Hari-hari yang dilalui oleh si kucing kecil sekarang adalah menunggu si nenek baik hati untuk datang memberi makan kepadanya berupa ikan pindang yang sudah direbus dan dilumatkan dengan halus agar si kucing kecil bisa memakan dengan lahap. Si kucing kecil sudah hafal betul ketika mendengar suara bel sepeda onthel, itu pertanda jika beliau sudah datang ke pasar. Biasanya si kucing kecil segera lari untuk menghampirinya. Seakan-akan kedatangannya sudah ditunggu sejak tadi. Si nenek akan datang ketika sesudah sholat subuh dikumandangkan. Beliau akan mengayuh sepedanya dari rumah ke pasar dengan jarak kurang lebih satu kilometer.
Memang, setiap hari si nenek selalu menggunakan sepeda onthel yang sudah tua tapi terawat sebagai sarana transportasi untuk menjajakan barang dagangannya dengan berkeliling dari rumah ke rumah. Profesi uang digelutinya itu sudah dijalani puluhan tahun.
Si nenek sudah berumur hampir 80 tahun, meskipun begitu fisik nenek terlihat sehat dan masih kuat untuk bekerja hampir seharian. Dari subuh hingga petang, beliau akan menghabiskan waktunya untuk terus mendapatkan pembeli.
"Ikan pindang, ikan pindang murah, hanya 2.500 rupiah saja", teriak si nenek sambil berkeliling untuk mencari pembeli.
Begitulah cara beliau untuk mempromosikan dagangannya dengan berteriak agar orang orang dapat mendengar apa yang dijualnya. Hampir setiap hari beliau berjualan, si nenek akan libur ketika beliau merasa sakit saja.
Untuk hasil penjualan sebagai berdagang ikan pindang juga tidak seberapa yang didapatkan, namun meskipun begitu si nenek merasa bersyukur bisa makan untuk hari ini dengan uang hasil jerih payahnya. Beliau tidak ingin memanfaatkan kondisinya yang masih sehat bugar untuk bermalas-malasan cari uang dengan mengemis, lagipula perbuatan itu dibenci oleh Tuhan Yang Maha Esa. Si nenek selalu menjumpai orang yang berumur seperti dirinya sedang mengemis dengan menunjukkan wajah kesusahan kepada orang yang sedang berjalan lalu lalang, berharap si orang tersebut berbelas kasihan kepadanya dengan memberinya uang kecil.
Beliau tidak mau hidupnya yang sudah senja dihabiskan dengan cara yang tidak menunjukkan harkat martabat sebagai manusia. Lalu, beliau pun punya ide untuk berdagang ikan pindang, modalnya yang kecil namun selalu dicari oleh pembeli yang sedang ingin membeli ikan untuk lauk pauk. Usaha itu ditekuninya walaupun terkadang mencari pembeli itu sangat susah. Namun si nenek percaya jika rezeki sudah diatur. Pernah ada pembeli yang saat itu kebetulan sedang lewat dan memanggil si nenek untuk berhenti.
"Nek, beli ikan pindangnya dua! " seru gadis tersebut.
Si nenek segera memberikan ikan pindang yang sudah dimasukkan ke dalam kantong kresek.
"Ini Nak, ikannya", ucap si nenek.
Si pembeli yang masih gadis itu memberikan uang 20 ribu kepada si nenek. Karena saat itu masih sangat pagi beliau bingung untuk mencari kembalian, si nenek memang tidak punya uang sama sekali saat itu. Beliau bingung ingin menukar uang itu dimana, karena toko-toko masih tutup.
"Oh, nek. Uang kembaliannya untuk nenek saja", ucap si gadis tersebut dengan tersenyum.
Si nenek yang mendengarnya pun terenyuh, masih ada orang baik di dunia ini.
"Terimakasih ya Nak. Semoga Allah membalas perbuatanmu", ucap si nenek seraya mendoakan.
Si gadis mengangguk dengan pelan sambil tersenyum.
" Terimakasih juga atas doanya ya Nek, saya permisi dulu".
Si gadis lalu berjalan untuk kembali menuju rumahnya, sebelum ia sampai di pagar rumahnya, si gadis menoleh kembali ke arah nenek. Dan dilihatnya saat itu si nenek sedang memberi ikan kepada kucing liar yang sedang kelaparan. Si nenek itu duduk di atas trotoar untuk menunggu si kucing liar sampai selesai makan. Gadis yang melihat seperti itu seakan hatinya berdesir, merasa kasihan dengan nasib nenek yang masa tua nya dihabiskan dengan berjualan kesana kemari untuk mencari pembeli, namun disisi lain walaupun hidupnya kekurangan masih tidak lupa untuk selalu berbagi kepada sesama makhluk hidup yang membutuhkan.
Sekarang banyak orang yang hidup serba berkecukupan akan tetapi lupa jika harus saling menolong ketika ada makhluk yang sedang kesusahan, tak peduli itu manusia atau hewan. Tapi ketika melihat si nenek sepertinya orang yang tegar dalam menjalani hidupnya. Si gadis tahu jika beliau hidup sebatang kara, ia mengetahui dari omongan orang-orang langganan si nenek. Anak-anaknya sudah lama meninggal, entah cucu-cucunya sekarang ada dimana, yang pasti si nenek menghabiskan waktunya dengan sendirian.
Si gadis mengingat wajah beliau yang tabah dan sabar, dia jadi berharap agar beliau selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan di sisa akhir hidupnya. Begitulah asal-usul si nenek penjual ikan pindang yang bertemu dengan si kucing kecil dan menjalin persahabatan antara kucing dengan manusia.
Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.
Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan