Read More >>"> Dua Warna (Bab 1: Siapa Mereka Berdua?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dua Warna
MENU
About Us  

"Cut!" 

Shooting iklan hari ini selesai, sosok lelaki dengan paras tampan banyak dipuja kaum perempuan itu menyugar rambutnya ke belakang, melihat semua tim yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. 

Mata tajam dengan iris berwarna abu gelap, hidung sempurna, dan rahang tegas, sosoknya kini mendapat banyak perhatian dari fotografer yang datang, serta beberapa wartawan yang ditahan karena belum mendapat izin mewawancarainya.

Ia berdiri dari duduknya, menghampiri sang sutradara yang mengisyaratkan agar ia mendekat. 

"Jingga, kerja bagus!" ujar sutradara dengan kedua jempol teracung. Ia menepuk-nepuk pundak sang lelaki lantas berlalu. 

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum menawan. 

Namanya Jingga Askala. Sudah banyak diketahui publik semenjak wajahnya muncul di televisi sebagai bintang iklan produk wajah. Dirinya mulai mendapat perhatian karena iklan wajahnya. Tentu saja, para perempuan tidak akan menyia-nyiakan lelaki sepertinya. Apalagi, usianya baru saja menginjak 17 tahun. Alias, dirinya bintang muda! 

Tidak akan ada yang tertarik dengannya. Apalagi kepribadiannya dikenal humoris dan menyenangkan. Bisa membuat semua jatuh dalam pesonanya walau melihat dari jauh.

"Jingga, sekarang sudah bisa beristirahat. Ingin langsung pulang?" Kayra bertanya. Beliau adalah mamanya yang merangkap jadi manager untuk Jingga. 

Jingga tentu saja mengangguk. Ia lelah. Setelah pulang sekolah, ia sibuk dengan jadwal harian. Seperti shooting, foto majalah, endorse produk, dan lain sebagainya. Ia belum sempat mengistirahatkan diri, bahkan duduk tenang seraya bermain ponsel pun tidak sempat ia lakukan.

"Ma, besok Jingga mau kumpul sama temen, kosongin jadwal, ya?" Jingga masuk ke ruangan khususnya beristirahat, duduk di kursi yang tersedia dan memejamkan matanya. "Capek tahu Jingga harus ke sana ke sini mulu, Jingga mau main!" 

Kayra menghela napas, memberikan sebotol minuman pada Jingga dan langsung diterima oleh anaknya itu. "Besok shooting film perdana kamu, Jingga. Gak boleh ke mana-mana dulu. Lagian, kamu udah hafal semua dialognya 'kan?" 

Jingga hampir tersedak air putih saat mendengar ucapan Kayra. Ia mendadak mengalihkan pandangannya, enggan menatap mamanya saat ini. 

Kayra sendiri hanya menghela napas. Ia tahu, Jingga itu pemalas dan lebih senang menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman-temannya, tanpa mempedulikan pekerjaan. Tapi, dirinya ini terlanjur dikenal sebagai tokoh publik dan Kayra sudah menyetujui kontrak pekerjaan untuk Jingga. Jadinya, terpaksa Karya memilih jalan lain. Tidak ada gunanya terus memaksa Jingga, sebab anak itu lebih keras kepala dibandingnya.

Kayra membawa ponselnya dari dalam saku celana, mengetik sesuatu di roomchat anak yang satunya. Benar. Ia memiliki dua anak kembar yang sangat bermanfaat untuknya.

Setelah terkirim, Kayra menyimpan ponselnya di meja, menghampiri Jingga dan mengusap kepala anaknya dengan penuh sayang. 

"Besok kakak kamu yang gantiin shooting," ucap Kayra.

Jingga langsung melebarkan senyumannya. "Yeah, pilihan bagus, Ma!" 

.🌷.

Notifikasi ponselnya berbunyi, seorang lelaki dengan kacamata minusnya itu mengalihkan perhatian pada benda pipih di samping lengannya. Ia segera melihat siapa yang menghubunginya, ternyata sang mama. 

Jika sang mama sudah menghubungi, maka ia sudah bisa menebak apa yang akan mamanya katakan dalam buble chat

'Besok gantikan jadwal shooting Jingga.'

'Naskahnya mama kirim, hafalkan.' 

Benar 'kan. Tebakannya tidak akan meleset jauh. Mamanya akan memintanya menggantikan jadwal sang adik jika menghubunginya. Selain itu, mamanya tak pernah mengirimkan pesan apapun padanya. Bahkan sekadar menanyakan kabar atau hal simpel seperti mengingatkan makan pun tidak pernah ia terima. Miris, ya. 

Namanya adalah Dewangga Askala. Terbalik dengan adik kembarnya--Jingga, Dewangga tidak suka mendapat banyak perhatian dari orang-orang. Ia juga selalu bersembunyi dari lingkungan luar. Tambah tersembunyi lagi semenjak nama adik kembarnya menjulang, naik daun dalam beberapa bulan ini.

Sebab, di beberapa kesempatan, Dewangga akan dipaksa mamanya menggantikan kegiatan Jingga. Seperti shooting iklan, atau photoshoot majalah dan sebagainya. Wajah keduanya mirip, sangat mirip karena kembar identik. Maka dari itu, Dewangga dimanfaatkan jika Jingga sedang tidak bisa melakukan pekerjaannya. 

Bagaikan jiwa yang mengikuti raga, Dewangga tidak bisa menolak. Selain tidak tega pada adiknya yang kelelahan, ia juga selalu diberikan ancaman oleh sang mama. 

Tanpa membalas chat yang mamanya berikan, Dewangga membuka file naskah yang dikirim, mulai menghafal dialog yang seharusnya dihafalkan oleh adik kembarnya. 

Nasib menyedihkan seorang kakak yang tidak diketahui publik ternyata begini. Dewangga hanya tersenyum miris menjalani hidupnya seperti ini. Tidak ada yang peduli padanya, tidak ada yang meliriknya. Sebab, Dewangga tembus pandang, hanya Jingga yang ada. Semuanya hanyalah Jingga. Dewangga tidak dianggap. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags