Aku Ayugesa.
Aku tuangkan seluruh isi hatiku yang selama ini tak banyak orang tahu. Banyak yang mengira aku adalah perempuan yang terlalu bahagia dengan segala tetek dan bengekku.
Padahal, di balik itu semua, banyak sisi burukku, perihku, dan ambrukku. Tapi, juga bahagiaku, tentunya. Hidupku memang sangat berliku. Banyak orang yang tertipu denganku.
Mereka terlalu terhipnotis dengan cara bicaraku, gaya celetukan, dan gestur tubuhku yang natural. Yang seakan tidak mengizinkan untuk memiliki prahara hidup di dalamnya.
Aku tak tahu mengapa aku mau mengungkapkan perjalanan hidupku. Tak ada maksud apa-apa, sebenarnya. Aku tak butuh pengakuan. Aku tak butuh empati. Dan aku tak butuh sanjungan.
Aku hanya ingin bebas dari semua himpitan batin yang selama ini menyelimutiku. Aku hanya ingin jujur pada diriku sendiri, agar aku lega. Aku harus mengakui, bahwa aku dewasa karena proses hidupku.
Sekadar berbagi cerita, agar orang tau sisi lain dari seorang Ayugesa. Agar orang tahu bahwa apa yang tampak di depan mata terkadang tidak sama dengan kenyataan yang ada.
Jika kau pernah iri dengan seorang primadona, maukah kau ikut merasakan pahitnya? Cintailah dirimu sendiri. Tak perlu melihat orang lain.
Jika kau pernah terpesona dengan seorang primadona dan ingin memilikinya, apa kau yakin bisa bertahan dengan topengnya? Cintai saja apa yang telah kaumiliki saat ini.
Ketika bertutur untuk dituliskan dalam buku ini, banyak hal bercampur aduk dalam hatiku. Peristiwa-peristiwa yang sudah kututup rapat, dengan terpaksa kubuka lagi. Tentu saja, banyak kepahitan, kenyerian, amarah, tetesan air mata, dan sedikit senyuman yang mengiringi terciptanya buku ini.
Begitu buku ini selesai, ada efek kelegaan dalam diriku. Karena kepalsuan yang kupendam selama ini, sudah kujabarkan. Hanya sedikit yang tetap kusimpan untuk diriku sendiri.
Perempuan, saat berada di titik terlemahnya, terkadang tak butuh nasihat dari orang lain. Dia hanya perlu didengarkan. Inilah kisahku. Semoga menjadi hikmah bagimu.