Udara pagi terasa sejuk untuk hari ini, bertepatan dengan Hari Minggu semua keluarga Rio sedang libur. Bapak seperti biasa, membantu para warga untuk kerja bakti membersihkan kampung, sedangkan ibu sedang sibuk bersama para tetangganya untuk memasak bersama guna menyuguhkan bagi orang yang sedang gotong royong. Rio yang sejak subuh tadi sudah bangun, segera bersiap-siap untuk memulai aktivitasnya dengan berlari pagi. Kegiatan ini selalu ia lakukan guna untuk menyehatkan tubuh.
Ia langsung memakai baju khusus untuk digunakan olahraga dan memakai sepatu berwarna putih kesayangannya, tidak lupa pula membawa earphone untuk menemani saat berlari agar tambah semangat. Dirasa sudah siap semua, ia segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Setelah itu, ia memulai berolahraga. Ia menghirup udara pagi dengan perlahan, ingin merasakan kesegaran yang didapatnya secara gratis. Ia masih berjalan santai untuk pemanasan agar saat berlari ototnya tidak tegang. Setelah sampai di taman yang indah, ia langsung mencoba berlari mengelilingi area tersebut. Disana tidak hanya Rio yang berolahraga, namun sudah ada beberapa orang yang juga berlari, mulai dari anak balita yang sedang belajar untuk berjalan sampai dengan para lansia yang masih kuat untuk bergerak. Pemandangan ini sangat disukai oleh Rio, suasana taman yang rindang ditambah dengan burung berterbangan kesana kemari menambah kesan syahdu di pagi hari.
Setelah berlari mengelilingi beberapa putaran, ia memutuskan untuk duduk di bangku taman yang sudah disediakan. Disana, ia melihat ada seekor kucing cantik berwarna putih dengan dilengkapi kalung dan tali untuk pegangan. Rio melihat kucing itu dengan seksama yang rupanya ditemani oleh pemilik yang juga cantik. Kucing tersebut berjalan ke arahnya, mau tidak mau si pemilik itu akhirnya mengikuti kemana ia akan pergi. Ternyata kucing itu ingin melihat kupu-kupu yang sedang terbang di tanaman dekat Rio sekarang berada. Rio menatap nama kalung yang tertera di lehernya, ternyata namanya adalah Snowi. Sebuah nama yang cocok untuknya.
"Kamu suka sekali sama kupu-kupu ya?" tanya Isma karena memperhatikan hewan kesayangannya begitu tertarik dengan kupu-kupu.
"Meonggg", jawabnya.
"Baiklah, aku akan menunggumu sampai kau bosan".
Karena menyadari si pemilik tersebut masih berdiri, dengan kesadaran yang tinggi, Rio akhirnya mempersilahkan gadis tersebut untuk duduk di bangkunya.
"Silahkan, Mbak duduk saja disini", ucap Rio sambil berdiri agar gadis tersebut mau duduk.
"Oh nggak usah repot-repot Mas. Ini bentar lagi juga mau pulang kok. Mas duduk aja disini", ucap Isma sambil malu-malu.
Akan tetapi Rio tidak langsung duduk kembali di bangkunya, ia juga masih berdiri dan langsung menghampiri Snowi yang masih asyik dengan kupu-kupu di depannya.
"Kucingnya cantik sekali. Apakah ini kucing dari ras Persia?" tanya Rio sambil berjongkok memandangi kucing tersebut.
"Ah, iya kau benar. Ini adalah kucing dari ras Persia medium. Aku beli di toko hewan", jelas Isma yang masih berdiri.
"Nama yang sangat cocok untuknya", puji Rio.
Isma yang mendengarnya semakin senang karena itu adalah hasil pemberian nama darinya.
"Iya itu aku sendiri yang memberi namanya. Awalnya aku bingung mau dikasih nama apa, namun karena warnanya yang putih dan halus, akhirnya aku menemukan ide yaitu Snowi, konyol bukan?" tanya Isma sambil tersenyum malu mengingat kejadian disaat ia masih bingung memberi nama yang pas untuk kucingnya.
"Tidak kok. Oh iya perkenalkan namaku Rio", ucap Rio sambil menjulurkan tangannya yang segera disambut oleh Isma.
"Oh, Hai Mas Rio. Namaku Isma", jawab Isma sambil malu-malu, ia baru pertama kali merasakan berkenalan dengan orang yang baru ditemuinya.
"Masih sekolah atau sudah kuliah? " lanjut Rio lagi.
"Aku masih kelas dua SMA. Kalo Mas Rio sendiri?"
"Aku masih kuliah semester 4".
"Wah, anak mahasiswa berarti", ucap Isma takjub.
Rio yang mendengarnya hanya tersenyum malu.
"Ya anak mahasiswa yang sudah suntuk sama tugas yang menumpuk dan tidak pernah ada habisnya", keluh Rio.
"Kalau boleh tahu emang Mas Rio ambil jurusan apa?"
"Aku mengambil jurusan Teknik Sipil. Karena kebetulan saat mendaftar beasiswa aku diterima di jurusan tersebut".
Isma pun dibuat takjub olehnya. Karena ia tidak menyangka cowok yang ada di depannya adalah mahasiswa jurusan Teknik Sipil yang terkenal akan jurusan yang paling susah.
"Wah, hebatt. Asal Mas tahu ya, itu kan jurusan yang selalu banyak peminatnya, pasti Mas Rio suka kalau melihat bangunan tinggi", tebak Isma.
"Hahaha, ya kau benar. Aku dari kecil suka sekali melihat bangunan yang menjulang tinggi. Sampai akhirnya aku merasa ingin tahu bagaimana caranya agar bisa membuat gedung yang kokoh itu. Beruntung aku diterima jurusan tersebut".
Isma yang mendengar dengan seksama pun mengangguk-angguk.
"Kalau begitu pasti nanti Mas Rio akan merasakan bagaimana membangun gedung bertingkat yang kokoh. Oh iya emang selama ini sudah ada pengalaman membangun sebuah gedung belum?"
Lalu Rio menjawab dengan ragu-ragu.
"Kalau untuk itu sih masih belum ya. Lagipula ilmunya masih banyak yang harus dipelajari. Tapi aku waktu kemarin berusaha membangun kandang kucing dari kayu. Walaupun hanya kandang tapi aku merasa puas setelah melihat hasilnya", jawab Rio tidak percaya diri
"Jadi, Mas Rio membuat kandang sendiri buat kucingnya? Wah hebat sekali Mas. Tidak perlu membeli namun bisa merangkai sesuai apa yang kita inginkan", puji Isma yang bisa membuat Rio semakin salah tingkah.
Seumur hidup ia memang tidak pernah dipuji oleh seorang perempuan. Namun karena ini kali pertamanya, ia merasa tersipu malu. Jawaban dari Isma selalu membuatnya terkejut.
"Hahaha, sebenarnya bukan kucingku".
"Lalu?"
"Itu adalah kucing jalanan yang ibuku temukan saat beliau menjaga kios di pasar. Katanya, tiba tiba kucing tersebut sambil membawa anaknya untuk tinggal di kios milik ibu. Mau tidak mau ibuku menerimanya".
" Wah, lalu karena kucing tersebut tidak punya rumah. Akhirnya Mas Rio sendiri yang berinisiatif untuk membangun kandang untuknya", tanya Isma yang sebenarnya sudah tahu akan jawabannya.
Rio mengangguk pertanda mengiyakan jawaban dari Isma.
"Aku, jadi penasaran Mas. Kalau ada waktu luang, bolehkah aku mampir untuk melihat?"
Jawaban Isma seakan membuat Rio kaget setengah mati, karena tiba-tiba saja gadis ini ingin datang ke kios milik ibunya hanya untuk melihat kandang kucing yang sederhana.
"Eh, hanya kandang kucing biasa. Tidak ada yang istimewa", jawab Rio dengan gelagapan.
Isma yang melihatnya hanya tertawa.
"Tidak apa-apa Mas. Aku ingin melihatnya. Lagipula aku juga ingin tahu kondisi dari kucing tersebut", paksa Isma dengan lembut.
Rio semula masih ragu-ragu untuk menyetujui ajakan Isma, setelah berpikir lama, akhirnya ia terpaksa mengiyakan.
"Wah, Terima kasih ya Mas udah ngijinin Isma buat ngeliat kucingnya. Minggu depan nanti, kita bertemu lagi disini ya mas. Baru setelah itu kita berjalan ke kios tersebut".
"I-i-iya. Baik. Aku akan menunggu disini untuk Minggu selanjutnya", jawab Rio sambil tergagap.
Isma yang berusaha menahan senyum segera berpamitan.
"Aku pamit dulu ya Mas. Sampai jumpa Minggu depan. Ayo Snowi kita pulang!", ucap Isma sambil memegang tali yang diikatkan di leher Snowi.
"Oh ya, Hati-hati", ucap Rio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sendiri tidak menyangka jika ia sudah berkenalan dengan gadis tersebut. Namun ditengah kepanikannya, Rio tiba-tiba tersenyum senang, entah karena bertemu dengan orang yang asyik atau melihat Isma yang cantik. Yang penting untuk hari ini Rio merasa senang sekali. Ia segera berjalan meninggalkan taman tersebut untuk menghampiri kios ibunya. Sebenarnya, ia tidak sabar menunggu seminggu lagi untuk bertemu dengan gadis itu lagi.