Tepatnya pada pekan olahraga sekolah yang ia ikuti, mungkin karena kelelahan setelah mengikuti banyak olahraga, Yuri pulang dan langsung tertidur tanpa makan malam.
Di malam itu, ia menemukan sebuah lorong dengan pintu yang memiliki banyak warna. Rasanya seperti mimpi saja, awan-awan yang tampak dekat dan bisa diraih. Pintu yang digapai oleh banyak orang
Yuri baru saja hendak melangkah dengan senang, seseorang mendadak menyenggol tubuhnya lalu menghilang. Mendapati hal mirip seperti dunia game terjadi di depan matanya, ia mulai melangkah dengan ceroboh, membiarkan tubuhnya mulai menyenggol lebih banyak orang lagi dan lagi.
Di tengah perjalanannya, kakinya tersangkut oleh bata kemudian lorong tersebut luluh lantah dan tidak pernah tampak lagi di mimpinya.
Yuri tak pernah lupa tepatnya apa yang terjadi, seluruh hal terekam di kepalanya dan ia simpan dalam-dalam di hatinya
-
Ia merayakan ulang tahunnya yang ke-sebelas tahun. Setiap tahun selalu berjalan seperti biasa, ia merayakan ulang tahun itu bersamaan dengan tiga anak lainnya. Mama akan membelikan cheesecake besar padahal ia tak menyukai cheesecake, ia lebih suka keik cokelat yang tak sengaja diberikan gratis oleh pemilik toko. Sepotong keik coklat berukuran kecil dengan teddy bear yang menghiasinya
Yuri hanya ingin mama lebih memperhatikannya dan membiarkannya meniup kuenya sendiri. Yuri ingin semua orang memberikan perhatian padanya. Tapi Mama tidak pernah peduli tentang apa yang ia utarakan. Akhirnya ia memahami bahwa ulang tahun sudah tidak se-istimewa biasanya
Saat semua orang diminta untuk berdoa dengan keras
Yuri memejamkan matanya kemudian berucap dengan keras, “Aku harap, aku tidak pernah tinggal di sini untuk merayakan ulang tahunku bersama banyak orang. Aku harap, aku bisa bertemu dengan orang tuaku!” Doa itu selesai, saat membuka mata, ia mendapatkan tatapan sinis dari semua anak yang berada di sekitarnya.
Mama tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, tapi ia hanya diam. Anak- anak biasanya sangat perasa hingga mudah bagi mereka untuk menyakiti orang yang lebih tua tanpa sengaja
Yuri langsung pergi dari ruangan tempat mereka merayakan ulang tahun, ia berlari masuk ke kamarnya sendiri. Beberapa kali Yuri mendesah pasrah, ia kesal namun ia juga merasa bersalah. Mama-pun tidak menahan kepergiannya, artinya ia sudah melakukan kesalahan besar.
Sejujurnya, Yuri tidak pernah benci untuk tinggal di tempat penampungan anak. Ia senang bermain dengan adik-adik yang lebih kecil, bahkan terkadang kakak yang lebih tua akan diam-diam memberikannya cemilan. Mereka semua menyayangi Yuri, tapi gadis kecil itu masih menginginkan hal lainnya
Sebelum tidur, ia merasa malam itu lebih hangat. Tempat tidurnya terletak di bawah dari ranjang bertingkat dua. Satu kamar biasanya di tempati empat sampai enam anak. Mama membuat ranjang tingkat dua hingga kamar sempit itu muat untuk beberapa orang sekaligus
Ia segera berbaring, bantal dan gulingnya terasa empuk dan hangat. Seolah ada seseorang yang sudah memeluk bantal dan guling miliknya sebelumnya. Sedetik kemudian ia pun terlelap
--
Yuri tak pernah menduga kalau ia bisa mendapat dirinya berada di antara lorong penuh dengan pintu berwarna-warni itu lagi. Ingatannya seolah kembali saat ia dengan ceroboh menabrak orang lain, kini Yuri bergerak perlahan, langkah-langkahnya teratur. Ia berusaha menghindari setiap orang yang melewatinya
Matanya terus bergerak ke sana kemari penuh kegirangan sampai ia menemukan sebuah papan kayu yang berpendar berbeda dari papan di pintu lainnya. Pintu itu kosong putih tak berwarna. Yuri berjalan lebih dekat, kemudian memutar kenopnya searah jarum jam. Pintu itu mengeluarkan bunyi kriet perlahan.
Seketika dirinya terseret masuk ke dalam. Kaki kecilnya melangkah mantap, kemudian mimpinya pun dimulai
Yuri tak akan pernah menyangka dirinya bisa mengatur mimpi dalam tidurnya. Ia menyukai hujan, jadi ia membuat hujan di mimpinya. Saat hujan di penampungan anak, mereka semua akan berkumpul di ruang bermain. Mama akan mulai bermain dengannya, bermain lempar tangkap bola ataupun menyusun balok-balok menjadi sebuah istana.
Di dalam mimpinya ia terus berusaha menggunakan pikirannya untuk mengatur tokoh-tokoh figuran seperti anak-anak kecil sebayanya, serta orang dewasa. Namun, seberapa keras ia mencobanya, para tokoh figuran tersebut tetap tidak memiliki wajah
Jadi Yuri harus memutar otak, terkadang ia membayangkan wajah artis dan aktor dalam televisi. Atau ia menambahkan wajah orang-orang yang pernah sekilas ia lihat di tempat penampungan anak.
Mereka semua berkumpul dan bermain, ada banyak tawa keceriaan serta suara jatuhnya mainan-mainan seperti nyata saja.
Yuri mulai berpikir bahwa mimpi itu menyenangkan, mimpi itu bisa mewujudkan apapun keinginannya. Ia hanya perlu mencari judul pintu yang sesuai, lalu menyusun semua skenario di kepalanya menjadi cerita untuk dirinya sendiri
Itu semua bagaikan papan cerita dalam drama. Selama ini, tidak ada yang semenyenangkan tertidur.
Namun, dunia apapun itu tetap memiliki kelemahan. Terkadang ia menjadi takut karena wajah yang ia bayangkan tidak bisa direalisasikan dalam mimpinya. Ia harus menghadapi tokoh dalam mimpinya tidak berwajah.
Tetapi semua itu langsung bisa ditepis, karena saat ia bangun, Yuri akan melupakan wajah mereka semua. Jadi, ia tak perlu memikirkan apapun lagi, ia hanya harus mengikuti alur yang sudah ia buat
Walaupun kesannya Yuri sudah mendapatkan jalan keluar. Sebenarnya, ia malah semakin tertutup di kehidupan nyatanya
Yuri tidak pernah menghabiskan waktunya lagi di luar ruangan maupun di ruang bermain. Ia tidak pernah bangun pagi untuk pergi ke sekolah, hingga ia harus sering terlambat. Di dalam kelas pun ia akan selalu ditegur karena tertidur di sela-sela pelajaran
Saat semua orang melakukan olahraga seperti berlari di lapangan atau bermain bola, Yuri akan memilih berpura-pura sakit dan tidur di ruang kesehatan sekolahnya
Pulang sekolah, ia akan langsung tidur tanpa makan siang. Setelah makan malam, ia akan tidur lagi meskipun waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam
Saat pagi, walaupun dipaksa bangun, ia tidak akan rela untuk meninggalkan kasurnya
Pernah suatu ketika, karena Yuri tidak merasa mengantuk setelah menghabiskan seluruh kehidupannya dengan tertidur. Ia menyusup ke kamar Mama, mengambil obat sirup untuk flu. Ia teringat saat meminumnya, tubuhnya langsung lelah, matanya ingin menutup.
Mama masuk ke kamarnya tak lama setelah Yuri mendapati botol obat itu
Spontan Mama langsung merebut botol sirup itu, dengan marah ia mulai bertanya. “Yuri! Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau meminum obat Flu saat kau tidak sakit-
Mama langsung mengulurkan tangannya yang segera ditepis kasar oleh Yuri.
Yuri memandang Mama seolah ia benar-benar membencinya. Mendapati pandangan tidak beres yang dilontarkan anak kecil itu, Mama segera bergerak cepat. Ia pergi ke klinik terdekat dan memanggil dokter yang berjaga untuk mengecek kesehatan Yuri. Namun, dokter itu pun tidak mendapatkan apa yang terjadi pada Yuri.
Dokter itu menggeleng, “Dia tidak memiliki masalah kesehatan.
“Tapi, ia tidur melebihi batas yang seharusnya.” Mama masih berbincang dengan dokter di luar kamar Yuri
Mereka kira Yuri tidak akan bisa mendengar suara keduanya yang menggelegar di koridor Penampungan anak
Tanpa berbasa-basi lagi, Yuri segera menyandarkan tubuhnya ke atas kasur. Akhir- akhir ini, sulit bagi dirinya untuk tidur. Meskipun sudah berusaha berguling di atas kasurnya, ia tetap terjaga. Suara berisik mama dan dokter itu membuat Yuri lebih cepat terlelap. Mereka seakan menyanyikan lagu tidur yang membuat Yuri mengantuk