Snowi melihat Isma yang sedang bersiap-siap untuk pergi menjenguk ke rumah neneknya, sudah beberapa hari ini ia selalu menyempatkan setelah sepulang sekolah untuk melihat kondisi nenek yang sudah mulai membaik. Kebetulan sekolah Isma pulang terlalu awal, jadi dia langsung bergegas pulang untuk mengganti pakaian dan memesan ojek online.
"Snowi, aku pergi dulu ya. Kau disini jaga rumah ya. Mungkin sebentar lagi Mama pulang", pamit Isma sambil mengenakan sepatu ketsnya. Kemudian ojek online yang dipesan sudah datang, sekarang hanya tinggal Snowi yang berada di rumah sendirian. Ia habiskan waktunya untuk bermain, makan, tidur hingga merasa bosan. Karena kesepian, Snowi berinisiatif untuk menemui Gareng di pasar. Ia lalu keluar rumah dan berjalan ke arah rumah Blacky yang terlihat sepi.
"Meonggg".
Tanpa diduga, Blacky sudah berlari ke arah teras dan benar saja ia juga sedang ditinggal sang pemiliknya.
"Bagaimana kalo kita datang ke kios Gareng?" usul Snowi yang disetujui Blacky.
"Kalau begitu ayo kita segera berangkat!".
Mereka berdua sudah berada di luar komplek, karena sudah berkali kali melewati jalan ini, mereka jadi sudah hafal.
"Kau tahu, saat aku tersesat dan tidak tau arah pulangnya, Gareng mengantarku dan melewati jembatan ini", kata Snowi yang sudah berada di jembatan penyeberangan yang sedang ramai itu.
"Disini memang kita bisa merasakan ketinggian dan melihat orang orang dibawah terasa kecil", ucap Blacky sambil memandangi pemandangan yang ada di bawahnya.
"Kata Gareng kalo dia sedang bosan pasti akan berkunjung kesini dan menikmati suasana yang ada disini".
Blacky mengangguk setuju, ia baru sadar saat merasa bosan kenapa tidak mencoba untuk mendatangi tempat ini, mungkin lain kali ia akan mencoba berdiam diri sambil melamun melihat gedung yang tinggi.
"Lain kali aku akan datang kesini juga, pasti asyik. Daripada di rumah aku merasa bosan sekali", keluh Blacky.
"Kau benar, semenjak aku pernah tersesat dan menjadi kucing jalanan selama satu hari ternyata terasa mengasyikkan. Tapi... ", Snowi menggantungkan kalimatnya. Blacky menoleh ke arah sahabatnya untuk mendengar kelanjutan dari cerita tersebut.
"Tapi apa?" tanyanya kemudian.
"Tapi, jika kita menjadi kucing jalanan. Kita tidak bisa makan yang enak dan bergizi", lanjutnya.
"Iya, kau benar. Kalau begitu kita harus mensyukuri apa yang sudah kita dapat", kata Blacky dengan bijak.
"Baik, aku selalu bersyukur atas apa yang sudah kudapatkan", ucap Snowi dengan tersenyum.
Mereka berdua masih menikmati angin dari atas sana. Sesekali, Snowi merasakan ada tangan-tangan manusia yang membelainya. Ia tidak keberatan jika diperlakukan seperti itu karena sudah terbiasa.
"Hahaha, kau terlihat pasrah sekali", ejek Blacky dengan tertawa terbahak-bahak.
"Ya, mau gimana lagi", jawab Snowi pendek.
"Yuk, kita segera ke kios nanti takutnya Gareng sudah pergi!" ajak Blacky yang langsung disetujui Snowi. Mereka langsung menuruni anak tangga yang lumayan tinggi, tidak terasa mereka hampir sampai di depan pasar. Lumayan saat ini kondisi pasar lengang, tidak terlalu banyak manusia. Segera saja, melintasi area pasar dan langsung menuju kios Bu Romlah. Saat itu terdapat beliau yang sedang duduk sambil menatap layar handphonenya. Hingga kedatangan mereka tidak diketahuinya.
"Meonggggg, (permisi, apakah Gareng ada?)", tanya Snowi dengan sopan.
Karena merasa ada kucing di sampingnya, Bu Romlah segera mengalihkan perhatian ke arah mereka.
"Hei, kau kucing yang dulu ya. Kau pasti teman-temannya Gareng", seru Bu Romlah.
"Meongggg, (benar sekali)", jawab mereka berdua serempak.
"Tapi Gareng masih keluar dari tadi, kalian tunggu saja disini. Pasti tidak lama lagi dia akan kembali", ucap beliau.
"Meongggggggg, (baik, terima kasih)".
Mereka langsung duduk si tempat yang sudah disediakan. Snowi melihat ke arah kandang dan mendapati anak-anak Gareng yang sedang bermain manjat memanjat dengan senang.
"Hei, lihat. Mereka lucu sekali", seru Snowi sambil menunjuk ke arah mandang tersebut.
Blacky yang melihatnya juga merasa gemas, ia senang jika anak-anak Gareng tumbuh sehat semua. Ia teringat ketika pertama kali bertemu dengan Gareng dan mereka bertiga yang masih sangat kecil terlihat tidak terawat dan lusuh. Namun sekarang keadaan sudah berubah.
"Pasti ibu padagang yang sudah merawat dengan sepenuh hati", batin Blacky.
Snowi segera menghampiri ke arah mereka dan menyapanya.
"Haiii, ini aku Snowi, kalian lucu sekali", sapa Snowi yang merasa gemas ketika berada di dekatnya.
"Syukurlah, anak-anaknya bisa bertahan semuanya. Tidak seperti anakku dulu yang selalu mati kelaparan atau terkena penyakit", keluh Blacky dengan nada sedih.
Karena mendengar sahabatnya yang terlihat lesu, segera ia mencoba untuk menghibur sahabatnya.
"Kau pernah punya anak, Black? " tanya Snowi dengan hati-hati takut menyingung perasaannya.
Blacky pun mengangguk dengan lemas karena teringat anak-anaknya yang sudah mati saat masih kecil.
"Tapi, aku sudah mengikhlaskan semuanya, walaupun berat".
Perlahan Snowi memegang pundak Blacky untuk memberinya kekuatan.
"Sabar ya. Kau sudah menjadi orang tua yang hebat apapun itu yang sudah terjadi. Terimalah dengan hati lapang", ucap Snowi dengan menenangkan.
Blacky merasa lega saat itu juga ketika mendengar motivasi dari sahabatnya yang sangat peduli kepadanya. Blacky langsung tersenyum menandakan ia sudah baik-baik saja.
"Hei, kalian kapan datang kesini?" tanya Gareng yang sudah kembali ke kiosnya.
"Masih baru kok. Aku disuruh ibu pedagang untuk menunggumu disini. Kau kemana saja?".
Gareng segera mendekati ke arah sahabatnya untuk duduk bertiga bersama.
"Aku baru datang dari makam nenek yang baik hati. Ketika aku sudah mendekati kios ini, aku merasa melihat kalian berdua. Ternyata benar memang kalian", ucap Gareng yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan ya. Ia tidak menyangka sahabatnya akan datang berkunjung ke rumahnya.
"Ah, baiklah. Kau pasti capek, diluar terasa panas sekali", ucap Blacky.
"Ya kebetulan kalian datang aku meminta pertolonganmu, terutama kepadamu Snowi".
Snowi yang mendengar langsung terkesiap, tidak biasanya Gareng meminta pertolongan darinya.
"Kau mau meminta tolong apa, Gareng?" tanya Snowi untuk memastikan.
"Begini, sepertinya pemilikku dengan pemilikmu udah saling kenal".
Mendengar akan hal itu, mata Snowi membelalak seakan-akan tidak percaya apa yang dikatakan Gareng.
"Hah, bagaimana bisa. Bagaimana kau tahu, Gareng?" tanya Snowi dengan tidak sabar yang diikuti oleh anggukan Blacky yang sama-sama penasaran dengan cerita sahabatnya.
"Kau ingat kemarin saat bercerita ketika pemilikmu yang sedang berkenalan dengan seorang laki-laki, disaat kau sibuk mengejar kupu-kupu", terang Gareng.
Snowi masih mengingat-ingat kejadian tersebut, dan langsung mengangguk bahwa ia sangat ingat betul saat kejadian itu.
"Ya, aku ingat. Lalu kenapa?" tanya Snowi dengan tidak sabar.
"Nah seorang lelaki itulah si pemilikku".
Seakan-akan Snowi kaget bukan main, ia mengingat saat pemiliknya tiba-tiba mengobrol dengan seorang laki-laki, dan tidak disangkan ternyata orang tersebut adalah pemilik Gareng.
"Wahh, aku kaget mendengarnya", ucap Blacky yang bisa menyadarkan Snowi dari keterkejutannya.
"Iya aku juga kaget saat ia bercerita seperti itu. Dan kau tahu ternyata Minggu depan, pemilikmu sepertinya tidak menepati janjinya untuk bertemu kembali. Dan itu membuatnya galau setengah mati", keluh Gareng.
Snowi tahu karena saat itu, Isma sudah bersiap-siap untuk pergi menemui kembali dengan seorang laki-laki tersebut. Namun karena kabar yang tidak mengenakkan, akhirnya rencana tersebut dibatalkan.
"Maaf ya, karena saat itu suasana sedang tidak baik-baik saja. Tapi kau tidak usah khawatir, suasana sudah membaik akhir-akhir ini".
"Ya, karena itu aku akan meminta bantuanmu, Snowi!" ucap Gareng dengan nada memelas.
Snowi pun mengangguk setuju jika harus membantu sahabatnya yang meminta pertolongan kepadanya.
"Aku harus melakukan apa?"
"Gampang, Bagaimana jika kau membujuk pemilikmu untuk datang kesini?" usul Gareng.
Snowi tidak langsung menjawab usulan tersebut, ia tampak berpikir keras.
"Sepertinya agak susah buatku. Tapi akan kucoba untuk membujuk dia agar mau datang".
Gareng tampak lega mendengar ucapan Snowi.
"Kalau begitu, bagaimana kalau Hari Minggu pagi ajak pemilikmu untuk datang kesini, biasanya pemilikku selalu datang di pagi hari saat hari libur?" tanya Gareng untuk meminta pendapat.
Snowi segera mengangguk pertanda setuju, Blacky yang sejak tadi diam untuk menyimak rencana dari kedua sahabatnya pun mulai berbicara.
"Aku bantu berdoa saja, semoga pemilik kalian bisa bertemu kembali", harap Blacky dengan sepenuh hati.
Gareng dan Snowi mengangguk berbarengan ke arah sahabatnya. Karena sudah menyampaikan rencananya kepada Snowi , ia tidak sabar untuk segera menjalankan misinya demi kebaikan Rio yang disayanginya itu. Semoga rencana ini sesuai dengan harapannya, agar bisa menghilangkan gundah yang berada di dalam diri Rio. Sehingga pemiliknya bisa bahagia kembali.
Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.
Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan