Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang, Jatuh
MENU
About Us  

Bintang turun dari bus dan langsung mendapati Zayan tengah berdiri di halte dengan wajah seperti biasanya. Datar, tanpa ekspresi membuat Bintang tak mengerti apa yang cowok itu mau darinya.

“Dua hari lagi. Lo bahkan belum mengerti satu pun yang gue ajarin.” Zayan menunjukkan kalender lipat miliknya yang sengaja dia bawa untuk menunjukkan pada Bintang kalau waktu mereka pada Ujian Bulanan sudah dekat.

Bintang terkekeh pelan. Dia harus menahan diri untuk tidak pergi klub terlebih dahulu dan fokus belajar meskipun dia tidak yakin bisa mengikuti darmawisata semester ini.

Keduanya pun berjalan berdampingan masuk ke lingkungan sekolah. Tak banyak saling bicara. Zayan berjalan dengan memainkan ponselnya sementara Bintang menyapa teman – teman yang lainnya seperti biasa.

Dia ramah pada semua orang.

“Oh, Jadi ini crush baru Bintang yang katanya masih berondong,” sapa beberapa cewek yang tampaknya dari kelas dua belas.

Zayan melirik Bintang. Dia yakin kalau mereka semua mungkin teman – teman satu angkatan tahun lalu. Meski diolok – olok seperti itu, tampaknya cewek itu tak terganggu sama sekali dan menanggapi teman – temannya dengan sedikit candaan. Mungkin memang Bintang tidak cocok mengenyam karakter pemarah.

“Zayan, kok lo mau sih sama Bintang?” tanya seseorang membuyarkan lamunan Zayan.

Dia hanya menoleh tak menanggapi. Terlalu malas menanggapi cewek – cewek cerewet seperti itu. Menghadapi Bintang saja sudah membuatnya cukup kewalahan. Dia pikir, dia perlu mengenal dan berbicara dengan banyak orang lagi.

Bintang menepuk punggung Zayan agak keras agar mau menanggapi teman – temannya. Walaupun Zayan tetap diam tak mau, Bintang mencoba memaksanya dengan melotot tanda mengancam. Membuat Zayan tersenyum sinis kesal karena cewek itu sudah berani mengancamnya seperti itu.

“Wah, ternyata kalian dekat banget ya,” imbuh yang lain melihat keduanya saling memberi kode.

“Nggak juga. Kami hanya dekat karena dia bodoh.” Akhirnya Zayan mengeluarkan suaranya. Tapi justru membuat semua anak terdiam beberapa saat sebelum tertawa terbahak.

“Benar juga, Bintang terlalu bodoh buat lo yang berprestasi.”

Bintang hanya cengengesan. Zayan melangkah lebih dulu dan langsung disusul Bintang. Hampir semua orang menanyakan hubungan kedekatan mereka berdua karena berjalan bersama menuju kelas. Itu sangat mengganggu Zayan. Dia rasa, harusnya tadi tidak menunggu cewek itu jika hanya untuk memberi tahu tentang waktu Ujian Kejuruan Bulanan mereka.

Langkah Zayan terhenti ketika mereka berada di ujung tangga menoleh pada Bintang dengan sinis dan lebih dingin dari biasanya. Cewek yang ditatap itu hanya diam tak mengatakan apa pun membalas tatapan Zayan dengan penuh tanda tanya ada apa dengan cowok itu.

“Lo bisa nggak sedikit jaga jarak dari gue?” tanya Zayan.

Bintang memiringkan kepalanya, “Kenapa?”

“Gue nggak suka kalau orang mengira gue pacaran sama lo.” Zayan mengatakannya langsung.

Itu lebih baik. Bintang sama sekali tak mengerti jika tidak diberitahu secara langsung. Cewek itu tidak begitu peka dengan apa pun. Hanya bisa bermain, bercanda dan memikirkan apa yang dirasakannya sendiri.

“Mereka ‘kan cuman mengira. Lagian kalau nggak benar – benar pacara –”

“Gue nggak suka cewek bodoh,” potong Zayan cepat.

Kali ini Bintang diam. Dia mengangguk mengerti mengambil catatannya dan menulis sesuatu di buku kecilnya. Kemudian tersenyum kecil pada Zayan seolah dirinya tak mengerti kalau yang Zayan maksud adalah Bintang.

Cewek itu bahkan berjalan ke kelas mendahului Zayan masih dengan sedikit melompat – lompat girang. Zayan hanya bisa menganga melihat hal itu. Bintang benar – benar tak menyadari kalau dirinya adalah cewek bodoh yang Zayan maksud. Dia hanya tidak sekejam itu mengatakan kalau dia tidak menyukai Bintang setelah banyak berbicara dengan cewek itu.

“Kenapa lo malah melamun di sini? Mapel pertama kosong tahu.” Dinda lewat dengan memberi tahu.

“Bintang beneran bodoh ya?” gumam Zayan membuat Dinda seketika menoleh.

“Lo bilang apa barusan?”

“Bintang beneran cewek super bodoh ya?”

Dinda seketika tertawa mendengar itu.

Dia yakin kalau Zayan mulai lelah mengajar Bintang yang lambat dalam segala hal yang berurusan dengan belajar. Itu sebabnya Dinda sendiri tidak minat membantu meski Bintang adalah salah satu teman terbaiknya. Dia hanya tidak mau hubungan pertemanan mereka justru retak karena hal itu.

Zayan menatap Dinda dengan pandangan malasnya. Mengangkat tangannya menunjukkan kalau dia mungkin sebentar lagi akan segera menyerah berhadapan dengan Bintang. Seandainya dia tidak masuk kelas di mana Bintang berada.

“Lo nyerah?” tanya Dinda memasang wajah sinis pada Zayan.

“Kesempatan terakhir hari ini.” Zayan masuk ke kelas melewati bangku Bintang begitu saja.

Seperti biasa, Bintang tampaknya tak memikirkan apa pun selain berusaha bersenang – senang dengan teman – temannya yang lain. Karena itulah Zayan mulai merasa kalau dia terlalu menghabiskan waktunya untuk cewek yang bahkan tak merasa bermasalah dengan nilai akademiknya.

Dia duduk di bangkunya menghela nafasnya panjang. Akhir – akhir terlalu melelahkan karena harus mengikuti Bintang di setiap kegiatan sekolahnya. Mulai dengan klub seni, kemudian mengajarinya dan terakhir, memantaunya ketika dihukum.

“Seharusnya sejak awal lo nggak perlu ikutin dia. Cukup ngajarin aja. Kalau dia nggak belajar, ya udah.” Dinda duduk di bangku di samping Zayan memberi tahu.

“Ya, sejak awal gue yang salah,” sambung Zayan.

“Sebenarnya lo nggak salah juga. Tapi, mungkin aja ini pertama kalinya lo tertarik dengan seseorang?”

Kedua mata Zayan melebar. Benar, tidak biasnya dia bersikap seperti itu. Dan lagi, dia cukup tegas dengan dirinya yang memang tak pernah menyukai cewek yang tidak setara dengannya. Seakan – akan kali ini sikap tegas itu tidak berlaku pada Bintang.

Dinda kembali tersenyum sinis, “Gue tahu lo memang bisa dibilang pekaan sama sekitar lo. Tapi kenapa nggak peka sama perasaan sendiri?”

“Ngeselin banget muka lo,” cetus Zayan memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Dia benar – benar tak habis pikir dengan itu. Terlalu banyak yang terjadi sehingga dia melupakan itu semua. Ketertarikannya pada Bintang, membuatnya setuju untuk mengajari cewek itu saja. Ampai tanpa sadar, mereka terlalu dekat dan bahkan Zayan mau mengikuti cewek itu ke mana – mana.

Jadi, seharusnya dia tidak marah pada Bintang tentang anak – anak yang menanyakan hubungan mereka. Karena memang awalnya dari Zayan sendiri yang penasaran dengan keseharian cewek itu. Meski tak ingat dengan baik, dia bahkan berbicara dengan beberapa teman dekat Bintang.

Itu semua karena dia selalu berada di samping cewek itu!

“Zayan, ini jam kosong. Mau belajar?”

Zayan menoleh dan mendapati Bintang dengan buku – buku di pelukannya menunjukkan senyum cerianya seperti biasa.

“Jadi memang gue yang mencari masalah itu sendiri,” gumamnya mengangguk sambil beranjak dari duduknya keluar kelas.

Bintang sama sekali tak mengerti dengan ucapan Zayan, tapi dia tetap mengikuti cowok itu ke perpustakaan untuk belajar. Baginya, bersama dengan Zayan adalah sesuatu yang menyenangkan.

Itu bukan pertama kalinya dia menyukai seseorang, tapi pertama kalinya berhubungan dengan cowok pintar seperti Zayan. Sejak dulu, ketika menyukai seseorang, selalu saja cowok yang tidak menyukainya bahkan tidak mau berbicara dengannya karena Bintang yang kerap kali tak mengerti pembicaraan mereka.

Siapa sangka kalau Zayan lebih penyabar dan bisa menanggapi Bintang dengan baik. Tak ada penyesalan sedikit pun menyukai sosok Zayan.

“Coba kerjain soal ini dulu.” Zayan memberikan sebuah soal yang dia tulis sendiri pada Bintang.

Bintang mengangguk dan mulai membaca soal – soal itu. Tulisan Zayan tidak bagus, tapi Bintang menyukainya karena cowok itu menulis soal itu untuknya.

“Lo punya pacar?” tanya Bintang pada Zayan.

Zayan menggeleng pelan sambil membaca buku pelajarannya.

“Sayang banget. Padahal Zayan cakep, pintar, cukup populer juga,” lanjut Bintang.

“Itu karena gue nggak suka cewek bodoh.”

“Benar juga. Zayan sukanya cewek pintar. Eh, cewek pintar sukanya sama cowok lain,” timpal Bintang asal sambil tertawa dengan santainya.

Zayan melirik sekilas berusaha tak peduli dengan segala ocehan Bintang. Cewek itu terlalu berisik dan tak bisa diam meski hanya sebentar saja. Semua yang ingin Bintang keluarkan, pasti keluar dari mulutnya tanpa menyadari kalau orang yang dia ajak bicara sangat terganggu.

Sebenarnya Zayan bisa saja memaafkan hal itu dan pura – pura tak mendengar kalau saja Bintang bisa menjawab soal yang dia berikan dengan benar. Masalahnya, itu semua mustahil dan malah membuang – buang waktu Zayan yang membutuhkan lebih banyak ketenangan.

“Oh, ya. Gue sering sakit perut tahu. Kadang sakit banget, padahal gue nggak suka pedas – pedas dan jajanan pun nggak banyak yang gue makan karena terlalu berminyak.” Bintang masih berlanjut dengan ocehannya.

“Terus apa hubungannya dengan gue?” balas Zayan dingin.

“Zayan ‘kan pintar. Mungkin pas kuliah nanti bisa jadi dokter, gue pengen Zayan yang jadi dokter gue. Pasti asyik soalnya –”

“Jangan membahas atau bertanya sesuatu di luar pelajaran!” Kali ini Zayan sedikit menaikkan nada bicaranya.

Bintang terdiam kemudian terkekeh pelan, “Iya, maaf. Habisnya gue suka banget sama lo makanya bawaannya pengen banyak bicara.”

“Gue nggak suka cewek bodoh yang banyak bicara.”

“Gue tahu. Makanya –”

Zayan menarik nafas dalam – dalam berusaha menahan kesabarannya. Bintang terus saja mengoceh tak mengerti dengan apa yang Zayan katakan. Dia muak karena harus mendengarkan sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak penting baginya. Hanya Bintang yang menganggap itu penting.

Zayan bangkit dari duduknya berhasil membuat Bintang terdiam menatap Zayan keheranan.

“Gue akan sangat kecewa kalau ujian nanti nilai lo di bawah KKM. Karena lo berhasil menghabiskan waktu gue dengan sia – sia. Dan kalau lo nggak ngerti apa yang gue bilang, akan gue kasih tahu yang detail.” Zayan menatap Bintang tajam.

“Gue nggak suka lo. Nggak akan pernah suka sama lo. Karena lo cerewet dan bodoh,” lanjutnya kemudian pergi meninggalkan Bintang yang masih duduk dengan keheranan.

Dia jelas tahu itu. Zayan tak menyukainya karena dirinya yang bodoh dan cerewet meski tanpa Zayan perjelas. Itu sebabnya meski tak suka, dia tetap mau belajar karena ingin menjadi cewek yang Zayan sukai. Hanya sebatas itu meski niat itu kurang baik juga.

Dia hanya sedikit kaget karena Zayan mengatakan kalau dia tidak akan pernah suka dengan Bintang yang berarti dia ditolak bukan untuk kali ini saja. Tapi seterusnya.

Ketika dia mengatakan suka ke depannya. [ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dibawah Langit Senja
1640      954     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Simbiosis Mutualisme
314      207     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Sacrifice
6810      1736     3     
Romance
Natasya, "Kamu kehilangannya karena itu memang sudah waktunya kamu mendapatkan yang lebih darinya." Alesa, "Lalu, apakah kau akan mendapatkan yang lebih dariku saat kau kehilanganku?"
Belum Tuntas
5075      1736     5     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
pat malone
4772      1373     1     
Romance
there is many people around me but why i feel pat malone ?
Yang Terlupa
455      259     4     
Short Story
Saat terbangun dari lelap, yang aku tahu selanjutnya adalah aku telah mati.
HOME
338      252     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
An Angel of Death
373      243     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
The Call(er)
1917      1088     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
NIKAH MUDA
2876      1055     3     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...