Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gareng si Kucing Jalanan
MENU
About Us  

Namun, sudah setahun berlalu ikatan tersebut tetap terjalin, tetapi di dunia ini tidak ada yang abadi. Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Begitu pula yang dialami oleh si kucing kecil. Seperti biasa saat di pagi buta, ia sudah terbangun dari tidurnya yang lelap, ia merasa mengantuk karena kemarin sudah menghabiskan lima ekor pindang yang sudah di rebus. Si kucing kecil bergegas untuk menunggu si nenek sebagai rutinitasnya. Namun, setelah di tunggu sekian lama beliau tidak kunjung datang juga. Tapi, ia tidak menyerah untuk selalu menunggu si nenek kapanpun akan datang.

Tidak terasa matahari sudah menampakkan sinarnya. Itu pertanda waktu sudah pagi. Si kucing kecil hanya memandangi orang yang sedang beraktivitas. Untungnya ia belum terlalu lapar, jadi ia tidak merasa tersiksa harus menunggu si nenek selama ini. Waktu pun berlalu, tapi si nenek belum juga datang. Seharian sudah si kucing tersebut menunggu tanpa pernah meninggalkan tempatnya sama sekali, takut jika si nenek sudah datang, tapi ia sedang tidak ada. Si kucing kecil memang tidak mau membuat khawatir kepada orang yang sudah menyayanginya dengan sepenuh hati. Ia merasa gelisah, tidak seperti biasanya si nenek absen untuk berjualan. Apakah si nenek ingin libur sebentar?. Si kucing kecil tidak dapat memastikan, karena ia tidak tahu kediaman beliau.

Hari pun sudah semakin gelap, pertanda malam hari sudah datang untuk menggantikan teriknya di siang hari. Angin berhembus cukup kencang, dan awan tampaknya sedang mendung, berarti sebentar lagi akan turun hujan. Bunyi petir pun saling bersahutan, membuat orang-orang yang sedang berada di luar segera berlari untuk menemukan tempat yang aman agar tidak tersambar oleh ganasnya halilintar. Melihat situasi yang seperti itu, tidak mungkin si nenek akan datang kesini. Si kucing kecil merasa kecewa, karena hari ini tidak dapat bertemu dengan beliau. Perutnya tidak terasa berbunyi, ia lupa jika belum makan seharian. Hidupnya selama ini memang sudah dijamin oleh si nenek, maka dari itu ia tidak pernah cemas masalah makanan. Tapi, karena hari ini tidak ada yang memberinya makan, terpaksa si kucing kecil itu berjalan untuk menemukan sisa-sisa makanan yang masih bisa dimakan.

Si kucing tersebut sudah tidak seringkih dulu waktu masih bayi, jadi ia akan berusaha menggunakan insting berburunya untuk mengendus aroma yang semerbak.

Setelah berjalan beberapa meter, terdapat bau yang lezat dan menggoda. Ternyata ada warung di sekitar sana. Ia pun bergegas menghampiri warung itu. Maklum, masih belum bisa untuk mencuri ikan tanpa terlihat oleh manusia. Jadi, sekarang ia hanya bisa memasang wajah dengan melas, berharap akan ada belas kasihan dari manusia yang sedang makan dengan lahapnya. Beruntung, usaha itu tidak sia-sia karena sudah ada orang baik hati yang mau memberinya ikan nila bakar yang tersisa. Lumayan, bisa untuk mengganjal perutnya yang sudah kosong seharian penuh ini. Meskipun begitu, masih belum bisa menandingi kelezatan rasa ikan pindang rebus yang dibuat oleh si nenek dengan penuh cinta. Ah, jadi kangen dengan masakan si nenek yang terlihat sederhana itu. Si kucing tidak sabar untuk bertemu dengannya esok hari.

Keesokan harinya, ia sudah bangun saat langit masih gelap. Ia sudah rindu dengan sang nenek dan suara bel sepeda onthelnya yang khas. Namun, sama halnya seperti kemarin, si nenek tak kunjung datang. Apakah si nenek sudah melupakannya?.

Kucing tersebut berjalan mondar mandir, terkadang ia berjalan sampai di pintu depan pasar agar bisa melihat kerumunan yang sedang memasuki pasar, bisa saja si nenek sedang berada di tengah-tengah riuhnya manusia. Nihil, tidak nampak juga sosok tersebut. Ia melangkah dengan lesu, bukan karena lapar, tapi merasa sedang butuh kasih sayang saat itu. Sudah dua hari ini beliau tidak tampak. Untuk saat ini rasanya ingin tidur saja, siapa tahu saat bangun nanti mendapati beliau sudah ada di sampingnya.

Akhirnya memejamkan matanya dan tidur terlelap. Di dalam mimpinya, ia sedang bermain dan bersenda gurau dengan si nenek. Terdapat bermacam ikan yang dibawa oleh beliau, dan mereka memakan bersama-sama. Ah, alangkah indahnya kehidupan di alam mimpi.

"Puusss".

Merasa ada yang memanggil, ia segera membuka matanya. Saat terbangun didapatinya ibu pedagang yang menempati kios di depannya sedang duduk disampingnya.

"Heii, puss. Kau lapar? Ini kuberi kau ikan lele. Makanlah", ucap si ibu pedagang seraya memberikan ikan lele goreng ke hadapan si kucing.

Si kucing merasa bingung, tumben si ibu pedagang yang memberinya makan. Dimanakah si nenek saat ini? Seperti bisa membaca pikiran si kucing. Beliau pun mulai berkata dengan nada yang terisak.

"Sudahlah, jangan pernah menunggu nenekmu lagi", kata si ibu pedagang. Beliau terlihat menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh.

"Kemarin aku tidak berjualan karena habis dari rumah nenekmu. Ada orang yang mengabariku, jika beliau sudah wafat dalam keadaan tidur".

Si ibu pedagang pun tidak bisa membendung air matanya lagi. Beliau merasa kehilangan dengan sosok nenek yang baik hati tersebut. Walaupun tidak ada ikatan kekeluargaan, namun si ibu sudah menganggap beliau sebagai keluarganya sendiri. Maka dari itu, si ibu merasa berduka sekali. Si kucing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang tersebut, namun ia masih bisa merasakan, jika si nenek kemungkinan tidak akan pernah kembali lagi untuk selamanya. Si kucing merasa tidak nafsu makan saat itu. Ia juga merasa sedih yang teramat mendalam. Ikatan yang terbentuk selama setahun akhirnya kandas karena Tuhan sudah memanggil si nenek. Si kucing belum sempat untuk mengucapkan selamat tinggal kepada si nenek. Untuk kedua kalinya ia merasakan perpisahan yang menyakitkan.

"Hei, ikutlah bersamaku!" seru si ibu pedagang dengan tiba-tiba. Beliau lalu berjalan agar si kucing mau mengikutinya. Setelah beberapa menit mereka berjalan. Akhirnya sampai juga di tempat pemakaman umum yang sedang sepi. Si ibu menunjuk ke suatu tempat yang terdapat pohon kamboja.

"Disitu nenekmu berada, ayo kesana!"

Si kucing kecil segera berlari menuju ke tempat peristirahatan si nenek. Terdapat nisan berwarna coklat dengan tulisan yang berisikan nama nenek.

"SUPIYATI"

Ya, hanya tertulis itu saja tanpa imbuhan bin yang tidak seperti pemakaman lainnya. Hidupnya yang sebatang kara, membuat orang disekitarnya tidak tahu akan asal-usul dari nenek tersebut. Si kucing kecil itu mendekati kuburan sang nenek. Ia merasa belum siap untuk berpisah. Akhirnya si ibu membiarkan kucing itu tidur di dekat kuburan si nenek. Pemandangan yang sangat menyayat hati. Bagaimana bisa ikatan terjalin dengan begitu kuat antara manusia dengan hewan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • antonvw

    Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.

    Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan
Similar Tags
My Teaser Devil Prince
6419      1624     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Crystal Dimension
320      222     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Pisah Temu
1039      561     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Story Of Chayra
12748      3123     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Dibawah Langit Senja
1606      942     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Dua Warna
645      444     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
The Diary : You Are My Activist
14660      2482     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Story of time
2363      930     2     
Romance
kau dan semua omong kosong tentang cinta adalah alasan untuk ku bertahan. . untuk semua hal yang pernah kita lakukan bersama, aku tidak akan melepaskan mu dengan mudah. . .
Bukan kepribadian ganda
9454      1833     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Jam Terus Berdetak
132      119     1     
Short Story
Dion, seorang pemuda yang berencana menjual lukisannya. Sayangnya, ia terlambat datang ke tempat janji bertemu. Alhasil, ia kembali melangkahkan kaki dengan tangan kosong. Hal tidak terduga justru terjadi pada dirinya. Ketika Dion sudah berpasrah diri dan mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya.