Hujan yang mengguyur kota ini selama satu hari penuh membuat pasar tersebut dipenuhi akan genangan air yang memasuki bangunan dalam pasar, sehingga membuat lantai semakin becek. Para pedagang yang menempati kios di dalam pasar bergotong royong untuk membersihkan air yang sudah merembet ke mana-mana. Untuk hari ini si induk merasa sedih karena tempat tinggalnya juga ikut menanggung resiko. Kardus yang semula sudah ada disana sejak ia menemukan tempat ini menjadi rusak karena air merembes ke bagian bawahnya. Akhirnya anaknya yang sedang tertidur di malam hari pun terbangun karena merasakan basah saat menempatinya. Lalu semalam, untuk sementara si induk memindahkan anak-anaknya ke tempat yang lebih tinggi. Akan tetapi itu bukanlah tempat yang aman dari bahaya, maka si induk arus mencari tempat tinggal baru.
Lalu, pagi-pagi ketika di dalam pasar sudah dipenuhi hiruk pikuk manusia, ia segera menggendong dan memindahkan anaknya ke tempat kios ibu pedagang yang sudah dikenalinya. Butuh perjuangan lagi untuk memindahkan anak-anaknya, tapi ia tidak akan mengeluh begitu saja. Yang ada dipikiran si induk hanya cepat sampai di kios tersebut.
Ketika sampai di tujuan, si ibu pedagang kaget ketika melihatnya datang dengan membawa anaknya. Untungnya beliau mengerti dari perlakuan kucing tersebut.
"Ya kau lebih baik pindah disini saja", ucap si ibu pedagang saat melihat si induk membawa semua anak-anaknya.
Perlakuan dari si induk dapat dimengerti oleh beliau. Ia merasa kasihan jika mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang layak.
"Aku tahu kondisi di dalam pasar sangat tidak memungkinkan untuk ditinggali olehmu. Untuk sementara kau tinggal dengan tempat seadanya saja ya", ujar beliau sambil mengelus si induk dengan penuh kasih sayang.
"Meeongggg", jawab si induk untuk mengucapkan terima kasih.
Tempat kios si ibu pedagang memang berada di area luar bangunan pasar. Meskipun begitu kios-kios yang berada disini pun terlihat lebih rapi dan nyaman jika dibandingkan dengan di dalam pasar. Jika dilihat-lihat, para pembeli sebenarnya lebih nyaman belanja disini karena tempatnya yang lebih terbuka dan tidak sumpek. Tidak hanya manusia yang merasakan itu, si induk juga merasa nyaman ketika ia berkunjung ke kios ini. Pemandangan yang lebih terang dan suasana pagi yang menyenangkan membuat si induk merasa damai.
Sejujurnya, ia tidak ingin merepotkan si ibu pedagang. Namun kali ini ia tidak tahu harus kemana lagi untuk mencari tempat tinggal yang layak. Apalagi, anak-anaknya kini sudah tumbuh agak besar. Jadi pergerakan semakin leluasa. Ia juga tidak akan tinggal disini selamanya, karena saat malam hari cuaca akan lebih dingin karena tempatnya yang terbuka. Mungkin beberapa hari ini, ia akan menahan udara dingin hingga menemukan tempat yang baru lagi yang lebih bagus.
"Ini, makanlah. Ada ikan nila yang kubawa dari rumah. Kau pasti lapar kan?" ucap beliau sambil menyodorkan ikan goreng tersebut ke hadapan si induk.
Si induk merasa senang kali ini ia tidak mengawali harinya dengan berjalan lontang-lantung untuk mencari makan. Di makannya ikan tersebut dengan lahap, di sela-sela makan ternyata anaknya pun juga ikut makan. Melihat akan hal itu, si induk paham bahwa anaknya kini sudah tidak hanya membutuhkan ASI dari dirinya lagi melainkan juga makanan.
Melihat anaknya yang masih beradaptasi untuk memakan ikan tersebut, si induk mengalah agar mereka saja yang menghabiskan makanan tersebut.
"Wahhhh, anak-anakmu sudah bisa makan ternyata. Lihat dia juga suka dengan ikan ini. Kau tidak usah khawatir, aku masih punya ikan yang satunya lagi untuk kau makan".
Mendengar akan hal itu, si induk senang bukan main. Akhirnya mereka makan ber sama-sama dengan lahap. Si ibu pedagang yang melihat juga merasa senang.
"Akan kuambil kan air untuk kau minum. Sebentar", ucap beliau sambil berjalan tergopoh-gopoh menuju penjual asongan yang tidak jauh dari situ.
"Ini, minumlah!", kata beliau sekembalinya dari membeli air.
Mereka langsung meminumnya dari wadah plastik yang sudah disediakan pula oleh beliau. Untuk anaknya yang selama ini hanya minum ASI, mereka merasa segar saat meminum air putih tersebut, ternyata air ini juga enak.
"Bu, ini kardusnya. Rio ngambil di gudang rumah. Banyak sekali kardus yang tidak terpakai yang disimpan oleh Bapak. Memang buat apa sih Bu?" tanya seorang laki-laki yang masih muda sambil menyerahkan kardus kepada beliau.
Ternyata anak tersebut adalah anak lelaki dari si ibu pedagang, rupanya tadi beliau mengirim pesan kepadanya untuk dibawakan kardus yang tidak dipakai.
"Ini lho ada kucing sama anaknya kesini. Kasian tempat tinggalnya yang dulu sudah tidak bisa di tempati lagi. Akhirnya mereka pindah kesini. Makanya tadi ibu minta tolong ke kamu untuk mencari kardus, barangkali ada yang tidak terpakai".
Anak lelaki yang bernama Rio manggut-manggut dan mulai menghampiri yang dimaksud oleh ibunya. Dilihatnya dengan seksama, ternyata kucing itu lucu juga apalagi melihat tingkah laku dari ketiga anaknya yang seakan menambah gemas ketika melihatnya.
"Sayang ya Bu, mereka tidak bisa untuk kita bawa pulang. Seandainya saja ada ruangan lagi dirumah kita, pasti kucing-kucing ini akan kuangkut dan kujadikan mereka hewan peliharaanku", kata Rio kepada ibunya.
"Ya, mau gimana lagi rumah kita sudah sempit. Apalagi ketambahan mereka berempat pasti tidak ada ruang untuk mereka bermain. Sudahlah yang penting kita merawatnya jika datang kesini", si ibu pedagang mencoba menghibur anaknya yang ingin mempunyai kucing peliharaan.
"Kalau begitu aku akan membuat tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk mereka tinggali", seru Rio sambil tersenyum.
Ibunya yang mendengar akan hal itu hanya bisa tersenyum melihat anaknya berusaha membuat rumah untuk kucing tersebut.
“Bu, aku pamit berangkat kerja kelompok dulu ya. Aku tadi udah pamit ke Bapak juga kok Bu”, ucap Rio sambil mencium tangan ibunya.
“Ya, hati-hati Nak”.
Rio segera berjalan menghampiri motornya yang terparkir disana. Ia baru saja mengerti jika ibunya selama ini bersahabat dengan seekor kucing jalanan. Beliau tidak pernah bercerita perihal kucing tersebut. Maka dari itu ketika mendapat pesan melalui handphonenya, ia merasa heran untuk apa ibunya menyuruh membawa kardus yang sudah tidak terpakai.
Ternyata hal itu dilakukan oleh ibunya untuk melindungi si induk kucing dan anaknya. Rio yang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang tiba-tiba tersenyum, karena teringat akan ikatan seorang ibu dengan seekor kucing jalanan yang menggemaskan. Andai saja ia sudah tahu dari dulu, pasti ketika libur kuliah akan menyempatkan pergi ke kios milik ibunya untuk menengok kucing-kucing tersebut.
Sementara itu untuk hari ini si ibu pedagang melanjutkan rutinitasnya menjual barang dagangannya dengan ditemani empat kucing yang sedang tertidur pulas.
Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.
Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan