Senjaku beraroma rasa rindu
Malamku susut berkelabut
Di antara air mata yang menetes
Surya di atas Istana berdoa
Mentari tak lagi menenun kata
Isi kepalanya redup dan hampa
Usai menegak racun jingga
Lalu, melirik di sela pilar purnama
Surya kebingungan,
Bagaimana aturan dari semesta
Kami berputar di garis edaran
Namun berpapas tanpa diduga
Bulan tak pernah dibidik
Justru berlabuh gerilya di kepala
Menembus hati tanpa berisik
Tak sadar benih patah hati berkicau mesra
Namun, mau bagaimana lagi
Sulit mengendalikan fitrah yang Tuhan beri
Sejak pertama kali, dia masuk dengan senyum
Merayakan hati gersang jarang minum
Surya tenggelam dalam romansa di kepala
Dia tak memahami bulan di atas istana
Apakah saling merayakan bahagia yang sama
Atau hanya hanya berakhir di cerita duka