Read More >>"> The Hallway at Night (VI-II) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Hallway at Night
MENU
About Us  

Ia teringat dahulu, di mana ia masih bebas sebagai anak kecil yang tak tau apa-apa. Berlarian ke sana kemari dengan membawa perasaan bahagia yang membuncah

 

Tapi semua itu mulai memburuk saat kondisi kakeknya yang mulai menunjukkan kejanggalan sampai akhirnya mereka semua harus menginap di rumah sakit secara bergantian. Tubuhnya yang semakin memburuk akhirnya malah tidak bisa menahan lagi dan kakeknya wafat setelah satu minggu berada di rumah sakit

 

Di dalam duka yang menyelimuti keluarganya, pamannya yang tak berguna itu malah meminta agar rumah kakek dijual dan segera membagi harta warisan. Di saat semua orang menangisi kepergian orang tua itu, pamannya yang tak berguna malah terus menelepon rentenir dan mengatakan bahwa ia akan segera membayar seluruh hutangnya.

 

Ayahnya membenci pamannya, begitupula dengan Jun kecil. Meskipun ia harusnya berada pada usia yang tidak peka pada sekitarnya. Jun tau betul apa yang sedang terjadi

 

Semua ini pasti gara-gara paman. Hanya itu yang tertanam pada otak Jun

 

Puncaknya setelah satu bulan kematian kakeknya. Ayah Jun masih tidak ingin menjual rumah itu. Bagaimanapun juga, nenek masih hidup. Ialah yang akan mengurusi soal harta warisan, dan pembagian itu hanya akan terjadi kalau nenek sudah tiada

 

Nenek sendiri tidak pernah mempermasalahkan hal seperti warisan. Ia sendiri sudah tidak ingin hidup setelah kepergian kakek

 

Tapi ayah Jun tetap kukuh tidak akan menjualnya

 

Karena berada di ujung tanduk. Malam itu, Paman memanggil seluruh keluarga ke ruang tamu. Ayah sudah menduga apa yang akan terjadi

 

Suara paman meninggi, matanya memerah. “Karena kau lebih tua, apa kau kira semua warisan itu akan jatuh untukmu?!

 

Ayah yang sudah tak tahan pun ikut menimpali, “Bagaimana bisa kau memikirkan tentang uang di saat kita baru kehilangan ayah sendiri?!

 

Paman menarik kerah ayah, mengangkatnya tinggi-tinggi. “Diam! Aku membutuhkan uang itu untuk membayar utang-utangku. Kau kira aku se-kaya dirimu?

 

“Katakan padaku, ke mana uang yang selama ini selalu kuberikan untukmu?!” wajah ayah Jun mengeras. Rahangnya seolah menahan agar urat-urat tidak keluar

 

“Kau tidak perlu tau! Sialan!” pamannya langsugn melempar tubuh ayah Jun ke bawah. Karena gelap mata, ia mengambil sebuah Vas bunga di dekat sana, mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia sudah tidak mengancam, tapi benar-benar akan melemparkannya

 

Nenek yang sudah tak tahan segera bangkit, ia langsung memeluk ayah Jun dan melindunginya dari serangan bengis paman Jun itu

 

Sebagai hukumannya, Nenek Jun pun pingsan. Vas bunga itu mengenai tepat ke kepalanya. Darah merah mengucur dengan deras. Malam itu, pelukan hangat antara ayahnya dengan nenek malah berubah menjadi malapetaka

 

Ibu yang sudah panik segera mengangkat telepon rumah dan menelepon 119. Paman yang melihat kejadian itu hanya bisa meringkuk tak percaya. Ia menjauhkan vas bunga yang sudah hancur berkeping-keping menjauh. Belahan vas bunga menusuk menancap ke tangannya. Kedua tangan paman juga mengeluarkan darah yang banyak.

 

Sekali lagi, mereka berada di rumah sakit. Jun membenci bau rumah sakit karena ia pernah kehilangan kakeknya. Kali ini pun kemungkinan besar ia akan kehilangan neneknya.

 

Di depan ruang operasi, semua orang berkumpul. Ayahnya terus berjalan ke sana kemari, kakinya terus bergerak tidak sabar. Sedangkan ibu Jun hanya bisa menangis. Istri paman acuh tak acuh duduk di dekat mereka sedang menidurkan anaknya. Paman sedang dirawat di unit gawat darurat karena darah yang keluar tak henti-hentinya

 

Bangku di seberang mereka juga di duduki keluarga lainnya. Dua orang yang seumuran dengan orang tua Jun dengan anak kecil bermata hitam duduk di sana

 

Saat pertama kali para dokter menyeret kasur ke ruangan operasi, kedua orang itu mendekati orang tua Jun. Mereka saling berbicara, sekali-kali orang itu menepuk punggung ayah Jun, berusaha menenangkannya

 

Tak berselang beberapa lama, perempuan yang agak tua tadi kembali dan membawakan kopi serta minuman ringan lainnya di dalam plastik. Ia sepertinya berlari ke supermarket di depan rumah sakit karena terlihat keringat yang terus bercucuran dari wajahnya

 

Seorang lelaki yang nampaknya suaminya itu langsung mengambil kopi dan menghampiri ayah Jun. Lagi-lagi mereka berbicara dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran

 

Anak perempuan mereka malah tertidur di antara kursi karena kelelahan. Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Jun tak merasa rasa kantuk menyerangnya, walaupun matanya memerah dan ia terus-terusan menguap. Tapi ia tak bisa memaksa dirinya untuk tidur

 

“Tenang saja, bibi pasti akan baik-baik saja.” Kata lelaki itu

 

“Benar, kau harus tidur sekarang.” Istri lelaki itu menimpalinya

 

“Sial...” Ayah Jun meneteskan air matanya

 

“Kami akan menjaga di sini,

 

“Tidak bisa, aku tidak bisa pergi begitu saja.” Ayah Jun mengusap air matanya, ia berpura-pura tegar.

 

Menit demi menit terus berputar, jam berdentang keras menyusup dalam kesunyian.

 

Salah satu dokter keluar dari ruang operasi. keringat membasahi tubuhnya

 

Semua orang yang berada di ruang tunggu operasi segera berdiri. Salah satu keluarga menanti keberhasilan operasi, yang lainnya menanti keputusan hidup dan mati seseorang

 

Dokter itu menganggukkan kepalanya kepada lelaki lain yang sedari tadi berusaha menenangkan ayah Jun. Lelaki itu segera membangunkan anak perempuannya, menggerakkan tubuh kecil itu perlahan

 

Lalu menggendongnya dengan sekali angkat. Anak kecil itu terbangun, mengusap-usap matanya karena cahaya terang dari balik ruang operasi terlalu menyakiti mata

 

Anak kecil itu terus melihat ke arah Jun, ia tersenyum ceria

 

Saat itu, Jun yang masih kecil belum mengerti apa arti dari degup-an jantungnya yang kencang. Senyuman itu seperti memiliki sengatan listrik. Kemudian anak kecil itu melambaikan tangannya dan berkata lirih seolah menyemangati. Tak lama berselang, tubuhnya kembali lunglai, dan ia tertidur di pelukan ayahnya

 

Ketika mereka semua hampir tertidur, dokter yang satunya keluar dan memberikan berita buruk yang sudah mereka duga. Kalau sudah begini, maka rumah itu akan jatuh ke tangan pamannya karena nenek sudah tiada

 

Padahal kakek Jun baru saya berpulang, tak berselang lama, mereka harus mengalami lagi perasaan duka.

 

Di pemakaman pun, ayah Jun sudah tidak bisa menangis, sedangkan ibunya sibuk menerima tamu dan meluruskan tentang kesalapahaman tentang paman yang mendorong nenek. Semua orang tau apa yang terjadi.

 

Jun benci mengenakan pakaian hitam, ia benci dengan bau dupa yang dinyalakan setiap menit, ia juga benci bau bunga yang terus-teruskan menguar dari papan nama neneknya.

 

Ia juga sudah tidak bisa menangis, Jun bersimpuh seharian di dekat papan nama neneknya. Ia terus membantu para pelayat yang akan menghidupkan dupa.

 

Tapi ada hal lain yang membuatnya terkejut, anak kecil itu lagi-lagi datang dengan seluruh anggota keluarganya. Ia mengenakan pakaian serba hitam dengan rambutnya diikat satu.

 

Jun langsung merunduk, Anak kecil itu hanya berada di dekatnya saat kedua orang tuanya menyalakan dupa. Lalu saat ketiganya beranjak pergi. Ayah dari anak kecil itu mengusap kepala Jun sembari tersenyum dengan mata penuh kesedihan.

 

Anak kecil itu berdiri di depan Jun sekarang, ia menatap Jun lurus.

 

“Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja.” Anak kecil itu langsung melingkarkan tangannya ke leher Jun dan terus berusaha menepuk-nepuk punggung Jun dengan tangan kecilnya

 

Mendapatkan perhatian yang seperti itu membuat Jun tak bisa lagi menahan tangisannya. Ia menahan sekencang mungkin dipelukan anak itu. Air matanya terus jatuh membasahi rambut anak kecil yang enggan melepaskannya.

 

Untuk pertama kalinya, ia merasa lega karena menangis tapi juga malu karena tangisannya yang kencang membuat semua pelayat memandanginya.

 

--

 

Paman enggan berbicara dengan ayah setelah semua kejadian yang terjadi. Ayah diam-diam menyuruh ibu untuk mengemas seluruh barang sebelum senja. Pada malam harinya, pertemuan keluarga lagi-lagi dilakukan. Ayah mengeluarkan amplop cokelat yang dalamnya berisi berkas rumah serta tanah dengan nama kakek.

 

Ayah tak berkata apapun, Paman juga tidak menahan ayah pergi. Paman yang sudah merasa senang segera mengambil surat itu lalu menyimpannya baik-baik. Ia akan segera menjual rumah setelah keluarga Jun pindah keluar

 

Malam harinya, Ayah jun segera memijak pedal gas mobil dan tidak pernah kembali lagi ke rumah itu. Awalnya mereka akan tinggal di sekitar sana, hingga ayahnya memutuskan untuk mengawali karir barunya di luar negeri

 

Semuanya berjalan dengan baik, tapi tidak ada lagi telepon dari pamannya. Tidak ada yang tau apa jadinya rumah itu. Terakhir mereka mendapat kabar bahwa pembelinya adalah dua orang paruh baya yang membelinya dengan harga murah

 

Rumah itu sulit terjual karena kejadian yang sudah terjadi pada neneknya menyebar luas. Semua orang tau bahwa paman adalah seorang pembunuh sekarang. Paman pun menghilang setelah mendapatkan uang yang tidak seberapa dan tak pernah lagi terlihat.

 

Setelah Jun dewasa, rasa rindu terus menjadi-jadi. Ia mulai memasuki dunia pemimpi sadar, dan secara sadar terus-terusan memimpikan rumah lamanya itu. Bagaimana kesenangan, kehangatan serta kedekatan keluarga harusnya terjalin, kini bagaikan debu yang hilang karena tiupan angin.

 

Jun memutuskan untuk kembali dan membuka proyek baru, perluasan perusahaan ayahnya. Mendapatkan kesempatan itu, malah membuat Jun sering berkunjung ke rumah lamanya secara diam-diam. Ia juga mengumpulkan informasi pemilik rumah yang sekarang masih menempatinya. Dan mendapati anak kecil itu sudah dewasa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love is Possible
86      81     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Di Antara Mereka
2879      1429     2     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...
Kutunggu Kau di Umur 27
2649      1332     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
Story Of Chayra
7393      2518     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
HURT ANGEL
102      79     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5549      1781     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Dinikahi Guru Ngaji
427      319     1     
Romance
Hobby balapan liar selama ini ternyata membuat Amara dipindahan ke Jakarta oleh Kedua orang tuanya, Rafka begitu kahwatir akan pergaulan bebas yang selama ini terjadi pada anak muda seperti putrinya. Namun, saat di Jakarta ternyata Amara semakin tidak terkendali, Rendra akhirnya akan menjodohkan cucunya dengan seorang duda anak satu. Shaka adalah guru Ngaji di TPA tidak jauh dari rumah ...
Renjana
336      243     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
4956      2225     12     
Horror
"Kamu mengkhianatiku!" Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari. Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar biasa. Ia har...
Salted Caramel Machiato
7279      3530     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu