Mereka berjalan beriringan dengan menikmati pemandangan yang belum Snowi rasakan sebelumnya, kehidupannya sebagai kucing rumahan hanya berkutat di dalam rumah atau sesekali keluar untuk berkonsultasi ke dokter hewan, hanya itu saja ia melihat dunia. Sejujurnya ia merasa bosan jika hanya berdiam diri di rumah tersebut, namun karena si pemilik sudah merawatnya dengan baik, ya apa boleh buat. Setidaknya kehidupannya tergolong beruntung dibandingkan kucing jalanan yang harus menahan lapar setiap saat. Ia merasa aman dan tidak kurang kasih sayang yang diberikan oleh sang majikan.
"Ngomong-ngomong namamu siapa?" tanya Snowi memecah keheningan.
"Aku gak tahu. Lagipula aku dari kecil tidak pernah melihat wajah ibuku sama sekali", ucap si induk kucing dengan wajah sedih.
Snowi merasa bersalah menanyakan seperti itu kepadanya, namun ia ingin tahu lebih dalam lagi. Maka dari itu ia akan bertanya dengan hati-hati.
"Mungkin sebentar lagi kau akan bertemu dengan ibumu. Namanya ibu, pasti akan mengenali anaknya, tak peduli berapa lama berpisah", ujar Snowi untuk menenangkan kucing tersebut.
Namun si induk tetap lesu, karena mustahil akan bertemu lagi dengan ibunya.
"Tidak mungkin aku akan bertemu dengannya lagi".
" Kenapa kau bisa bilang begitu? " desak Snowi.
"Iya karena ibu ku sudah mati, kau tahu kan kalau kucing jalanan seperti aku ini pasti gampang sekali terkena penyakit. Mungkin karena itu ibu ku sudah tidak kuat lagi dan akhirnya mati meninggalkanku ketika aku masih kecil", jelas si induk dengan panjang lebar.
Snowi hanya menatapnya dengan penuh iba. Sejenak mereka berjalan dengan kesunyian. Mereka sibuk dengan pikiran masing - masing. Namun Snowi mencoba menghibur si induk sekali lagi.
"Hei, siapa tahu ibu mu masih hidup"
Si induk kucing merasa kucing ras yang ada di hadapannya saat ini memiliki sifat yang keras kepala, sudah berapa kali ia bilang jika ibu nya sudah mati namun ia masih saja beranggapan jika ibu masih hidup. Aneh. Mungkin selama ini hidupnya selalu berkecukupan, maka dari itu ia memiliki sifat seperti itu.
"Darimana kau tahu?" tanya si induk dengan menatap Snowi yang berjalan di sampingnya.
"Banyak manusia yang mengambil kucing liar karena mereka merasa kasihan dengan kehidupan seperti itu. Jadi mereka memutuskan untuk memelihara kucing jalanan untuk dirawat dengan baik. Mungkin ibumu termasuk salah satunya".
Si induk kaget mendengar penjelasan dari Snowi, apakah ada orang yang tiba-tiba mengambil kucing jalanan yang sudah jelek dan kotor untuk dirawat agar terlihat indah.
"Kalau begitu lalu kenapa aku tidak diajak juga untuk dirawat bersama mereka?"
Snowi pun terdiam lama, karena ia juga tak tahu harus menjawab apa.
"Entahlah, mungkin kau saat itu sedang terpisah dengan ibumu, dan mereka tidak melihatmu, akhirnya kau tidak sengaja tertinggal".
Si induk merenungi ucapan dari Snowi. Kalau begitu berarti ibu nya saat ini masih hidup dan hidup bahagia bersama saudaranya. Tapi kenapa ia sial sekali jika sampai luput dari penglihatan manusia dan akhirnya menjalani sebagai kucing jalanan.
"Hei, tak usah dipikirkan. Aku yakin kau pasti akan bertemu dengan manusia baik hati yang ingin merawatmu dengan kasih sayang. Percayalah", kata Snowi yang menbuyarkan lamunan si induk.
"Ya, semoga saja begitu".
Snowi tersenyum mendengar ucapannya.
"Kalau kau masih hidup dengan ibu mu?" tanya si induk.
"Dulu, aku hidup bersama dengan keluarga ku, namun karena majikanku masih mempunyai saudara, akhirnya ibu dan ayahku sekarang ikut dengan dia. Kadang-kadang jika datang berkunjung ke rumah, aku baru bisa bertemu dengan orang tuaku untuk melepas rindu.
Mereka masih tinggal beberapa meter untuk sampai tujuan. Snowi merasakan kelegaan di hatinya karena baru kali ini ia berjalan jauh seperti ini.
"Ternyata hidup bebas itu enak juga ya", kata Snowi.
Si induk tersenyum mendengar akan hal itu.
"Tidak seburuk yang kukira jika menjadi kucing jalanan", lanjutnya lagi.
"Ya, aku merasa bebas. Aku bisa berjalan kemanapun yang kumau. Tidak pernah merasa bosan sama sekali", ucap si induk dengan penuh kebanggaan.
"Yang penting kita harus selalu bersyukur apa yang telah terjadi di dalam hidup kita", imbuhnya lagi.
"Ya, kau benar sekali. Terima kasih aku senang sekali diajak jalan seperti ini. Kau tahu, aku baru pertama kali merasa sebebas ini", kata Snowi sambil menghirup udara dalam dalam.
"Aku juga terima kasih karena kau mau berkenalan denganku. Jarang ada kucing ras yang mau menghampiriku, karena mereka merasa paling unggul dibanding kucing domestik sepertiku ini".
Snowi merasa perkataan dari kucing tersebut benar adanya, termasuk ia terkadang juga merasa tidak selevel dengan kucing domestik karena hidupnya yang tidak teratur dan beringas. Namun kini, kucing yang ada di hadapannya sekarang tidak seperti yang ia pikirkan selama ini. Masih banyak kucing liar yang baik hati.
"Bagaimana kalau mulai sekarang kita berteman", usul Snowi secara tiba-tiba.
Si induk merasa ragu dengan ajakannya.
"Kau yakin mau berteman denganku?"
Snowi mengangguk dengan sangat yakin.
"Ya, aku ingin mempunyai tenan sepertimu. Sepertinya umur kita sama".
Si induk memikirkan sejenak sebelum menjawab ajakan dari kucing ras tersebut.
"Baiklah, mulai sekarang kita berteman", kata si induk dengan mantap.
Mereka berdua pun tertawa karena sejak hari itu ia menjadi sahabat yang berbeda ras dan berbeda nasib pula. Mereka melanjutkan perjalanannya karena hampir sampai di tempat tujuan.