Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

"Eh, di mana sih kamu ketemu sama pacarmu itu? Kok aku nggak pernah tahu ceritanya."

 

Begitu masuk ruangan, Ninit langsung mampir ke kubikel Helene dan tanpa basa-basi menanyakan soal Ares. Rupanya dia sangat penasaran. Mungkin tadi malam dia tidak bisa tidur karena hal itu.

 

Setelah obrolan WA grup ditutup, Ninit dua kali menelepon Helene dan Helene tidak menjawab telepon dari Ninit. Dia hanya mengirimkan pesan

[Penasaran ya?]

 

Dibalas Ninit dengan kalimat [jelas lah]

 

Setelah itu Helene tidak membalas pesan dari Ninit, dibiarkannya saja Ninit dengan rasa penasarannya.

 

"Nanti Bayu juga akan menanyakan hal yang sama, males banget harus berkali-kali menceritakannya." Helene melengos.

 

"Jual mahal banget sih!" Ninit berjalan ke kubikelnya, tangannya menjawil Helene yang terkekeh geli.

 

Begitu waktu makan siang, Ninit menggamit tangan Helene. Tidak membiarkan Helene pergi dengan orang lain.

 

Bayu melambai dari kejauhan, ternyata Bayu dan Ninit sudah membuat janji untuk makan siang bareng. Mereka duduk mengapit Helene. Tak perlu berpanjang kata, Helene harus segera menceritakan semua secara lengkap kalau perlu sedetail mungkin.

 

Helene memulai kisahnya ketika dia diganggu Marco. Kenangan itu hadir kembali, Dionisius dan gitarnya. Dia mengingat malam itu berdiri di samping Dion, menyanyi dan mengucapkan kata rindu pada Dion. Mendadak dia disergap rasa nyeri. Helene perlu mengambil jeda sejenak, menarik napas kemudian melanjutkan ceritanya.

 

Aku tak pernah bisa menghilangkan dirinya, dia akan selalu berada di hati.

 

"Sepertinya dia laki-laki yang menyenangkan," komentar Ninit setelah mendengar cerita Helene.

 

Bayu hanya mendengarkan saja. Dia tetap memperhatikan Helene bahkan sampai hal yang luput dari perhatian Ninit. Bayu tahu, Helene belum bisa melupakan Dion. Dia hanya berusaha melupakan laki-laki itu dengan menerima Ares. Bayu hanya berharap suatu saat Helene akan mencintai Ares, bukan hanya dijadikan pelariannya saja. Bayu melihat lurus ke arah Helene yang sibuk berdebat dengan Ninit. Kemudian menghela napas. Wajah Helene yang indah bukan berarti kisah percintaannya seindah wajahnya.

 

***

 

Helene memakai celana panjang longgar berwarna putih, dipadu dengan atasan tanpa lengan berwarna merah muda. Rambutnya yang hitam panjang di gerai begitu saja. Wajahnya hanya dirias make up tipis. Ares menyukai pemandangan yang berada di hadapannya, menurut Ares semua terlihat sempurna.

Ares meraih tangan Helene, menggenggam jemarinya erat. "Kita pergi sekarang?"

 

"Ya, aku yakin mereka pasti sudah berkumpul." Helene menarik lembut tangan Ares.

 

***

 

Ninit langsung menyongsong kehadiran Helene dan Ares. Ninit lagaknya sudah seperti tuan rumah saja. Bayu dan Abimanyu duduk mengobrol di halaman belakang rumah, sambil memanggang daging.

 

Helene langsung memperkenalkan Ares kepada semua temannya. Mereka menyambut Ares dengan rasa persahabatan. Ares begitu mudah berbaur dengan teman-temannya. Helene bahagia dengan kenyataan itu.

 

Semua pembicaraan mengalir lancar dan mereka selalu menggoda Ninit. Ekspresi Ninit menjadi cemberut, ditambah lagi Abimanyu ikut menggoda. Katanya dia selalu gemas melihat tampang Ninit yang cemberut.

 

***

 

"Kamu suka bertemu dengan teman-temanku?" Helene bertanya sebelum dia turun dari mobil Ares. Laki-laki itu mengangguk senang, "Aku suka... suka sekali. Teman-teman kamu sangat menyenangkan."

 

"Ah ya, mereka memang menyenangkan. Entah bagaimana hidupku kalau tidak mengenal mereka? Mungkin semua menjadi hambar dan monoton." Helene menatap lurus ke depan. Andai tidak ada Ninit dan Bayu, mungkin dia akan sulit melewati semua ini.

 

Ares menggenggam tangannya. "Aku tidak tahu apa yang dulu pernah terjadi dalam hidupmu, karena kamu belum menceritakannya padaku. Aku tidak akan mendesak kamu, mungkin kamu memang tidak ingin atau belum siap. Tapi percayalah, aku akan selalu berusaha ada untuk kamu."

 

Helene mendongak menatap Ares, ada kesungguhan di mata Ares. Laki-laki itu mencium keningnya, "Aku jatuh cinta padamu Helene... bukan, tapi aku cinta padamu. Aku berharap kamu bisa merasakannya." Jantung Helene berdetak dua kali lebih cepat. Wajahnya terasa panas. Dia bertanya di dalam hati, apakah bisa membalas cinta laki-laki ini dengan tulus.

 

***

 

"Mama, setuju kamu pacaran dengan Aristides." Malam ini mama datang. Mama duduk di teras kos nya dan langsung mengucapkan kalimat yang membuat Helene terkejut. Rupanya memang tidak ada yang bisa dia sembunyikan dari mama. Bahkan kalau dia bersembunyi ke lubang semut pun mama tetap akan tahu.

 

"Kenapa mama tidak membiarkan semua proses berjalan normal? Haruskah mama selalu memasang mata-mata dan menyelidiki semua?" Helene menjadi frustasi. Dia jengkel pada mama. Walaupun kali ini mama setuju dengan Ares, tetapi itu tetap tidak menghilangkan rasa sebalnya pada mama. Dia benci selalu dikuntit.

 

"Kamu itu anak siapa? Itu yang membuat kamu berbeda. Mama tidak mau laki-laki yang bersama kamu itu laki-laki sembarangan." Mama menatap Helene tajam. Helene memilih diam, terkadang itu lebih baik. Dia tidak mau perdebatan ini akan semakin panjang. Dia hanya ingin mama segera pergi.

 

***

 

Hari-harinya dengan Ares berjalan begitu indah, semua seperti mengalir. Helene sudah diperkenalkan dengan orang tua Ares yang menyambut Helene dengan tangan terbuka. Bahkan mereka sayang pada Helene. Ares juga mengenalkan Helene dengan teman-temannya, dengan dunia Ares.

 

Yang sedikit canggung ketika Ares mengenalkan Helene kepada Marco. Laki-laki itu terlihat malu dan gugup. Helene menjadi bingung harus bersikap bagaimana. Dia hanya bisa tersenyum sambil menyebutkan namanya, "Kita pernah bertemu, tapi kita belum berkenalan dengan benar. Namaku Helene," katanya diplomatis, dia mengulurkan tangannya.

 

Marco menyebutkan namanya sambil menjabat tangan Helene. Menatap Helene dengan pandangan lurus, lalu tersenyum sekadarnya. Setelah itu Marco berlalu dari hadapan Helene.

 

"Dia tidak suka padaku?" tanyanya dengan nada bingung.

 

"Bukan tidak suka, dia hanya bingung harus bersikap bagaimana ke kamu. Mungkin juga dia merasa malu." Ares tertawa pelan.

 

"Aku berharap kami berdua bisa bergaul dengan baik. Aku merasa aneh kalau setiap bertemu dia harus merasa canggung."

 

"Aku yakin semua akan baik-baik saja, semua ada waktunya. Dia terkejut, tidak menyangka kalau kamu menjadi kekasihku." Ares memeluk pinggang Helene. Menariknya mendekat ke tubuhnya. Ares suka mencium aroma tubuh Helene.

 

***

 

Dionisius kehilangan ketenangannya, dia tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaan. Ketika memimpin rapat hari ini, dia bahkan tidak bisa memimpin rapat dengan baik. Banyak informasi yang tidak bisa ditangkapnya. Itu bukanlah kebiasaannya. Dia orang yang selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Bahkan bawahannya tidak ada yang berani bersikap santai ketika dia memimpin rapat. Dion membenci dirinya saat ini.

 

Kenyataan melihat Helene dekat dengan seseorang begitu mengganggu.

Haruskah aku melepaskannya atau

aku mengejarnya dan memintanya kembali padaku? Tapi apakah aku pantas untuk itu?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Something about Destiny
161      137     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Rinai Kesedihan
794      534     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
4611      1739     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Dearest Friend Nirluka
1434      757     1     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Here We Go Again
649      364     2     
Short Story
Even though it hurt, she would always be my favorite pain.
Dira dan Aga
543      372     3     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Dira
Mentari dan Purnama
510      339     1     
Short Story
Mentari adalah gadis yang dikenal ceria di kalangan teman-temannya. Tanpa semua orang ketahui, ia menyimpan rahasia yang teramat besar. Mentari berteman dengan seorang hantu Belanda yang berkeliaran di sekolah! Rahasia Mentari terancam ketika seorang murid baru blasteran Belanda bernama Purnama datang ke sekolah. Apakah kedatangan Purnama ada hubungannya dengen rahasia Mentari?
Trip
936      476     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Guguran Daun di atas Pusara
505      347     1     
Short Story
Monday
306      239     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.