Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Helene mengikat rambutnya. Riasan wajahnya tipis saja, hanya memakai bedak tipis dan lipstik berwarna nude. Untuk kesekian kali Helene melihat dirinya di cermin. Penampilannya cukup sederhana. Kaos putih tanpa kerah, celana panjang denim biru tua, dan sepatu pantofel. Helene merasa puas dengan penampilannya. Dia tidak ingin terlihat menonjol dalam acara bersama anak panti.

 

Ketika Helene dan Febi melaporkan susunan acara dan kegiatan yang akan dilaksanakan, mama terlihat cukup puas. Menurut Helene acara yang dibuat Febi hanya biasa saja, acara kebersamaan yang sering dilakukan seperti memberikan sumbangan, makan bersama, bermain bersama. Tidak ada yang istimewa. Namun, Helene tidak mau repot-repot untuk protes, selagi mama setuju biarlah berjalan seperti itu. Lagipula Helene tidak punya waktu untuk terlibat penuh.

 

Yang membuat Helene bersemangat ketika akan menyumbang buku untuk anak-anak. Helene langsung bilang pada Febi agar bagian itu diserahkan padanya. Helene sangat mencintai buku. Dia hanya bisa membaca buku disela-sela waktu luangnya, tetapi dia akan merasa hampa apabila tidak ada buku yang menemani. Kemana pun Helene pergi, dia selalu membawa satu buku di dalam tas untuk dibaca disaat senggang. Di dalam taksi, disaat menunggu untuk bertemu seseorang, bahkan ketika dia ingin minum kopi sendiri di sudut kafe, buku adalah temannya.

 

Helene memberikan beberapa koleksi bukunya, meminta sumbangan dari teman-temannya dan juga membeli beberapa buku baru. Ada luapan kebahagiaan ketika memandangi tumpukan buku. Helene membayangkan senyum anak-anak ketika menerima buku-buku itu. Helene tersenyum puas. Dia menjadi tidak sabar untuk segera ke panti asuhan.

 

***

 

Mama berdiri di depan sedang berpidato, Helene melihat dari bangku belakang. Dia sengaja menjauh. Mama tadi sempat menatap Helene tajam ketika melihat penampilan Helene yang dianggap mama ala kadarnya. Sedangkan penampilan mama terlihat glamor di tempat seperti ini menurut Helene sangat tidak sesuai. Riasan tebal yang membuat Helene berpikir mama sedang memakai topeng, dan mama sedang menipu diri sendiri. Mama seperti tidak bisa berdamai dengan usianya. Aksesoris yang menurut Helene sedikit mencolok dan terakhir sasakan rambut anti badainya, sungguh membuat Helene ingin menjauh saja. Padahal mama sangat cantik dengan penampilan yang sederhana seperti kesehariannya bila berada di rumah. Mungkin karena sudah terbiasa berdandan seperti itu, mama merasa aneh kalau berada di luar rumah tidak berdandan. Justru mama memandang Helene aneh.

 

Teman-teman mama yang berada di deret depan pun sama saja dengan mama penampilannya. Terlihat high class. Bahkan ada yang tak percaya ketika Helene disebut anak mama. "Serius ini anak You?" Nada bicaranya tidak enak didengar. Mama hanya tersenyum menanggapi, senyuman mama terlihat sekadarnya. Mungkin di dalam hati, mama ingin mencabik-cabik Helene.

 

***

 

Ketika ibu pengurus panti meminta Dion untuk hadir hari ini, terlihat rasa memohon tetapi ada juga terselip rasa tidak enak. Hari Sabtu bukanlah hari Dion untuk mengajar. Namun, demi menerima kedatangan tamu-tamu penting Dion diminta datang untuk ikut menyambut. Ibu pengurus panti merasa rasa percaya dirinya meningkat seratus persen kalau Dion hadir. Sebenarnya Thalita juga diajak untuk datang, kesibukan kuliah yang menjadi alasan Thalita menolak hadir. Ibu pengurus maklum dengan alasan itu. Untunglah Dion menyanggupi untuk datang.

 

"Maaf Bu, saya sedikit terlambat tapi saya pasti datang," katanya lewat telepon. Dion tidak ingin membuat ibu pengurus menjadi cemas karena menunggu kedatangannya.

 

Tadi pagi Davina menelpon, dia tidak enak badan. Tubuhnya panas, mulutnya terasa pahit. Dion langsung ke rumah kos Davina dan membawanya ke dokter. Sebagai sahabat tak mungkin Dion membiarkan Davina berada di kos dalam keadaan sakit. Setelah dari rumah sakit dan mengantar Davina kembali ke kos baru lah Dion tenang.

 

"Bukannya kamu ada acara di panti asuhan?" Davina bertanya, wajahnya lesu.

 

"Iya, nggak apa-apa... aku sudah telpon Ibu kalau datang terlambat." Dion mengatur bantal agar Davina bisa tidur enak.

 

"Sudah, pergilah! Nanti kamu semakin terlambat." Davina meminta Dion untuk pergi, tangannya diletakkan di dada Dion dan mendorong laki-laki itu dengan gerakan lemah.

 

"Iya, aku pergi... kalau ada apa-apa telepon aku." Dion berdiri, menyentuh lembut puncak kepala Davina.

 

"Dion...!" Davina memanggil, suaranya lemah. Dion yang sudah mencapai pintu berbalik, "terima kasih." Davina menangis, ada bulir air mata yang jatuh di pipinya.

 

"Hei, kamu kenapa?" Dion kembali, memandangi Davina yang tertunduk. Dia menyodorkan tissue yang berada di dekat Davina.

 

"Duh, aku jadi malu kalau begini. Aku cuma merasa terharu." Davina tertawa kecil, menghapus air matanya. Dia merasa sebal tidak bisa menahan tangisnya di depan Dion. Davina tidak ingin terlihat cengeng.

 

Dion menepuk tangannya lembut, "Aku pergi!" pamitnya sekali lagi. Davina mengangguk dan merasa senang karena Dion tidak berpanjang-panjang membahas tentang ini.

 

***

 

Dion duduk di sudut, mendengarkan pidato dari penggagas acara ini. Dia melihat betapa kuat kharisma ibu yang sedang berbicara di depan. Pidatonya lancar dan berisi, dengan tata bahasa yang baik. Namun, Dion melihat garis wajah yang keras. Dion menilai ibu itu bukan jenis perempuan yang mau berkompromi.

 

Dion melihat di barisan depan, ibu-ibu yang berdandan mirip dengan ibu yang berpidato, duduk mendengarkan dengan takzim. Sesekali mereka bertepuk tangan. Dion membuang pandangan matanya ke deretan kursi bagian belakang, duduk beberapa anak muda yang penampilannya terlihat kontras dengan ibu-ibu yang duduk di deretan depan. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Helene, duduk diam dengan tangan bersedekap dan kaki yang diselonjorkan. Dion menajamkan pandangannya, dia takut salah melihat.

 

***

 

Helene merasakan ada seseorang yang sedang melihat dirinya. Dia berharap itu bukan mama. Helene sudah berusaha menahan rasa bosannya mendengar mama berbicara di depan. Tatapan matanya lurus, meskipun pikirannya melayang kemana-mana. Setelah acara ini selesai, dia ingin segera pulang. Menyeduh secangkir kopi, menikmati kue yang akan dibelinya di toko kue dekat apartemen dan menonton film atau membaca novel sampai dia tertidur di sofa. Dia menikmati khayalannya.

 

Helene menoleh ke samping, penasaran dengan perasaan yang tiba-tiba menderanya. Matanya tertumbuk pada Dion, laki-laki gondrong yang sedang menatapnya lekat. Dia masih mengingat laki-laki itu. Tak mungkin dia lupa, mereka tidak bertemu hanya beberapa bulan. Helene tak menduga akan bertemu dengan Dion di sini, tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia malam. Sedang apa laki-laki itu di sini?

 

Ketika tatapan mereka bertemu, Dion tersenyum. Jantungnya berdetak cepat, dia tak bisa melepaskan tatapan matanya dari Helene. Beberapa bulan tidak bertemu, Dion masih mengingat garis wajah Helene. Dion terus melihat dari jauh. Tunggu, aku akan datang padamu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Wanita S2
6912      1764     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
Cinta (tak) Harus Memiliki
5531      1404     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
ORIGAMI MIMPI
33072      3937     55     
Romance
Barangkali, mimpi adalah dasar adanya nyata. Barangkali, dewa mimpi memang benar-benar ada yang kemudian menyulap mimpi itu benar-benar nyata. Begitulah yang diyakini Arga, remaja berusia tujuh belas tahun yang menjalani kehidupannya dengan banyak mimpi. HIngga mimpi itu pula mengantarkannya pada yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Mimpi itu pula yang kemudian menjadikan luka serta obatnya d...
Mapel di Musim Gugur
457      327     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
Just a Cosmological Things
938      527     2     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
ONE SIDED LOVE
1510      666     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
In Her Place
736      496     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Unexpected You
483      344     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Darah Dibalas Dara
535      290     0     
Romance
Kematian Bapak yang disebabkan permainan Adu Doro membuat Dara hidup dengan dihantui trauma masa lalu. Dara yang dahulu dikenal sebagai pribadi periang yang bercita-cita menjadi dokter hewan telah merelakan mimpinya terbang jauh layaknya merpati. Kini Dara hanya ingin hidup damai tanpa ada merpati dan kebahagiaan yang tiada arti. Namun tiba-tiba Zaki datang memberikan kebahagiaan yang tidak pe...
Carnation
458      332     2     
Mystery
Menceritakan tentang seorang remaja bernama Rian yang terlibat dengan teman masa kecilnya Lisa yang merupakan salah satu detektif kota. Sambil memendam rasa rasa benci pada Lisa, Rian berusaha memecahkan berbagai kasus sebagai seorang asisten detektif yang menuntun pada kebenaran yang tak terduga.