Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang, Jatuh
MENU
About Us  

Bintang membuka matnya dan langsung terkejut ketika mendapati di atas perutnya masih ada gumpalan handuk. Pagi ini, dia juga merasa lebih bugar ketimbang biasnya. Demamnya sudah turun drastis dan perutnya tak lagi merasakan sisa – sisa nyeri yang biasanya kalau pagi dia tetap masih merasakan sedikit sakit.

Dia bangun dan menatap wajahnya di cermin. Wajahnya sudah jauh lebih bugar dan membuatnya langsung tersenyum senang. Akhirnya, setelah berhari – hari merasakan sesak karena sakit, dia bisa kembali menghirup udara luar dan jalan – jalan seperti biasanya.

“Ta, tumben udah bangun?” sapa Wanda dengan wajah senang melihat putrinya pagi – pagi sudah melompat – lompat.

“Iya, Bun. Sudah baikan soalnya,” jawabnya senang.

“Mau ikut makan sama yang lain, atau Bunda bawain ke sini?” tanya Wanda.

“Nanti Bintang menyusul saja, Bun.” Bintang bangkit dan meraih handuknya bersiap untuk mandi.

Wanda pun pergi ke dapur untuk melanjutkan masak. Dia cukup kagum dengan Zayan yang pagi – pagi buta sudah bangun dan langsung membantunya beres – beres bahkan memasak. Zayan jauh lebih baik ketimbang anak – anak perempuannya. Memang cukup aneh, tapi dia suka melihat bocah SMA yang begitu disiplin.

Sementara Bintang terdiam cukup lama sebelum dia keluar untuk mandi. Seingat dia, kemarin Zayan datang menjenguknya kemudian menyuapinya. Dan samar – samar juga merasa kalau Zayan yang merawatnya semalaman.

“Ah, nggak. Kayaknya sih mimpi,” gumamnya pelan masih berpikir kenapa dia bisa bermimpi sejauh itu. Padahal dia tahu betul kalau Zayan jelas – jelas terganggu dengannya dan selalu mengatakannya secara terang – terangan.

Saat hendak keluar dan memegang kenop pintu kamarnya, dia kembali berpikir kemudian tertawa cukup keras, “Hahaha... nggak mungkin. Zayan ‘kan nggak tahu rumah gue,” ucapnya keluar dari kamar menuju kamar mandi.

“Bunda, kalau nggak salah kemarin teman aku datang ya? Memangnya beneran datang atau cuman mimpi aku ya, Bun?” Bintang melongok ke dapur.

Namun mulutnya terbuka lebar ketika yang menoleh padanya dari depan kompor adalah Zayan dengan celemek yang biasa ibunya kenakan. Mengedipkan matanya beberapa kali kemudian...

“BUNDA, ADA PENYUSUP!” teriaknya keras membuat Wahyu yang sedang membaca koran pagi di teras depan pun berlari menghampiri putrinya dengan tergesa – gesa dan mendapati Bintang tengah menodongkan sapu pada Zayan.

Lucunya, tak ada reaksi sama sekali dari Zayan yang malah menatap Bintang dengan tatapan kosong. Wahyu tertawa kecil dan menepuk pundak putrinya pelan, “Itu teman kamu, Ta,” katanya.

“Zayan ‘kan? Tapi kok pagi – pagi dia di sini?” tanya Bintang.

Seseorang membuka pintu kamar mandi, “Dia semalam jengukin kamu. Tapi karena sudah malam, jadi dia menginap,” imbuhnya.

“Beneran?” Bintang mendekati Zayan dan memperhatikan cowok itu dengan seksama.

Zayan hanya mengangguk menanggapi. Bintang juga akhirnya tahu kalau itu benar – benar Zayan yang sedang tidak memakai kacamata ataupun lensa kotak. Rambut depannya yang basah terseka ke depan yang membuatnya sempat berpikir kalau itu orang lain yang menyamar menjadi Zayan dan menyusup ke rumahnya.

Bintang memperhatikan bagaimana cara Zayan memasak dengan lihainya. Seolah dia tahu segalanya tentang bumbu dan takarannya. Zayan benar – benar tipe menantu idaman. Sementara kedua orang tua Bintang kembali ke kegiatan masing – masing.

Bintang tersenyum kecil, “Zayan kenapa nggak terlahir jadi cewek?” celutuk Bintang.

“Lagian, kenapa gue harus jadi cewek?” balasnya.

“Soalnya lo pinter, cakep paling utama, bisa masak, bisa merawat orang sakit, bisa ngajarin pelajaran, nggak petakilan, lemah lembut juga.”

“Yang lo sebutin itu kelebihan gue semua. Lo nggak tahu aja kalau suara gue jelek, gambar gue juga jelek, gue nggak suka olahraga, nggak bisa bela diri dan masih banyak lagi.”

Cewek ceroboh itu hanya mengangguk – anggukkan kepalanya paham. Sedikit tak menyangka kalau seorang Zayan punya kekurangan sebanyak itu. Rasanya, istilah manusia tak ada yang sempurna itu benar.

“Mereka kelihatannya cukup akrab,” bisik Wanda yang terus menguping pembicaraan putrinya dengan temannya itu.

Wahyu mengangguk pelan menanggapi, “Kalau nggak dekat, nggak mungkin Zayan datang menjenguk,” timpal Wahyu.

“Bunda, makanannya udah siap!” teriak Bintang.

Wanda datang dan menata meja makan dengan menu makanan yang dimasak langsung oleh Zayan. Dari tampilan memang sangat menarik, tapi dia kurang yakin kalau masakan itu benar – benar enak. Meskipun Si Pemasak memasaknya dengan enjoy dan percaya diri.

Semua langsung berkumpul di meja makan. Masih dengan handuk menggantung di lehernya, Bintang bahkan tidak jadi mandi dan malah memilih menyaksikan Zayan masak. Karena itu jauh lebih menyenangkan ketimbang pergi mandi pagi – pagi.

“Kamu nggak jadi mandi, Ta?” Wahyu menatap malas melihat penampilan putrinya.

“Habis makan, Yah.” Dia langsung mengambil piring dan mengisinya dengan menu yang ada tanpa ragu, melahapnya tanpa menunggu yang lain.

“Enak!” pekiknya senang.

Zayan cukup senang karena semua anggota keluarga Bintang menyukai masakannya. Meski ada menu yang menurut Wanda kurang asin. Tapi masih bisa diatasi. Bintang bahkan memakannya dengan lahap.

Dia bangkit dari duduknya. Melihat Bintang yang sudah sangat sehat, hatinya sudah lega dan tidak mengkhawatirkan apa pun juga. Lagi pula, dia merawat Bintang karena merasa bersalah. Dan dia sudah membayarnya.

“Kalau begitu, saya pamit, Pak, Bu.” Zayan sedikit membungkukkan badannya.

“Loh, kamu nggak makan dulu? Kan, kamu yang masak ini.” Wahyu langsung bangkit.

“Saya belum lapar, Pak. Melihat Bintang sudah sehat, saya rasa saya sudah kenyang,” ucapnya jujur membuat Bintang seketika tersedak mendengar ucapan Zayan.

“Kalau begitu, biar Ayah Bintang yang antar kamu pulang, ya. Jauh rumahnya?” tambah Wanda.

Zayan tersenyum, “Tidak perlu. Kalian nikmati saja sarapan kalian. Permisi.” Zayan pun pergi.

Bintang berlari keluar menyusul Zayan, “Hati – hati ya. Terima kasih udah mampir,” ungkapnya sedikit berteriak.

Tak ada balasan dari Zayan. Cowok itu hanya menoleh memandang Bintang yang melambaikan tangannya padanya dengan senyum lebarnya. Ya, Bintang sudah kembali seperti biasa. Dia seharusnya benar – benar tak perlu mengkhawatirkan cewek ceroboh itu lagi.

Meskipun entah kenapa, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Entah apa itu.

Setelah memastikan Zayan benar – benar menghilang dari pandangannya, Bintang kembali masuk untuk melanjutkan sarapannya. Dia duduk dan menyantap kembali masih dengan piring yang sama.

“Bunda capek mengurus kamu yang sakit terus – menerus seperti itu! Paling tidak, kamu harus bisa mengurus diri sendiri. Bagaimana kalau Bunda sama Ayah sedang kerja?!”

Bintang terdiam sesaat kemudian tersenyum kecil. “Iya, Bunda.” [ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sepi Tak Ingin Pergi
662      401     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
She's (Not) Afraid
1967      867     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Her Glamour Heels
548      383     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
KNITTED
1539      686     1     
Romance
Dara memimpikan Kintan, teman sekelasnya yang sedang koma di rumah sakit, saat Dara berpikir bahwa itu hanya bunga tidur, pada pagi hari Dara melihat Kintan dikelasnya, meminta pertolongannya.
Peneduh dan Penghujan
323      268     1     
Short Story
Bagaimana hujan memotivasi dusta
Monoton
568      396     0     
Short Story
Percayakah kalian bila kukatakan ada seseorang yang menjalani kehidupannya serara monoton? Ya, Setiap hari yang ia lakukan adalah hal yang sama, dan tak pernah berubah. Mungkin kalian tak paham, tapi sungguh, itulah yang dilakukan gadis itu, Alisha Nazaha Mahveen.
My Teaser Devil Prince
6560      1667     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Coldest Husband
1635      826     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
PATANGGA
888      606     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Aku Sakit
5635      1528     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...