Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Aku Mau Hujan Turun Lebih Sering Di Dekatmu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Ninit dan Helene berlari menghindari hujan yang turun disiang yang panas. Mereka berdua masuk ke dalam sebuah mal. Helene mengibaskan tangannya yang basah terkena guyuran hujan. Ninit sibuk menyeka wajahnya dengan tissue. Mulutnya mengomel, dia sebal dengan hujan siang ini.

 

Kalau bukan karena perintah bos, mereka lebih suka duduk di kantor menyelesaikan laporan. Bos meminta mereka berdua untuk datang melihat gerai yang baru di mal. Ninit sudah bersungut-sungut sejak di kantor. Dia sebal karena laporannya belum selesai sedangkan besok sudah harus dikirim ke divisi finance.

 

"Makanya kalau mengerjakan sesuatu itu jangan nunggu mepet waktunya." Helene sok menasehati Ninit dan dibalas dengan tatapan tajam khas Ninit. Helene tertawa terbahak melihat tatapan Ninit. Dia tidak peduli.

Helene merangkul bahu Ninit dengan tangannya yang bebas, "Anggap saja kita sekalian window shopping, trus kita mampir minum segelas cappucino panas, kan enak tuh!"

 

"Tapi setelah itu aku harus lembur. Mau menemani?" Ninit melihat Helene, tatapannya penuh harap. Hampir saja Helene mengangguk, dia tidak tega pada Ninit. Namun, Helene baru ingat kalau hari ini dia punya janji untuk bertemu Dion di kafe.

 

"Tabahkan hatimu, kuatkan dirimu... semangat!" Helene menepuk punggung Ninit. "Maaf, aku tidak sebaik itu."

Helene segera berjalan cepat. Dia menghindar dari cubitan Ninit. Begitu Ninit bisa menjajari langkah Helene. Ninit segera mengeluarkan sumpah serapahnya. "Dasar nggak setia kawan!"

"Sahabat macam apa itu!"

 

Helene cuma tersenyum lebar, "Nanti aku traktir minum kopi, deh."

 

***

 

"Kalau kamu nggak bisa, nggak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri, kok," kata Thalita. Dia merasa tidak enak hati karena Dion tampak berpikir panjang untuk pergi bersamanya.

 

"Aku temani kamu." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Dion, lalu laki-laki itu berjalan. Dia menoleh sebentar kepada Thalita, berdiri menunggu Thalita berada di sampingnya.

 

"Eh, anak-anak suka kalau kamu datang. Mereka bilang kalau sama kamu, pasti diajak menyanyi." Thalita bicara memecah keheningan. Lebih baik menceritakan tentang anak-anak panti kepada Dion. Dari tadi laki-laki yang berjalan di sampingnya ini hanya diam saja, padahal jantung Thalita sudah berdegup kencang. Thalita takut Dion bisa mendengarnya karena sangat hening.

 

"Aku senang kalau mereka senang."

 

Ya Tuhan, cuma sebaris kalimat pendek lagi! Thalita nyaris menyerah mengajak Dion bicara.

 

Davina sudah memberitahu kalau Dion itu irit bicara, jadi Thalita harus sabar. Tapi waktu pertama kali berkenalan dengan Dion, laki-laki ini mau bicara sedikit panjang dengannya. Sama anak panti Dion juga suka bercerita.

Hari ini ada apa dengan Dion? Apakah ada yang salah denganku?

 

"Banyak buku yang akan kamu beli?" tanya Dion.

 

"Eh, aku belum tahu. Ada beberapa buku kuliah selebihnya mungkin novel. Aku dengar hari ini ada diskon."

 

"Oh, nanti aku juga akan melihat, semoga ada buku yang sesuai."

Thalita tersenyum, dia menghitung dalam hati berapa kata kali ini yang diucapkan Dion. Lumayan sekitar sepuluh kata.

 

***

 

Ninit sedang melihat area belakang gerai, sedangkan Helene memilih bicara dengan karyawan yang ada di gerai. Mereka biasa menyebut karyawan gerai dengan 'anak gerai'. Usia anak di gerai jauh lebih muda dari Ninit dan Helene, makanya mereka menyebut seperti itu.

Helene yang lebih ramah dan sabar memang lebih pas untuk diajak ngobrol. Anak-anak gerai itu lebih mudah akrab dengan Helene.

Helene sangat mudah mengorek informasi tentang tiap personil gerai atau tentang kesulitan mereka, yang kadang kala enggan mereka ceritakan kepada staf HR lain yang berkunjung.

 

"Jadi, sudah mengerti semua. Nggak perlu ikut pelatihan lagi, kan?" Ninit mendengar suara Helene bertanya.

 

"Sudah bisa, Bu!" Mereka menyahut seperti koor.

 

"Kalau begitu... keren!" Helene bertepuk tangan.

"Apron sama hairnet dipakai yang rapi. Jangan lupa kuku dipotong pendek, ya." Helene berkata sambil memperbaiki posisi apron seorang karyawan.

"Duh, nggak perlu pakai jambang deh, Bro! Tetep cakep kok tanpa jambang." Helene menepuk pundak seorang anak yang berdiri di hadapannya.

 

"Area belakang harus selalu rapi dan bersih ya!" perintah Ninit. "tadi masih lihat bekas-bekas topping yang belum dibersihkan. Memang sih pelanggan nggak bakalan sampai ke area belakang. Tapi kamu kerja nggak nyaman kalau kotor."

Anak-anak itu hanya mengangguk.

 

"Ya sudah, begini dulu! Bulan depan saya ke sini lagi nggak boleh kayak gini!" Anak-anak itu menunduk dalam-dalam demi melihat tatapan mata Ninit.

 

"Bye!" Helene melambai. Senyumnya terlihat ceria. Helene yakin setelah mereka menghilang dari pandangan, anak-anak itu pasti akan menghela napas lega dan bersorak gembira.

 

***

 

"Ih, Ibu Ninit galak bener!" kata Helene sambil melirik Ninit.

 

"Masak, sih! Padahal intonasiku biasa aja, lho." Ninit tak percaya kalau dia dicap galak.

 

"Itu, kan menurut mu! Intonasimu tadi mirip kalau lagi ngomong sama si Togap. Tau nggak!"

 

"Dih, ngapain bawa-bawa si Togap!" Ninit berubah menjadi judes.

 

Helene terkikik geli, "Kita ngopi dulu!" Helene menarik tangan Ninit ke suatu gerai kopi.

 

"Di gerai kita ada jual kopi juga, Len. Kenapa kita nggak minum di situ aja, sih?"

 

"Mana enak minum di situ, dilihat beberapa pasang mata. Mana bisa kita bebas cekikikan. Anak-anak itu juga males lihat kita minum kopi di gerai."

 

"Kayak gini kita berasa pengkhianat."

 

"Pengkhianat apaan? Nggak usah lebay, deh!"

 

"Aku pesan salted caramel machiato, ya." Ninit berbisik di telinga Helene.

 

"Di gerai kita nggak ada salted caramel machiato." Helene menjawab ketus, "Makanya nggak usah sok ngatain aku pengkhianat dan ngajak aku ngopi di gerai kita."

 

"Iya iya, kan aku cuma godain kamu. Baper banget, sih!" Ninit menjawil pinggang Helene.

 

Helene tertawa tertahan, betapa sulitnya dia harus berakting marah pada Ninit.

 

***

 

Hujan turun begitu deras, Thalita resah karena dia lupa membawa payung. Padahal dari halte ke mal itu masih sekitar dua ratus meter. Dia pasti kebasahan. Thalita melirik Dion yang tampak tenang-tenang saja, tidak terpengaruh dengan hujan.

Dari tadi pembicaraan mereka sangat minimalis. Bisa dihitung dengan jari berapa kali mereka berinteraksi. Tak mengapa, yang penting aku bisa berada di dekatnya. Thalita mencuri-curi pandang ke arah Dion yang terlihat mengagumkan dengan rambut gondrong dan garis wajahnya yang tampan. Belum lagi tubuhnya yang tinggi begitu menarik perhatian.

Begitu sampai di halte, hujan masih deras mengguyur. Thalita melihat Dion, seolah meminta pendapat, "Kita harus bagaimana?"

 

Dion membuka jaket, lalu mengembangkan jaketnya dan menaruhnya di atas kepala mereka. "Kita berdua harus berlari menembus hujan, tidak mungkin menunggu di halte. Sepertinya hujan akan lama baru berhenti. Kamu bisa berlari cepat?" Dion bertanya, Thalita mengangguk, senyumnya merekah.

 

Baru kali ini Dion bicara sepanjang ini. Thalita membayangkan tubuh mereka yang berdekatan saat berlari menembus hujan. Kalau seperti ini, aku rela hujan turun lebih sering saat berada di dekatmu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Secret
365      243     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
The Journey is Love
658      452     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
REGAN
7976      2672     4     
Romance
"Ketika Cinta Mengubah Segalanya." Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya. Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah semakin penasaran. Hingga s...
About love
1135      533     3     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Si Cabai Nakal
467      290     5     
Short Story
Kira-kira, kenapa ya disebutnya si Cabai Nakal? Apakah ini berkisah tentang seonggok cabai?
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
1493      898     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
My Dangerious Darling
3189      1314     2     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Senja di Sela Wisteria
420      263     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Tulus Paling Serius
1970      833     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Pesona Hujan
986      532     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.