Berbicara tentang ikatan pasti setiap makhluk hidup mempunyai hubungan yang menarik antara sesama manusia, hewan dengan hewan, atau manusia dengan hewan. Banyak sekali jika seorang manusia menjalin ikatan kekeluargaan dengan hewan peliharaannya. Mungkin bagi sebagian orang itu menganggap caranya berlebihan untuk mengungkap rasa sayang terhadap hewan peliharaan yang sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga. Tidak ada yang salah dengan itu, sebab kita sebagai manusia harus saling mengasihi terhadap makhluk hidup.
Hewan peliharaan yang sudah masuk di lingkup kehidupan manusia, ia juga akan menunjukkan kasih sayangnya terhadap sang pemilik. Bisa juga disebut sebagai cinta dua arah, tak melulu bisa disandingkan oleh pasangan kekasih, tapi juga bisa antara hewan dengan sang pemilik. Seperti kucing, jika ia sudah mempercayai seorang manusia pasti akan menggosok tubuhnya di salah satu bagian anggota tubuh sang pemilik, itu menandakan jika kucing tersebut sangat menyayangi majikannya. Atau, tidak jarang juga terkadang si kucing tiba-tiba datang dengan membawa bangkai tikus sebagai hadiah persembahan dari sang pemiliknya. Seperti itulah memang bentuk kasih sayang.
Sama halnya dengan si kucing kecil yang selalu menantikan kedatangan dari si nenek. Mungkin ia tidak bisa merasakan kehangatan kasih sayang dari ibunya, akan tetapi ia setidaknya masih bisa mendapatkan perhatian dari si nenek. Setiap hari ia selalu keluar dari kardusnya dan menunggu di pinggiran bedak-bedak yang tersedia di pasar. Ketika si nenek masih berjalan menuju tempat kiosnya, si kucing kecil lebih dulu menghampirinya dengan berlari dan ia akan mengikuti langkah si nenek sampai di tempat kiosnya. Pemandangan yang menggemaskan sekaligus mengharukan.
"Wah, itu kucingnya lucu sekali selalu menghampiri Nenek seakan-akan tidak sabar menantikan kedatangan dari Nenek", ucap salah satu ibu pedagang yang sudah hafal kebiasaan dari si kucing kecil.
Nenek yang mendengarnya juga ikut tersenyum.
" Iya Bu, kucing kecil ini sudah saya anggap keluarga saya sendiri. Jadi ia merasa aman jika ada saya", ucap Nenek sambil menuntun sepedanya yang sudah tua.
Si ibu pedagang hanya memandangi mereka berdua dengan tatapan terharu, dulu ia selalu mendengar tangisan dari si kucing kecil yang mencari induknya yang tiba-tiba menghilang. Si ibu pedagang juga tidak tahu kemana perginya si ibu kucing sampai-sampai anaknya ditinggal sendirian. Berhari-hari ia selalu mendengarkan meongan yang agak keras, namun karena kegiatannya yang selalu melayani ramainya para pembeli, jadi ia tidak sempat untuk menengok keadaannya. Baru-baru ini saja ada seorang pendatang baru yaitu nenek yang sudah mau merawat si kucing kecil itu walaupun tidak dibawa pulang, setidaknya si kucing itu tidak merasa kelaparan. Ibu pedagang bukan tipe penyayang binatang, namun jika ada kucing kecil yang kesusahan, ia juga tidak sampai hati membiarkan kelaparan. Pernah suatu waktu karena kasihan dengan kondisi si kucing kecil yang kurus, ia segera mencari ikan tongkol untuk dimakan. Beruntung ia dapat bertahan hidup dengan kondisi yang seperti itu.
Si ibu pedagang merasa bersyukur akan kedatangan si nenek. Hanya beberapa minggu beliau menempati kiosnya, ia cepat akrab dengannya. Terkadang si ibu juga membeli ikan pindang dengan jumlah yang banyak untuk dimasak dan dimakan bersama keluarganya. Tak hanya itu semua orang yang berjualan disitu sudah tau dengan si nenek yang selalu ditemani oleh si kucing kecil yang lucu. Bila mana, mendapati ada pembeli yaitu ibu dengan membawa anaknya yang masih kecil, pasti anaknya akan bermain sebentar dengan si kucing kecil tersebut. Lumayan untuk hiburan dikala si ibu masih sibuk untuk memilih-milih ikan pindang.
Si kucing kecil selalu setia menunggu si nenek berjualan. Maka dari itu si nenek tidak pernah merasa sendirian ketika waktunya dihabiskan untuk menunggu pembeli. Mereka selalu duduk berdua di kursi sambil memandangi orang lalu lalang yang berjalan di depannya. Terkadang karena sangking bosannya, si kucing sudah tertidur lelap di pangkuan si nenek. Melihat seperti itu, beliau tidak tega untuk membangunkannya, jadi ia tidak berani bergerak karena takut si kucing kecil manja itu terganggu.
Suatu waktu pernah juga tiba-tiba ada anak kecil datang kearahnya. Dia lalu bertanya perihal kucing kecil itu.
"Permisi, Nek. Apa itu kucing nenek?" tanya si anak kecil dengan rambutnya yang dikepang dua.
Si nenek mengangguk dengan tersenyum lembut.
"Ini kucing jalanan, karena si kucing selalu dekat dengan nenek. Akhirnya banyak yang menganggap ini kucing nenek", jawab si nenek sambil memandangi kucing kecil yang di sampingnya.
"Oh begitu. Bolehkah kalo saya memegangnya sebentar, Nek. Tapi jangan bilang sama ibu saya ya. Soalnya ibu saya tidak boleh jika saya memegang kucing jalanan , katanya kotor", saran si anak kecil itu dengan memohon.
Si nenek tertawa kecil mendengar permohonan dari si anak kecil tersebut. Lalu ia segera mengelus-elus dengan lembut. Si kucing kecil tidak memberontak sama sekali.
"Wahhh lucunyaaa", ucapnya dengan mata yang berbinar.
Si anak kecil terlihat gemas dengan tingkah si kucing kecil yang konyol. Ia tidak henti-hentinya mengelus dan mengelitiki hewan tersebut.
" Tiaraa, kamu dimana Nak?" seru sang ibu sambil membawa kantong belanjaan yang penuh.
Si anak kecil dengan nama Tiara segera bergegas untuk menghampiri ibunya yang sudah memanggilnya. Ia tidak ingin kepergok sedang bermain dengan kucing liar. Segera, ia mengucapkan terimakasih kepada si nenek karena sudah mengijinkan untuk bermain.
"Nek, Saya pergi dulu ya. Nanti ibu marah jika saya terlihat sedang bermain dengan kucing nenek. Terima kasih Nek. Sampai jumpa lagi", kata Tiara dengan melambaikan tangannya.
Si nenek tersenyum ketika melihat anak kecil itu berlari ke arah ibunya agar tidak curiga jika ia melanggar perintah dari sang ibu.
Mereka berdua, kembali menikmati kebersamaannya di tengah-tengah pasar yang sedang ramai dan angin sepoi-sepoi.
Saat itu si nenek menyadari jika ia memiliki sebuah ikatan sederhana yang bisa menciptakan kebahagiaan diantara keduanya.