"Dengan siapapun kamu menikah jika ia mengenal rabb nya maka, akan terasa muda dan indah dalam menjalani kehidupan sekalipun tidak punya apa-apa, sebab hanya itulah yang menjadi penguatmu ketika dunia sedang membuatmu tergoda."
***
Setelah usai menghadiri dua kajian sekaligus hari ini, kedua sahabat tersebut berdiam diri di masjid sambil menunggu adzan maghrib tiba. Kemudian mereka akan pergi ke taman kota untuk mencari kuliner dan berjalan-jalan sekitar kota bandung.
Hari ini memang kesempatan baik untuk Rara karena bisa menghabiskan waktu seharian di luar rumah tanpa memikirkan pekerjaan nya.
Hati Rara merasa sedih karena tidak bisa mengajak ayah dan kedua adik nya untuk pergi jalan-jalan, bahkan saat ini Rara lagi-lagi termenung kaarena mengngat keluarga nya di rumah.
“Astaghfirullah, ngelamun lagi Ra.” Tegur Nabil.
“Emmm… “ Sauth Rara sambil berpaling menatap kea rah sahabat nya.
“Udah di bilangin jangan banyak ngelamun masih aja ngelamun, gak baik Ra nanti bisa kesurupan.” Ucap Nabila berusaha menakuti Rara.
“Bicaranya yang baik dong,lagi di masjid ini.”
“Iya maaf, lagian kamu sejak tadi makin banyak ngelamun aku kan jadi was-was.” Sauth Nabila sambil bergidik ngeri.
Rara mendengus kesal menatap kea rah sahabatnya, “Aku lagi mikiran ayah sama kedua adik aku Bil.”
“Gitu, memangnya mereka kenapa?”
“Gakpapa, tapi aku merasa bersalah aja karen aku saat ini bisa jalan-jalan sedangkan ayah dan kedua adiku sedang menunggu kepulangan ku.”
Nabila mengusap lembut pundak Pundak Rara, “Gajian depan ajak mereka jalan-jalan, lagian kita disini juga gak sengaja jalan-jalan karena awalnya kita pergi kajian Ra.”
Nabila merasa tersentuh hatinya, karena sahabtnya memang begitu menyayangi keluarganya. Bahkan disaat dirinya memakan apa pun di luar pasti mengingat keluarga nya di rumah, alhasil dirinya hanya mencicipi sedikit dan membawa nya pulang.
“Iya bilk amu benar, minggu depan adik-adik aku juga udah libur sekolah.”
“Bukan nya ujian ya Ra?”
“Setelah ujian tepat besok nya mereka libur dan malam nya gajian kan?!”
“Eh, iyaya baru ngeh.” Kekeh Nabila.
Kedunya segera melipat mukenah dan mengembalikan pada tempat nya semula, tujuan mereka sekarang pergi ke taman kota, di luar juga sudah di tunggu oleh ojek online pesanan mereka berdua.
.
.
.
Sedagkan disisi lain saat ini gus Azmir sudah perjalan pulang ke Jakarta sejak tadi, selama perjalanan dalam mobil gus Azmir terus beristighfar karena teringat bagaimana hatinya tiba-tiba tadi berdesir. Gus Azmir juga baru teringat jika malam ini batas akhir waktu yang sudah di janjikan kepada gus Azar untuk menjawab pinangan yang di ajukan pada waktu itu. Gus Azmir melihat ke arah jam di tangan nya karena masih belum larut malam ia memutuskan untuk menghubungi adik bungsunya.
Drett…
Ponsel ning Zahra berdering ia segera mengambilnya, sebelum itu ia mencuci tangan nya dulu karena sedang membuat makan malam.
"Hallo, Assalamu'alaikum abang." Ucap ning Zahra dari sebrang telfon.
"Wa'alaikumsalam, lagi sibuk gak dek?" Sauth gus Azmir dari sebrang telfon.
"Abang ganggu kamu gak??" Sambung gus Azmir.
"Enggak memang nya ada apa bang?? Abah sama umi sehat-sehat kan?" Sauth ning Zahra sedikit panik.
“Alhamdulillah, abah dan umi sehat.”
“Alhamdulillah kalau gitu.” Sauth ning Zahra sambil menghela nafas lega setidak nya orang tuanya baik-baik saja.
“Eh, iyabang gimana jawaban nya?” Sambung ning Zahra.
Kebetulan sekali abang nya menlfon lebiih dulu, karena tadinya ia juga akan menghubunginya menanyakan mengenai jawaban apa yang akan di katakana abang nya mengenai pinangan gus Azar untuk keponakan nya.
“Jawaban apa dek?” Sauth gus Azmir belum ngeh dengan arah bacara adiknya.
"Soal perjodohan abang dan ning Hasna."
"Hmm, lalu?!" Sauth gus Azmir pura-pura, padahal ia juga ingin bercerita dengan adik nya.
"Abang udah mendapatkan jawaban nya belum?"
"Abang masih bimbang dek, karena dalam istikhoro abang ada dua Wanita lagi."
Zahra semakin penasaran lantaran mendengar ucapan sang kakak barusan. "Satunya siapa bang? Apa Wanita itu lagi?"
"iya, Abang cerita tapi kamu jangan ember cerita sama bang Hisyam dan abah." Ancam gus Azmir dulu.
"Pasti nih dapat mimpi berbeda meskipun dengan Wanita yang sama." Kekeh Zahra.
"Abang serius dek, kalau abang cerita pasti kamu kaget."
"Dua rius deh dari Zahra."
"Adek." Tekan gus Azmir, karena adiknya terus saja terkekeh dari sebrang telfon.
"Dalem hehehhh, nggh mpon Zahra pendengar yang baik ini." Kekeh ning Zahra.
"Disamping mu ada Arkan gak dek??"
"Mboten, haby mandi di kamar."
"Jam segeni baru mandi tuhh bocah." Kekeh gus Azmir.
"Astaghfirullah abang, suami adek di bilang bocah." Sungut ning Zahra.
"Memang masih bocah dek tapi udah berani nikahin anak orang." Kekeh nya lagi.
"Itu nama nya tanggung jawab abang, menurut adek sih gakpapa usia terbilang muda tapi sikap haby sangat dewasa, bahkan pemikiran haby luas."
"Iya iya suami mu memang the best, sudah kan muji nya."
"Dih abang yang mulai duluan, adek jawab sesuai kenyataan." Gerutu ning Zahra dari sebrang telfon.
Gus Azmir terkekeh dari sebrang telfon nya pastinya saat ini wajah adik nya sedang cemberut.
"Buruan abang cerita, adek udah penasaran malah di belokin." Kesal ning Zahra.
"Adek abang yang paling manis, cantik jangan marah-marah gitu." Kekeh gus Azmir.
"Ya Allah, hih pengen narik telinga abang deh." Kesal ning Zahra.
"Adek gak marah-marah, abang aja yang pancing duluan." Sambung ning Zahra.
"Wkwkwk, sekarang mode serius abang mau cerita ini."
"He'em." Deheman ning Zahra.
"Jadi gini dek, abang udah melaksanakan sholat istikhoro 3 kali semalam dan aneh nya gambaran nya masih sama dek."
"Gambaran nya kaya gimana bang??"
"Sholat yang pertama abang melihat ada sosok wanita berpakaian hitam, adek tahu kan pakaian wanita tarim."
"He'em tahu bang lalu."
"Dalam mimpi abang juga gitu dek, wajah nya tidak terlihat tapi abang mendengar suara wanita itu membaca Al Qur'an, awalnya abang terlena dengan keindahan suara nya. Akan tetapi beberapa saat kemudian ada seorang wanita lagi dek, penampilan nya sederhana sama seperti wanita yang memakai pakain hitam tadi."
"Tetapi bedanya dia hanya memakai hijab biasa, sepertinya gak bercadar dek. Abang juga gak tahu pasti wajah nya, karena keduanya memang tidak terlihat sama sekali wajah nya tapia bang yakin jika itu wanita yang sama Selema ini terus masuk ke dalam mimpi abang ."
"Lalu sholat yang kedua kali nya masih sama juga bang?"
"Masih sama, di tempat yang sama juga tapi beda nya mata abang tertarik pada wanita yang kedua."
"Terus bang, adek makin penasaran missal tertarik yang kedua berarti pada Wanita misterius itu lagi dong."
"Berasa memberikan dongeng buat putri kecil." Tanggapan gus Azmir dari sebrang telfon.
"Hehehh yakan dulu abang suka dongengin adek sebelum tidur." Kekeh ning Zahra.
"Udah itu bahas nanti aja bang, lanjut yang tadi nanti belok kesana sini lagi." Sambung ning Zahra.
"Kepo banget adek bang."
"Iya lah ini kan calon ipar adek juga."
Gus Azmir terkekeh pelan mendengar nya kemudian melanjutkan cerita nya, "Dan semalam abang baru saja melakukan sholat istikhoro ketiga kali nya, mimpi kali ini tanda nya lebih jelas dek. Keduanya memang sama-sama baik, tapi ada satu hal yang membuat abang berat hati dengan wanita yang berpakain serba tertutup itu."
"Berat nya dalam hal apa bang??"
"Mungkin dari segi derajat, ilmu atau yang lain nya, bagaikan langit dan bumi keduan sama-sama ciptaan Allah SWT tapi keduanya berjarak amat jauh. Ibarat nya gini dek, semakin kita mengejar untuk menyelaraskan nya seolah kita terpental dan jatuh sebelum menggapai nya."
"Emmm mungkin gak ya bang wanita itu ning Hasna?? Kalau direalisasikan sama mimpi abang tadi, jadi teringat sama ucapan ning Zaima kalau dari keluarga beliau memang sangat menjaga wajah keturunan mereka. Bahkan semua orang tidak bisa melihat wajah ning Hasna kecuali keluarga dan suaminya kelak." Sauth ning Zahra sambil menerka-nerka.
"Abang juga sepemikiran dek, sejak kemarin abang memikirkan hal ini."
"Kalau kaya gini lebih baik abang cerita aja sama abah." Sauth ning Zahra memberikan Solusi terbaik.
"Dek, abang gak mau mengecewakan abah apa lagi kali ini ada keluarga gus Azar juga."
"Zahra paham dilema abang saat ini, bukankah hari ini batas waktu yang di berikan untuk mengambil Keputusan ini?!"
"Iya dek, tapi kamu jangan cerita sama abah dulu abang masih di perjalanan pulang."
"Aman sama adek."
"Tapi Zahra sekarang jadi penasaran sama wanita yang no 2 tadi, kira-kira siapa Wanita misterius yang berhasil menerobos dinding hati abang." Celetuk ning Zahra sambil terkekeh.
"Filing abang wanita itu bukan seorang ning dek, kewibawaan seorang ning paati sangat pekat dek."
"Kalau bukan ning terus siapa bang?? Apa gadis biasa?"
"Entah lah abang tidak tahu pasti, tapi dia memiliki adab yang baik, dari segi adab nya lah abang tertarik dalam mimpi itu."
Zahra menerka-nerka kiranya siapa lagi wanita yang di maksud abang nya, mungkin kah santriwati di pesnatren nya atau kah orang lain. Akan tetapi selama ini pencarian nya juga tidak menemukan santri mana pun, kemungkinan besar Wanita misterius itu adalah orang biasa.
"Kenapa adek juga ikutan bimbang gini ya." Sauth ning Zahra.
"Sama dek."
"HABIBATI." Teriak Arkan turun dari lantai atas.
Ning Zahra buru-buru berpamitan pada gus Azmir karena mendengar panggil suami nya. “Abang, adek matiin dulu ya telfon nya di panggil haby.”
“Iya dek.” Sauth gus Azmir kemudian mematikan ponsel nya.
Zahar pun segera meletakkan ponselnya lagi. "Dalem by."
"Telfonan sama siapa??" Tanya Arkan sedikit kesal hati nya.
"Emm Zahra habis telfonan sama bang Azmir."
"Hmm."
"Haby cemburu?"
"Tumben telfon malam?" Balik tanya Arkan tidak menghiraukan ucapan ning Zahra.
"Zahra minta maaf karena membuat haby cemburu."
"Haby gak cemburu."
"Iya tapi merasa kesal."
"Hmm."
"Zahra minta maaf ya by, tadi Zahra menanyakan perihal jawaban perjodohan waktu itu." Sauth ning Zahra menjelaskan.
Arkan mengangguk pelan sambil mengerucutkan bibir nya kedepan, walaupun gus Azmir saudara istrinya tapi hati Arkan tidak rela melihat istrinya asik berbincang dengan pria lain.
Cupp...
Zahra mencium singkat pipi Arkan, walaupun harus berjinjit dulu. Arkan langsung membulatkan mata nya sempurna karena kaget dengan tindakan Zahra yang tiba-tiba.
Arkan langsung menggendong istri nya agar istrinya bisa menggapai wajah nya. "H-aby turunin Zahra." Cicit Zahra sambil menahan malu.
"Sejak kapan istri haby berani mencium lebih dulu hmm?!"
Zahra menggigit bibir bawa nya, "H-aby turunin Zahra berat tauk."
"Gak mau sayang, jawab dulu pertanyaan haby."
"Haby di lihatin pak Maman nanti."
"Biarin mereka juga punya mata untuk melihat."
"I-iya tapi jangan di sini, kalau ada pak maman yang lewat beneran gimana?"
Di dalam rumah mereka berdua memang tidak ada pembantu, hanya ada satpam dan juga supir pribadi. Sedangkan pak Maman biasanya memang masuk kedalam untuk membuat kopi.
"Pintar mengelak ternyata, yaudah pergi ke kamar aja kalau gitu." Sauth Arkan sambil tersenyum aneh.
Zahra mengangguk pelan karena berpikri Arkan akan menurunkan nya, nyata nya pikiran Zahra salah karena Arkan menggendong nya pergi dari dapur.
"Haby turunin Zahra." Cicit nya pelan.
Arkan tidak menghiraukan ucapan Zahra seolah menulikan pendengaran nya sambil menyunggingkan senyuman nya. Sedangkan Zahra semakin gugup karena tindakan jahil suaminya.
"Kenapa diam hmm??"
"Z-ahra i-tu ta-di..." Sauth Zahra terbata-bata.
“Kenapa?” Goda Arkan lagi.
Zahra terdiam karena detak jantung nya kali ini benar-benar sedang bersenam ria karena Arkan terus menggoda nya sejak tadi. Sedangkan Arkan malah cengar cengir menatap istrinya karena melihat kegugupan dalam wajah Zahra.
Di lema nya gus azmir antara 2 pilihan
Comment on chapter Bab 04- Kedatangan Gus Azmir