Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang, Jatuh
MENU
About Us  

“Ingat, gue nggak suka cewek bodoh dan gue juga penyabar. Kalau lo mau tetap selamat, maksimal lima kali penjelasan harus udah ngerti!”

Bintang memperhatikan dengan seksama saat Zayan menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris agak takut dengan ancaman Zayan. Dia merasa mengingat semua yang Zayan katakan, tapi saat Zayan berhenti berbicara, dia juga ikut lupa. Bukan, lebih tepatnya tak ada yang masuk ke dalam otaknya sebenarnya. Dia benar – benar kesulitan menangkap semua penjelasan Zayan.

Bahkan berkali – kali Zayan menghela nafas panjang karena Bintang begitu lamban saat menulis dan membaca. Hal itu tentunya menguji kesabaran Zayan yang memang setipis tisu dibagi dua. Tapi dia masih mencoba membantu.

Ya, bagaimana pun Zayan juga berharap kalau Bintang ikut darmawisata. Karena cewek ceroboh itu adalah alasannya mengikuti darmawisata juga.

Dia sendiri tak mengerti ada apa dengan dirinya yang menjadikan Bintang sebagai alasannya tertarik dengan darmawisata itu.

“Ngerti ‘kan?” tanya Zayan.

Bintang cengengesan kemudian menggelengkan kepalanya pelan membuat Zayan seketika menyandarkan punggungnya di kursi menghela nafas panjang untuk ke sekian kalinya. Siapa sangka mengajari Bintang sangat melelahkan. Zayan rasa, dia sudah menjelaskan materi yang sama sampai empat kali.

Dia dari duduknya keluar kelas. Bintang tak berkomentar, karena dia juga tahu kalau mungkin saja Zayan menyerah dan tidak mau lagi mengajarinya. Dia ikut membereskan semua buku – bukunya.

“ARGH!”

Tapi Bintang dikagetkan dengan teriakan Zayan. Seketika dia meninggalkan barang – barangnya dan memeriksa ada apa dengan cowok itu. Zayan menoleh dengan wajah datarnya kemudian kembali masuk ke kelas menarik tangan Bintang.

“Lo kenapa?” tanya Bintang penasaran.

“Melampiaskan amarah,” balas Zayan.

Bintang terkekeh mengerti. Ternyata Zayan memang sudah hampir kehabisan kesabaran karena mengajarinya dan mencoba melampiaskan dengan berteriak. Kalau saja Zayan cowok yang kasar, mungkin Bintang sudah dipukul atau seenggaknya dibentak.

Tapi menguntungkan juga karena Zayan pemalas. Cowok itu jelas tidak mau menghabiskan banyak energi untuk marah ataupun memukul seseorang. Mungkin, karena Bintang juga belum tahu betul tentang Zayan yang pendiam itu. Mereka mulai dekat tapi belum sampai saling menceritakan tentang diri mereka.

“Lo harus hafal yang dasar dulu aja. Simple present tanse,” ucap Zayan sambil mencatat di buku Bintang.

“Apa itu?”

“Astaga! Itu pelajaran dari SMP. Dan dari tadi gue juga sudah jelasin. Kenapa belum ngerti juga?!” Zayan mengacak – acak rambutnya kesal. “Masa bodo ah. Gue capek,” lanjutnya meraih tasnya dan segera bangkit pergi.

Sebenarnya tidak masuk akal jika Bintang benar – benar tidak mengetahui bahkan materi dasar. Tapi, jika memang benar Bintang tidak tahu itu, bagaimana mungkin? Lalu, selama ini Bintang sekolah melakukan apa?

Bintang menyusul berlari dengan memeluk buku – bukunya sementara tasnya juga masih terbuka. Dia takut kalau di sekolah sendirian karena mereka memang belajar sepulang sekolah dan sudah sepi meski beberapa sedang mengikuti klub tapi di lantai dasar. Zayan melangkah sangat cepat sampai dia tak bisa mengejarnya.

Sayangnya, dia tersandung kakinya sendiri hingga terjatuh turun ke beberapa tangga. Pandangannya kabur mendadak dan kepalanya juga terasa sakit. Dia mengumpulkan buku – bukunya yang berceceran susah payah meskipun kakinya juga sangat sakit.

“ZAYAN!” teriak Bintang berharap cowok itu masih berada di sekitar sana meskipun tidak menolongnya. Dia hanya merasa kalau dirinya akan aman kalau saja jika ada seseorang di sekitarnya.

Tak ada sahutan. Benar – benar hening sampai – sampai Bintang merasa kalau dia bisa mendengar nafasnya sendiri yang pendek itu. Dia tiba – tiba panik dan merasa tubuhnya panas berkeringat. Terpaksa dia memberanikan diri untuk duduk di salah satu anak tangga menenangkan diri dan mengatur nafasnya.

Mungkin dengan begitu rasa sakit di kepala dan kakinya sedikit mereda. Keheningan di sekitarnya tidak berpengaruh pada isi kepalanya yang sangat berisik. Dia merasa mendengar kebisingan dari dalam pikirannya sendiri.

“Nih.” Seseorang menyodorkan sebotol minuman pada Bintang.

Dia mendongak dan melihat Zayan di sana. Diterimanya minuman itu dan segera meneguknya cepat. Sementara cowok itu memasukkan buku – buku Bintang ke dalam tas dan membawanya.

“Makanya hati – hati kalau jalan!” omelnya.

“Iya,” ucap Bintang mulai merasa lega.

Dibantu Zayan, Bintang pun bangkit dan mereka pun turun bersama. Zayan menatap cara jalan Bintang yang sepertinya menahan sakit di kakinya. Dia kembali ke atas setelah mendengar suara sesuatu yang jatuh cukup keras. Saat kembali, dia melihat cewek itu terlihat sangat kesakitan dan juga kesulitan bernafas membuatnya berlari ke kantin mencari minuman.

Dia menatap ke langit sesampainya di depan gerbang. Zayan sendiri tak menyangka kalau dia bisa berlarian seperti itu karena khawatir dengan cewek bodoh yang berjalan di sampingnya itu.

Zayan tahu kalau mungkin saja Bintang sedang menahan sakit karena tak banyak bicara sejak terjatuh. Cukup aneh memang kalau orang yang cerewet dan ceria tiba – tiba menjadi begitu diam.

Mereka duduk di halte bus yang memang tak jauh dari sekolah mereka. Zayan membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah minyak.

Bintang sampai terkejut saat cowok itu tiba - tiba saja berjongkok di depannya dan menyentuh kakinya yang masih terasa sakit karena jatuh tadi. Tapi dia tak banyak berkomentar karena Zayan memegang sebuah minyak urut.

Karena merasa sedikit tidak enak, Bintang melepas sepatu dan kaos kakinya sendiri. Kemudian dengan telaten Zayan mulai mengurut kaki Bintang tanpa mengatakan satu patah kata pun.

"Aw," pekik Bintang saat dia merasa Zayan terlalu menekan kakinya.

"Sakit banget?" tanya Zayan mendongak. Bintang menganggukkan kepalanya menjawab.

Bintang menahan senyumnya merasa Zayan benar - benar perhatian padanya meski orangnya sangat dingin. Tapi memang seperti itu yang Bintang suka. Tidak banyak bicara, lebih banyak bertindak.

Walaupun kadang - kadang juga menakutkan.

"Udah mendingan," kata Bintang tersenyum kecil.

Zayan pun menyudahi pijatannya dan duduk di samping Bintang sampai akhirnya sebuah bus berhenti di depan mereka. Zayan menoleh pada Bintang yang sama sekali tidak bangkit dari duduknya.

"Nggak naik?" tanyanya.

"Bukan jurusan ke rumah gue."

Zayan mengangguk dan memberi isyarat pada sopir bus kalau mereka tidak naik. Di halte bus itu mereka hanya berdua, jadi bus itu langsung berjalan pergi.

Tiba - tiba gerimis mulai turun mengisi kekosongan dari keheningan di antara mereka berdua. Keduanya tak saling berbicara seperti sebelumnya karena merasa canggung.

Terlalu lama bersama dengan Zayan justru membuat Bintang bingung apa yang perlu dia katakan untuk mencairkan suasana. Bibirnya bahkan sangat sulit mengucapkan terima kasih.

"Anu —” Kalimatnya terpotong.

Zayan menoleh dingin, "Apa?"

"Makasih. Maaf karena merepotkan." Akhirnya Bintang bisa mengungkapkan apa yang ingin dia katakan.

Zayan mengangguk, "Lain kali hati - hati."

"Tapi kenapa lo baik banget sama gue?" Bintang justru menyimpan rasa curiga pada Zayan.

Ya, kalau saja Zayan mengatakan suka pada Bintang, jelas dia tidak akan menolaknya sama sekali. Zayan adalah tipe idamannya. Dan kalau saja Zayan bisa jujur dan mengatakan nyaman ketika bersama dengan Bintang, itu juga cukup. Tapi orang seperti Zayan tidak mungkin mengatakan itu dengan cuma – cuma pastinya.

Cowok itu melirik Bintang dan menghela nafasnya panjang – panjang. Dia juga tidak tahu kenapa bisa bersikap begitu peduli pada Bintang. Padahal dia hanya merasa cewek itu sedikit menarik dan dia ingin sedikit lebih banyak mengetahui tentang Bintang saja.

“Salah baik sama orang?” Zayan membalas.

“Ya nggak sih, barangkali ‘kan lo naksir sama gue. Soalnya gue naksir sama lo.” Bintang terkekeh pelan.

“Gue tahu.”

“Eh?” Bintang mengedipkan beberapa kali terkejut. Zayan sama sekali tak membalas tatapannya.

“Kok bisa tahu? Keliatan banget ya? Emangnya –” Ocehan Bintang terhenti ketika sebuah bus berhenti di depan mereka.

Mau tak mau dia bangkit dan melambaikan tangannya pada Zayan pamit pulang lebih dulu. Zayan membalas kecil. Itu bus terakhir sore itu ke arah rumah Bintang. Kalau dia melewatkannya, tentu tak bisa pulang karena dia juga tak bisa menelepon orang rumah untuk menjemputnya.

Bus berjalan meninggalkan Zayan yang tengah menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul lima sore.

Dia melambaikan tangannya pada sebuah taksi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Taksi itu mendekat pada Zayan dan membuka kaca mobil. Seorang paruh baya tersenyum ramah pada Zayan yang seketika Zayan balas dengan senyuman paling ramah yang dia punya.

Mereka saling mengenal. Sopir taksi itu adalah orang yang dulu pernah bekerja untuk keluarga Zayan. Tapi harus berhenti karena kedua orang tua Zayan pisah.

Zayan masuk ke mobil, “Apa kabar?” sapa Zayan.

“Baik, Mas. Tadi ‘kan yang sebelumnya ada bus ke arah rumah. Kok nggak naik?” tanya Sopir Taksi itu.

“Kalau aku naik dulu, temanku sendirian nanti,” jawab Zayan. [ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Too Late
8090      2095     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Belahan Jiwa
514      346     4     
Short Story
Sebelum kamu bertanya tentang cinta padaku, tanyakan pada hatimu \"Sejauh mana aku memahami cinta?\"
Cinta Wanita S2
7307      1826     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
NADI
6223      1713     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Can You Hear My Heart?
568      343     11     
Romance
Pertemuan Kara dengan gadis remaja bernama Cinta di rumah sakit, berhasil mengulik masa lalu Kara sewaktu SMA. Jordan mungkin yang datang pertama membawa selaksa rasa yang entah pantas disebut cinta atau tidak? Tapi Trein membuatnya mengenal lebih dalam makna cinta dan persahabatan. Lebih baik mencintai atau dicintai? Kehidupan Kara yang masih belia menjadi bergejolak saat mengenal ras...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
493      352     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
PurpLove
383      312     2     
Romance
VIOLA Angelica tidak menyadari bahwa selama bertahun-tahun KEVIN Sebastian --sahabat masa kecilnya-- memendam perasaan cinta padanya. Baginya, Kevin hanya anak kecil manja yang cerewet dan protektif. Dia justru jatuh cinta pada EVAN, salah satu teman Kevin yang terkenal suka mempermainkan perempuan. Meski Kevin tidak setuju, Viola tetap rela mempertaruhkan persahabatannya demi menjalani hubung...
Our Different Way
5509      2101     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Bittersweet Memories
49      49     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Rindu Yang Tak Berujung
574      405     7     
Short Story
Ketika rindu ini tak bisa dibendung lagi, aku hanya mampu memandang wajah teduh milikmu melalui selembar foto yang diabadikan sesaat sebelum engkau pergi. Selamanya, rindu ini hanya untukmu, Suamiku.