Hari yang dinantikan pun tiba. Snowi yang sejak tadi memutar otak agar Isma mau datang ke pasar untuk sesuai rencana dengan memberanikan diri, ia menghampiri pemiliknya yang sedang sibuk membaca buku itu.
"Meong", sapa Snowi.
Isma merasa jika kucing kesayangannya sedang memanggil dirinya pun segera menoleh.
"Ada apa Snowi? Kau kan sudah makan", tanya Isma sambil tetap membaca bukunya.
Snowi segera mencari ide, agar pamiliknya paham apa yang ia maksud.
"Meonggg", ucapnya lagi.
"Oh, aku tahu kau mau aku pergi ke taman itu lagi kan?"
Snowi segera mengangguk dengan semangat. Untuk sementara, rencananya adalah mengajak Isma untuk pergi keluar terlebih dahulu, selanjutnya ia harus memikirkannya lagi.
"Baiklah, aku akan menggantikan pakaianku", jawab Isma sambil menutup bukunya. Ia segera pergi ke kamar untuk berganti pakaian yang cocok. Snowi tidak sabar untuk mengajak Isma ke pasar.
Sementara itu, Gareng sudah berada di depan kios agar bisa melihat jika pemiliknya sudah datang, tugas Gareng adalah menahan Rio selama mungkin guna mempertemukan dengan pemilik Snowi. Sudah beberapa menit, Rio tidak kunjung datang. Ia takut jika Rio tiba-tiba ada rencana mendadak yang mengharuskannya untuk pergi berarti sia-sia saja rencana yang sudah dibuat selama ini. Untuk suasana pasar terlihat sangat sepi, jarang ada orang yang melewati pasar ini.
Gareng merasa gelisah saat menunggu kedatangan Rio. Ia terus menengok ke arah parkiran motor yang biasanya Rio gunakan.
"Kumohon cepatlah datang", harap Gareng dengan cemas. Hari sudah semakin terik namun udara masih belum panas sepenuhnya. Ia sudah agak pupus dengan harapannya, karena yang dinantikan tak juga kunjung muncul di hadapannya.
Namun disaat ia sudah ingin berbalik untuk menuju ke kandangnya tiba-tiba ada suara motor dari kejauhan. Gareng yang mendengar itu merasa tidak asing dengan suaranya, dan ternyata benar saja itu adalah motor kesayangan Rio. Saat Gareng melihat siapa yang datang, ia pun merasa senang sekali berarti tugasnya kali ini adalah menahan Rio selam mungkin sampai Snowi dan pemiliknya datang kesini.
"Semoga Snowi rencananya berhasil juga", gumam Gareng.
Rio sudah sampai di kios milik ibunya, segera ia memberi makan berupa ayam rebus yang telah disuwir menjadi beberapa bagian dan diletakkan di dalam wadah masing-masing. Gareng yang memang sudah lapar pun memakannya dengan cekatan bersama anak-anaknya.
Terlihat Rio masih berdiri untuk membereskan isi tasnya, sepertinya ia juga ada rencana untuk bepergian. Gareng masih memantau pergerakan pemiliinya tersebut sambil menyantap makanannya.
"Semoga, Snowi sudah dekat di tempat ini", batin Gareng dalam hati. Sebenarnya Gareng tidak menikmati makanan seperti biasanya, bukan karena bosan namun takut jika rencananya bakal gagal total.
Rio segera memakai tas di pundaknya dan bersiap untuk pergi, namun Gareng dengan sigap menghentikan langkahnya.
"Meooonggg", seru Gareng dengan suara lantang. Mendengar hal itu, Rio segera menghentikan langkahnya, ia heran kenapa kucingnya tiba-tiba mengeong dengan keras ke arahnya.
"Ada apa Gareng, aku harus buru-buru karena ada jadwal untuk mengerjakan tugas bersama temanku", jelas Rio yang masih saja berdiri.
"Meeonggg", ucap Gareng tidak menyerah.
"Aku akan kembali kesini besok", tegas Rio.
Dirasa rencananya hampir gagal, ia segera berbaring dan menggeliat dengan manja seperti kucing kebanyakan yang ingin dibelai oleh sang pemiliknya. Rio yang melihatnya pun hanya bisa tertawa melihat tingkah laku kucingnya yang lucu itu.
"Hahaha, kau memang lucu sekali. Baiklah sebentar saja aku berada disini, karena kau sedang ingin bermain denganku, kan? ucap Rio sambil berjongkok di depan Gareng.
Gareng terlihat lega dan sekarang saatnya menunggu Snowi untuk muncul di hadapannya. Beruntung tidak usah menunggu lama, tiba-tiba ada suara yang memanggil Rio.
"Hei, Mas?" sapa Isma yang terkejut karena mendapati Rio yang berada di pasar.
Rio yang merasa dirinya dipanggil oleh seseorang yang berada di belakangnya pun segera menghadap ke arah Isma, dan setelah melihat siapa yang datang, Rio juga memasang ekspresi wajah yang terkejut.
"Oh, Halo Isma?" sapa Rio yang merasa canggung.
"Mas kenapa disini?" tanya Isma.
"Oh, seperti biasa aku memberi makan kepada kucingku. Ini semua adalah kucing-kucingku", jawab Rio sambil kikuk.
Isma segera melangkahkan kakinya untuk memasuki tempat kios tersebut. Sementara Gareng dan Snowi pun hanya bisa tersenyum karena rencananya berhasil. Pada saat Snowi mengajak Isma untuk keluar dan Isma pun setuju, ia akhirnya segera berjalan menuju ke arah pasar yang diikuti oleh Isma dibelakangnya. Awalnya, Isma hanya bisa berteriak untuk menanyakan kemana Snowi pergi karena jalan yang dilewatinya bukanlah jalan menuju taman, ia hanya bisa membuntuti kemana kucing ini berlari, namun disaat sudah sampai di kios ini Isma terlihat kaget sekali. Kembali di saat ini, Rio dan Isma masih terlihat canggung satu sama lain.
"Ini kucingmu?" tanya Isma sambil mengamati anak-anak Gareng yang sedang sibuk bermain itu.
"Iya, hanya kucing liar biasa yang tak sengaja datang kesini", jawab Rio.
"Wah, ini kandang yang kamu bikin sendiri itu kan? Bagus sekali cocok untuk kucing-kucing ini. Lihatlah ia terlihat nyaman disini", ucap Isma sambil berusaha untuk mencairkan suasana.
"I-iya betul . Terima kasih".
"Oh, ya waktu itu aku ingin meminta maaf kepadamu karena aku sudah membatalkan janjiku, karena tiba-tiba saja ada kabar jika nenekku sedang sakit. Akhirnya aku pergi bersama orang tuaku. Maaf jika tidak memberitahumu terlebih dahulu. Apa kau sudah menunggu di taman?"
Rio bingung harus menjawab apa dan ia juga merasa lega karena gadis ini memang ada keperluan yang mendesak sehingga mengharuskan Isma untuk datang.
"Hmmmm, iya tidak apa-apa....", ucap Rio dengan kalimatnya yang masih menggantung.
Lalu ia memberanikan diri untuk berterus terang kepada gadis itu.
"Sebenarnya aku juga sudah datang ke taman itu untuk menunggumu, namun sampai siang kau tidak kunjung datang akhirnya kuputuskan untuk pulang saja", jawab Rio.
Isma yang mendengarnya merasa sangat bersalah kepada lelaki tersebut.
"Maafkan aku sekali lagi", ucapnya dengan bersungguh-sungguh.
Rio yang melihatnya pun merasa salah tingkah karena gadis ini merasa dirinya sangat bersalah.
"Hei, tidak apa-apa. Lagipula sekarang kau ada disini kan?" ucap Rio untuk menenangkan Isma.
Isma pun terlihat lega karena Rio tidak marah kepadanya.
"Iya, tadi kucing ku yang bernama Snowi ini mengajakku untuk keluar. Kupikir ia ingin bermain di taman seperti biasa, namun saat sudah berada di luar rumah, kucingku ini malah berjalan ke arah yang lain. Jadi, aku mengikutinya sampai akhirnya bertemu denganmu saat ini", jawab Isma.
Rio merasa senang jika Isma berhasil menemukannya.
"Hei, aku tidak sadar jika kucingku dan kucingmu sudah berteman akrab. Lihat mereka sedang duduk bersama".
Rio dan Isma pun menyadari jika kucingnya sudah saling kenal. Mereka berdua lalu tertawa bersama bagaimana ini bisa menjadi suatu kebetulan yang luar biasa.
"Aku tak tahu jika Snowi menuntunku untuk bertemu denganmu. Sepertinya mereka sudah bersekongkol untuk menemukan kita", kata Isma dengan senyum yang lebar.
Rio merasa hatinya berdesir ketika mendengar ucapan dari Isma, dan ia diam-diam tersenyum karena bahagia.
"Kau tahu, Anak-anak kucing itu terlihat sangat lucu. Aku ingin memilikinya", kata Isma sambil menunjuk ke arah kandang.
"Kau ingin memiliki mereka?" tanya Rio balik.
Isma segera mengangguk, karena suka sekali dengan kucing lucu seperti itu.
"Boleh saja asal ada satu syarat yang harus kau penuhi", ucap Rio sambil melirik Isma yang ada di sampingnya.
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya karena merasa penasaran syarat yang diberikan oleh Rio.
"Apa itu?" tanyanya kemudian.
"Kau boleh memiliki kucing itu, jika kau mau menerima ajakanku untuk berjalan denganku kapan-kapan", usul Rio dengan santai.
Isma tidak menyangka akan mendapatkan ajakan seperti itu, ia merasa salah tingkah dengannya.
"Bagaimana, kau mau?" tanya Rio lagi.
Isma pun mengangguk dengan yakin yang membuat Rio semakin senang dibuatnya. Sementara itu Snowi dan Gareng diam diam tertawa melihat kelakuan pemiliknya yang sedang kasmaran itu. Mereka merasa bahagia karena rencana kali ini berhasil.
"Terima kasih ya sudah mau menolongku", kata Gareng.
"Hei, jangan berterima kasih seperti itu, mereka memang layak untuk dipertemukan", jawab Snowi sambil melirik sesekali ke arah pemiliknya.
"Kau benar Snowi" ucap Gareng yang masih tertawa dengan pelan.
Hari itu Isma dan Rio duduk berdua di bangku yang sudah disediakan, sementara Snowi dan Gareng bercengkerama di bawahnya. Hari ini adalah hari yang indah sekali untuk mereka semua.