Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Konsentrasi Thalita buyar begitu saja ketika mengajar anak-anak. Dia menyesali kebodohannya menanyakan hal seperti itu kepada Dion dan merasa sangat menyesal karena tidak bisa menahan diri. Thalita merasa ini hal paling memalukan yang pernah dilakukannya. Baru kali ini Thalita sangat mencintai seseorang, dan perasaan itu harus dihempaskan begitu saja. Tragis.

Ingin rasanya Thalita menangis, dan mencoba menahan air matanya tumpah.

 

Matanya melihat sudut tempat Dion memainkan gitarnya, kali ini Thalita tak bisa menahannya lagi. Dia pergi mencari tempat sepi dan menangis tergugu di sana. Setelah selesai mengajar, dia akan mengajukan pengunduran diri pada Ibu panti. Thalita bahkan sudah mengarang beribu alasan. Dia tidak akan bisa menahan diri ketika bertemu Dion.

 

Di kampus, Thalita masih bisa menghindar. Fakultas mereka berbeda, kampus juga begitu luas. Namun, panti asuhan? Teramat sulit untuk tidak bertemu laki-laki itu sewaktu-waktu. Biarlah waktu yang akan menyembuhkan lukanya. Suatu saat dia akan kembali, dan berharap Dion akan melihat dirinya. Akan ada suatu saat yang indah untuknya. Dia hanya harus bersabar.

 

***

 

"Len, kalau lagi melamun jorok jangan di sini!" Ninit menepuk pundak Helene.

 

"Semprul!" Helene memaki dengan suara pelan. Dia sebal kalau dikejutkan seperti itu. "Kamu itu yang mikirnya jorok terus! Ketularan si Togap." Helene sengaja menyebutkan nama Togap. Kadang-kadang si Ninit ini perlu dibalas.

 

"Eits, jangan gitu dong! Apa urusannya sama Togap? Jangan bawa-bawa nama itu dalam urusan kita. Sangat nggak elegan banget sih kamu." Ninit meradang. Helene tersenyum lebar.

 

Tadi dia sengaja menyepi di rooftop, dia sedang memikirkan Dion. Helene merasakan ada sesuatu dengan Dion. Selama ini nalurinya tidak pernah salah. Namun, dia tidak mungkin menemui Dion lagi malam ini hanya untuk menanyakan hal itu. Lagi pula kafe tempat Dion bekerja, bukanlah tempat yang menyenangkan untuk membicarakan hal seperti ini. Helene juga tidak mau mengganggu Dion. Biarlah saat ini, semua hanya jadi pertanyaan yang entah kapan akan terjawab.

 

Helene tidak menyangka Ninit tahu keberadaannya di sini. Padahal dia sangat jarang ke rooftop. Kalau sedang bosan dengan kubikelnya, Helene lebih suka menyepi sebentar di kafe lantai bawah hanya untuk sekadar minum kopi.

 

"Aku nggak menyangka bertemu kamu di sini. Tadi aku bosan setengah mati berada di kubikel, bosan dengan laptopku. Mataku lelah melihat laporan dari pagi. Aku butuh menyegarkan mata dan pikiranku." Ninit seperti bisa membaca pikiran Helene. "sayangnya aku cuma membawa secangkir kopi," kata Ninit lagi. Helene melihat cangkir kertas yang dipegang Ninit.

 

"Nggak apa-apa...aku juga mau balik kok, laporanku belum beres. Kayaknya bakal lembur malam ini."

 

"Ah, kamu sih enggak usah ditanya! Paling rajin lembur. Nanti aku temani lembur, aku lagi males pulang cepat."

 

"Kenapa?" Helene tahu, pasti ada sesuatu dengan Ninit. Terbiasa bergaul dengan Ninit, Helene bisa membaca sesuatu yang berbeda.

 

"Aku lelah ditanya soal pernikahan. Kebetulan Om dan Tanteku menginap di rumah. Pertanyaan mereka selalu sama setiap berkunjung. Akhirnya orang tuaku jadi ikut panik. Padahal biasanya mereka tidak terlalu meributkan soal ini. Kamu tahu 'kan aku belum ingin menikah."

 

Ninit menekuk wajahnya. Helene tahu, Ninit masih punya banyak keinginan yang belum bisa dia capai. Makanya dia belum ingin menikah, dan yang paling penting adalah Ninit belum punya pacar. Siapa yang mau diajak untuk menikah? Bukan karena Ninit terlalu pemilih. Menurut Ninit, sampai sekarang dia belum menemukan pria potensial yang bisa dijadikan calon suami.

 

"Masakan hanya karena aku dikejar-kejar usia dan desakan dari keluarga. Aku main comot aja." Helene setuju dengan pendapat Ninit.

 

"Kayaknya kamu harus sablon kaos deh untuk menghindari pertanyaan kayak gitu."

 

"Kaos apaan? Idemu itu kadang-kadang patut dicurigai. Lagian apa hubungannya sama disuruh kawin?"

 

"Nih ya ... dengerin!" Helene memasang tampang serius, "di kaosmu itu ditulis begini...tarif bertanya kapan punya pacar 5 juta, kapan menikah 10 juta, kapan naik jabatan 15 juta..." Helene belum menyelesaikan kalimatnya, Ninit sudah tertawa geli.

 

"Dasar gemblung! Kapan kita bikin kaos kayak gitu?" Ninit bertanya dengan susah payah karena dia sulit menghentikan tawanya.

 

"Besok kita bikin... Om sama Tantemu kapan pulangnya?" tanya Helene sambil tersenyum lebar. Ninit tidak menjawab pertanyaan Helene. Dia sibuk berusaha menghentikan tawanya.

 

***

 

Sabtu pagi Helene sudah bersiap ke rumah Dion. Dia memakai kaos longgar oversize, celana ketat selutut berbahan spandek untuk olah raga, sepatu olah raga dan menguncir rambutnya. Helene hanya memakai bedak tipis dan lipstik. Disempatkannya mampir membeli sarapan bubur ayam di gerobak pinggir jalan langganannya.

 

Helene yakin, Dion sudah tidak sabar untuk bertemu dengan dirinya. Tadi malam laki-laki itu sudah menanyakan soal kedatangan Helene. Tadi pagi Dion juga menelepon dirinya, memastikan kedatangan Helene.

 

Benar saja, Dion sudah menunggu Helene di teras. Begitu melihat Helene, Dion tersenyum lebar. Laki-laki itu terlihat sangat bahagia, matanya berbinar-binar. Dion menarik Helene ke dalam, memeluk perempuan itu. Dia rindu...sangat rindu.

 

"Dion," panggil Helene pelan, dia masih berada dalam dekapan Dion.

 

"Ya?"

 

"Kamu masih lama memeluk ku seperti ini? Karena sepertinya aku agak susah bernapas." Suara Helene nyaris tak terdengar. Cepat-cepat Dion melepaskan pelukannya. "Maafkan aku...maafkan." Raut wajahnya terlihat sangat bersalah.

 

Dion memandangi Helene, "kamu nggak apa-apa?" tanyanya khawatir. "Aku terlalu rindu."

 

"Aku tahu." Helene tersenyum, "aku juga rindu."

 

***

 

Berkali-kali Helene melancarkan pukulan, tapi Dion seolah tidak tergoyahkan. Pertahanannya sangat kuat, setelah itu dia akan menyerang balik Helene. Tidak ada kata mengalah walaupun status Helene adalah pacar. Helene berkali-kali kalah. Dia cuma berharap saat pertandingan yang sesungguhnya nanti dia tidak kalah. Peluh mulai bercucuran. Mereka sudah hampir dua jam berlatih. Helene mulai kelelahan.

 

Helene menyeka wajahnya dengan handuk, "Susah banget ya, ngalah sama pacar sendiri?" katanya bersungut-sungut.

 

"Nggak juga sih! Memangnya kamu mau aku mengalah? Namanya bukan berlatih kalau begitu."

Dion membelai puncak kepala Helene, "Capek ya?"

 

"Iya."

 

"Ya sudah, kamu istirahat dan aku akan memasak  makan siang."

 

"Aku bantu deh." Helene memeluk lengan Dion. Bergelayut manja.

 

"Kamu istirahat aja, bantu aku menghabiskan masakanku."

 

"Kalau seperti ini, aku bakal rajin main ke rumahmu."

 

"Setiap hari juga boleh." Dion tersenyum simpul. Dia suka kalau Helene bermanja-manja seperti ini dengannya.

 

***

 

"Dion sudah menolakmu?" Davina memandangi Thalita yang menekuri lantai kamar kos Davina. Pagi ini dia datang ke kos Davina untuk bicara, dia butuh teman untuk mengeluarkan semua unek-uneknya.

 

Beberapa hari setelah penolakan Dion, Thalita merasa hidupnya tak sama dan semua tidak baik-baik saja. Dia kira semua akan berjalan dengan mudah. Ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Beberapa kali dia harus bertemu Dion di kampus walaupun hanya sekadar sambil lalu. Hanya melihat punggungnya saja sudah membuat perasaan Thalita kacau. Thalita benci dengan dirinya. Dia ingin kembali ke kehidupannya yang dulu.

 

Andaikan dia tidak mengenal Dion dan tidak punya perasaan apa pun untuk laki-laki itu. Andaikan Dion tidak menolaknya. Andaikan perempuan itu tidak hadir dalam kehidupan Dion. Andaikan...

Semua andaikan itu seperti menghantui dirinya. Dia benci dengan pikiran-pikirannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kulacino
413      272     1     
Romance
[On Going!] Kulacino berasal dari bahasa Italia, yang memiliki arti bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah. Aku suka sekali mendengar kata ini. Terasa klasik dan sarat akan sebuah makna. Sebuah makna klasik yang begitu manusiawi. Tentang perasaan yang masih terasa penuh walaupun sebenarnya sudah meluruh. Tentang luka yang mungkin timbul karena bahagia yang berpura-pura, atau bis...
Love 90 Days
4276      1792     2     
Romance
Hidup Ara baikbaik saja Dia memiliki dua orangtua dua kakak dan dua sahabat yang selalu ada untuknya Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan bila ada harga yang harus dibayar atas semua yang telah dia terima yaitu kematian Untuk membelokkan takdir Ara diharuskan untuk jatuh cinta pada orang yang kekurangan cinta Dalam pencariannya Ara malah direcoki oleh Iago yang tibatiba meminta Ara untu...
Once Upon A Time: Peach
1121      657     0     
Romance
Deskripsi tidak memiliki hubungan apapun dengan isi cerita. Bila penasaran langsung saja cek ke bagian abstraksi dan prologue... :)) ------------ Seorang pembaca sedang berjalan di sepanjang trotoar yang dipenuhi dengan banyak toko buku di samping kanannya yang memasang cerita-cerita mereka di rak depan dengan rapi. Seorang pembaca itu tertarik untuk memasuki sebuah toko buku yang menarik p...
After Feeling
5823      1880     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
Kenangan Masa Muda
6872      1905     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Main Character
1123      678     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
5357      1846     0     
Romance
Selama delapan tahun Yashinta Sadina mengidolakan Danendra Pramudya. Laki-laki yang mampu membuat Yashinta lupa pada segudah masalah hidupnya. Sosok yang ia sukai sejak debut sebagai atlet di usia muda dan beralih menekuni dunia tarik suara sejak beberapa bulan belakangan. "Ayah sama Ibu tenang saja, Yas akan bawa dia jadi menantu di rumah ini," ucap Yashinta sambil menunjuk layar televisi ke...
MANGKU BUMI
153      143     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Why Joe
1283      660     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Letter hopes
1108      615     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.