.
Rio salah tingkah saat Isma menanyakan hal itu. Ia tidak tahu harus berkata jujur atau tidak.
"Tentu saja aku senang. Selain aku bisa berkenalan dengan mereka, ternyata aku juga bisa berkenalan dengan anak gadisnya yang manis", kata Rio sambil melirik ke kaca spion ingin mengetahui reaksi dari gadis tersebut.
Isma yang diboncengnya pun merasa bahwa pipinya memerah, ia tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu darinya.
"Oh, ya dan juga kucingnya yang lucu", lanjut Rio sambil tersenyum.
Isma hanya tertawa mendengar perkataan dari Rio.
"Hahaha, kamu bisa-bisa saja, Mas".
Rio pun tertawa melihat tingkah laku Isma yang sedang malu itu.
"Mas, aku ingin meminta sesuatu kepada mu?" usul Isma.
"Apa itu?", tanya Rio sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Bagaimana kalau kita selesai jalan jalan nanti, biarkan aku mampir ke rumahmu. Ah sekalian juga mampir ke kios ingin melihat mereka lagi".
"Hah, kenapa kau ingin ke rumahku?"
"Ya, untuk berkenalan dengan kedua orang tua Mas Rio. Bolehkah?"
Rio sempat terdiam sebentar, karena merasa gugup dengan usul Isma yang tiba-tiba ingin datang ke rumahnya. Namun, usulan dari gadis itu tidak ditolak malah dengan senang hati Rio menerima ajakan Isma.
"Baiklah kalau begitu. Nanti akan kuajak kau untuk mampir ke rumahku dan berkenalan dengan mereka", jawab Rio dengan mantap.
"Terima kasih sudah menerima tawaran ku".
Mereka berdua segera membelah jalanan yang ramai itu untuk menghabiskan hari libur dengan bersenang-senang. Hati Rio dan hati Isma pun memang merasakan hal yang sama, hanya menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan rasa itu.