Rio sedang mengikat kandang tersebut dengan tali untuk dibawa di tempat kios milik ibunya. Sedangkan si ibu pedagang sudah pergi seusai solat subuh. Ia tidak sabar untuk segera memberinya hadiah kepada si kucing malang yang kemaren baru ditemuinya.
"Pak, aku berangkat ke pasar dulu ya?" pamit Rio sambil mencium tangan Bapak.
"Nanti, aku lanjut berangkat ke kampus. Hari ini Rio ada kuliah sampai sore, Pak", lanjutnya lagi sambil menstarter motor kesayangannya.
"Ya Nak hati-hati, ya!" seru Bapak sambil menunggu anaknya untuk berangkat.
Setelah ia menaiki motornya, ia segera melajukan ke arah jalan raya. Pagi ini jalanan sudah dipenuhi beberapa angkutan umum. Ia mengemudikan dengan hati-hati karena membawa barang yang lumayan besar. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di pasar, sehingga Rio segera memarkirkan motornya ke tempat biasa dan langsung menggotong kandang tersebut. Selama ia berjalan, banyak orang yang melihat ke arahnya. Mungkin penasaran benda apa yang dibawa oleh Rio.
"Assalamu'alaikum Bu?" sapa Rio.
Si ibu yang sedang menghitung barang dagangan masuk segera menoleh ke asal suara tersebut.
"Nak, sini. Taruh aja disini!" pinta si Ibu dengan membawa buku catatannya.
Rio segera menaruh kandang di tempat yang ditujukan oleh ibunya. Ia melihat tiga kucing kecil masih tertidur pulas sedangkan induknya entah pergi kemana.
"Bu, induknya kemana kok nggak ada?" tanya Rio sambil mengelus kucing kecil yang terlihat menggemaskan.
"Ibu tadi waktu sampai di kios ini sempat ketemu sebentar kok. Nggak tahu ya dia dimana sekarang? Mungkin cari makan kali", pikir si Ibu.
Anak lelakinya masih sibuk memandangi kucing tersebut karena ia ingin bermain dengannya sebentar. Dari kecil Rio memang sudah suka dengan kucing, biasanya waktu masih suka bermain di luar bersama teman-temannya, ia selalu mengajak kucing jalanan yang baru ditemuinya untuk diajaknya pulang ke rumah. Waktu sudah di rumah, ia selalu memberikan makanan berupa ikan. Kebiasaan ini sudah diketahui oleh Bapak dan juga si Ibu. Namun, karena rumahnya yang kecil dan tidak banyak tempat yang luas akhirnya Rio hanya bisa memberi makan kucing liar. Dari hatinya yang terdalam ia sangat ingin rasanya untuk memelihara kucing, disisi lain pasti bisa dijadikan hiburan ketika perasaannya sedang suntuk memikirkan tugas yang menumpuk. Namun apa daya kondisi yang seperti itu hanya bisa jadi angan saja.
"Wah, Bu. Beli kandang baru ya?" tanya salah satu orang pedagang sayur yang melihat benda itu berada di kios sana.
"Nggak Bu. Ini si Rio dan Bapaknya yang bikin kandangnya dari kayu", jawab si Ibu.
"Wahhh, hebat banget kamu Rio bisa membangun rumah untuk kucing jalanan seperti itu", puji pedagang sayur tersebut.
Rio yang mendengar pujian tersebut semakin bangga akan kerja kerasnya kemarin. Butuh perjuangan untuk merangkai kayu hingga menjadi bangunan yang kokoh.
"Iya Bu. Terima kasih".
Si ibu melirik anaknya yang terlihat senang. Beliau terenyuh dengan keteguhan anak lelakinya yang ingin menyelamatkan si induk beserta anak-anaknya agar tidak kedinginan. Segera, Rio mengangkat kucing kecil itu untuk dimasukkan ke dalam kandang. Kucing kecil tersebut pun hanya bisa terheran-heran melihat rumah barunya. Rio yang melihat itu hanya bisa tertawa geli.
"Sudah ada kain untuk alasnya? " tanya si ibu pedagang sayur tersebut yang turut melihat kandang kayu itu.
Mereka berdua menggeleng pelan, karena dari kemarin mereka sudah mencoba untuk mencari kain yang sudah tidak dipakai, namun karena bulan lalu ada tetangganya yang membutuhkan kain perca untuk mengerjakan tugas, akhirnya di berikanlah kain tersebut kepada tetangganya.
"Tak usah khawatir, aku punya beberapa kain yang bisa menghangatkan mereka. Tunggu sebentar!"
Rio dan si ibu hanya saling berpandangan karena orang tersebut mau membantu memberikan kain bekas. Ternyata, masih ada yang peduli dengan kehadiran kucing jalanan ini.
Tak menunggu lama, si ibu tadi datang dengan tergopoh-gopoh sambil membawa benda yang dibutuhkan.
"Ini dia kainnya, semoga mereka tidak khawatir lagi jika kedinginan", ucap orang tersebut sambil menyerahkan beberapa kain yang agak tebal ke arah Rio.
Ia segera menerima kain tersebut dan mengucapkan terima kasih, segera ia menyelimuti anak kucing itu dengan hati-hati.
"Wah, Bu. Lihatlah dia merasa nyaman berkat kain ini", ujar Rio sambil tersenyum senang.
Si ibu yang sedang mengamati juga tak kalah senangnya.
"Sekali lagi. Terima kasih banyak Bu", jawab mereka kompak. Lalu, si ibu Rio berinisiatif untuk memberi bawang satu kantong plastik sebagai ucapan rasa terima kasih yang terdalam.
"Bu, jangan repot-repot. Disini aku ikhlas membantu. Lagi pula melihat kucing kecil yang seperti itu aku juga merasa kasihan. Kita sebagai makhluk hidup sudah sepatutnya untuk saling tolong menolong", jawab si ibu pedagang sayur berusaha menolak pemberian dari ibu Rio.
"Terimalah, Bu. Anggap saja aku memang sedang ingin memberi ibu sekantong bawang ini. Lumayan Bu tidak perlu beli disaat harga bawang sedang naik", bujuk ibu Rio.
Setelah menimang pemberian tersebut, akhirnya si ibu pedagang sayur mau menerima dengan tulus.
"Ya sudah, saya terima bawang ini. Terima kasih. Ngomong-ngomong, kalau butuh kain bekas lagi, jangan sungkan untuk bilang kepadaku karena aku punya banyak sekali kain yang sudah tidak digunakan".
"Baik, Bu. Sekali lagi terima kasih", ucap Rio dengan sopan.
Akhirnya, si ibu tersebut pamit untuk berjualan lagi. Rio masih menunggu kedatangan si induk yang belum kembali.
"Bu, kok lama ya dia belum balik?" tanyanya kemudian.
"Nak, namanya kucing ya masih asyik jalan-jalan. Mungkin masih makan atau sedang bertemu dengan kucing lain sehingga agak lama", jawab si ibu.
"Aku jadi nggak sabar nih kasih surprise buat induknya".
Si ibu yang mendengar hanya bisa tertawa.
"Jangan kira kamu saja yang nggak sabar. Ibu juga lho".
Matahari sudah tampak semakin menyinari bumi, Orang-orang juga semakin ramai untuk memadati pasar. Mereka berdua masih menunggu kedatangan induk yang belum juga kembali. Rio yang duduk di sebelah kandang hanya bisa mengamati aktivitas orang yang berlalu lalang, dan sesekali membantu ibunya yang sedang melayani jika pembeli terlihat banyak.
"Huh, untung ya ibu sekarang ada yang menemani. Coba kalo lagi sendiri pasti bosen banget", keluh Rio.
"Hahaha, ya mau gimana lagi. Ini kerjaan ibu sehari-hari yang nungguin pembeli datang. Biasanya ibu kalo bosan ya lihat youtube di HP. Tapi setelah kedatangan kucing itu, ibu jadi bisa memerhatikan tingkah laku mereka yang menggemaskan", jelas ibu.
Rio mengangguk paham. Ia merasa kasihan jika ibunya seharian hanya duduk disini. Sementara si Bapak bekerja sebagai satpam di gedung perkantoran. Kehidupan Rio bisa dibilang pas-pasan. Namun karena ketekunan dalam belajar, akhirnya ia bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya, Rio ingin membantu ibunya berjualan di pasar, namun karena tugasnya yang semakin menumpuk maka niat itu diurungkan. Selama berkuliah, ia selalu rajin untuk mengikuti perkuliahan tanpa absen sekalipun. Ia tidak ingin menyia-nyiakan beasiswanya, baginya ini momen langka untuk bisa meraih gelar sarjana dari kalangan keluarga ekonomi menengah ke bawah.
"Nak", tegur si Ibu.
Rio yang merasa dipanggil akhirnya sadar dari lamunannya dan menoleh ke arah ibunya yang sedang menatapnya dengan tatapan heran.
"Kamu ngelamunin apa toh? Kok ibu panggil nggak denger".
"Oohh, ng-nggak kok Bu. Nggak ngelamunin apa-apa", jawab Rio gelagapan.
"Ya sudah cepat kamu berangkat kuliah sana, nanti kamu malah telat!", perintah si ibu.
"Baik, Bu. Rio berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum", ucap Rio sambil mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikumussalam, Hati-hati ya Nak, belajar yang tekun!"
Namun setelah berjalan beberapa meter, langkah Rio tiba-tiba terhenti lalu ia segera membalikkan badannya ke arah ibunya.
"Ada apa lagi? Ada yang ketinggalan?" tanya si ibu dengan heran.
"Nggak Bu, nggak ada yang ketinggalan kok. Rio lupa belum titip salam sama si induk kucing, nanti kalo sudah balik sampaikan salamku ya Bu", jawab Rio sambil melanjutkan langkahnya ke tempat parkir motor
Si ibu yang mendengar hanya tertawa melihat tingkah laku anaknya.
"Iyaa, nanti ibu sampaikan salammu kepada si induk kucing", seru Ibu.