Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencari Bidadari dalam Mimpi (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

"Tinggikan harga dirimu, dan junjung tinggi rasa malumu, sebagaimana perjuangan Rasulullah yang telah berjuang keras demi meninggikan derajat seorang wanita. Ingat, kamu itu mahal jangan pernah kau gadaikan harga dirimu hanya demi cinta yang murahan."

_Fulanah_

***

"Setampan dan semapan apapun seorang pria akan percuma jika agama tidak dijadikan yang utama. Sebab pria yang paham agama tidak hanya memikirkan kebahagiaan duniawi saja, melaikan bagaimana caranya bisa bahagia di surganya Allah kelak. Maka dari itu carilah suami yang bisa memberikan ketenangan hati, bukan sekedar kepuasan lahiriah. Menikah bukan waktu yang sebentar, kita akan menghabiskan separuh hidup kita dengan nya. Jangan taruhkan hidup ini kepada pria yang tujuan hidupnya sendiri tidak tau."

Arkan langsung insecure seketika mendengar penuturan istrinya, banyak hal yang belum Arkan lakukan untuk istrinya. "Punya istri seorang ning ada enak nya ada gak enak nya, bisa-bisa setiap hari gue insecure dengan ucapan nya kalau begini." Monolog Arkan dalam hatinya.

Sedangkan gus Azmir menaik turunkan alis nya ke arah Arkan, gus Azmir berharap Arkan mampu mewujudkan ucapan nya tadi.

"Dari ucapan kalian bisa di simpulkan jika menikah bukanlah sebuah permainan, lebih dari sebuah ikatan pun lebih kuat dari sebuah janji yang di ucapkan saat ijab qobul. Nanti kita akan di hadapkan dengan penuh cobaan, maka jangam sampai pasangan kita tidak tau aturan, sholat tidak dilaksanakan, ngaji awur-awuran. Kita sama-sama butuh seorang imam dan makmum yang baik yang nantinya akan menjadikan keluarga kita yang sakinah mawaddah warohmah. Dimana seornag imam yang akan menjadi kemudi dalam berlayarnya perahu kita menuju surga kelak."

"Menikah bukanlah sekedar kebutuhan di dunia saja, karena seorang imam atau suami nanti bisa mengantarkan pada pintu surga atau pintu neraka. Begitu juga seorang istri bisa mengantarkan suaminya pada pintu neraka atau surga, karena semua tindakan istri akan di pertanggung jawabkan oleh suami di akhirat kelak. Maka dari itu kita butuh patner yang tepat dan jangan hanya karena cinta dan kaya kita kesampingkan agama." Sambung gus Azmir.

Arkan sejak tadi menyimak setiap untaian kata dari ipar nya, lagi-lagi ia merasa insecure karena berada di tengah-tengah orang berilmu seperti gus Azmir dan juga ning Zahra.

"MasyaAllah, bang Azmir sama haby ilmunya sudah melebihi batas kadar nya Zahra bangga punya kalian berdua di sisi Zahra."

"Seharusnya Haby yang bersyukur habibati karena bisa masuk dalam keluarga kamu, dimana derajat seseorang tidak di taruhkan. Haby sadar berada di sisi kamu tidaklah mudah, saingan nya banyak bahkan haby hanya orang biasa dunia haby dan dunia kamu beda." Sauth Arkan.

"Haby kita sama-sama manusia biasa, dan abah uminya Zahra tidak pernah mengajarkan untuk memandang derajat seseorang, seperti halnya yang di ucapkan bang Azmir tadi Zahra masih banyak kurang nya, baik itu dari segi apapun."

"Bahkan pemahaman ilmu agama Zahra masih dangkal, sedangkan haby memang bukam dari keluarga kiayi tapi Zahra bangga atas didikan ayah dan umma, karena telah membekali ilmu agama yang masayaAllah baiknya bahkan lebih tinggi dari Zahra." Sambung ning Zahra.

Arkan mengulas senyum ia juga merasa salting tapi Arkan berusaha tidak menunjukkan rasa salting nya sebab saat ini ada gus Azmir di samping nya, bisa-bisa di ledek sesuka hati gus Azmir.

"Kita sama-sama belajar Allah menyatukan dua insan untuk menikah juga sebagai pelengkap, sebagai penyempurna agama kita jadi kedudukan kita setara, tidak ada kata istri harus tetinggal jauh dari ilmu suaminya, karena Haby akan membimbingmu semampu haby."

"MasyAllah enggh haby." Kekeh Zahra sambil salting.

Kini pipi nya sudah merah merona seperti kepiting rebus, untung saja pakai cadar jadi masih aman, akan tetapi mungkin suaminya sudah paham jika saat ini dirinya sedang salting.

"Sudah pamer kemesraan nya lagi, pasangan yang fenomenal bikin iri ipar sendiri." Celetuk gus Azmir.

"Pindah aja bang ke pelanet lain." Kekeh Arkan.

"Kalau ada tiket nya sudah pergi sejak tadi saya, dari pada lihat kebucinan kalian berdua."

"Bentar Zahra panggilin doraemon biar disiapin pintu ajaib nya." Goda Zahra.

"Emang bisa???" Sauth serempak.

Zahra menyengir sambil tersenyum kikuk, "Hehehh bercanda."

Keduanya terkekeh pelan, namun keduanya sangat bahagia ketika melihat Zahra tersenyum seperti ini. Setelah menempuh perjalan hamper 20 menit kini mereka sudah sampai di hotel gus Azmir segera berpamitan turun.

“Hati-hati, jangan ngebut bawa mobilnya.” Ucap guus Azmir.

“Enggh bang Az aman.” Sauth Arkan sambil mengulas senyum.

Sedangkan ning Zahra turun dari mobil karena akan berpindah duduk di depan, sebelum itu ning Zahra mencium punggung tangan gus Azmir dengan takzim.

“Zahra pulang dulu ya bang.”

“Iya dek, kapan-kapan nginep di pesantren lagi.”

“Enggh asalkan ada coklatnya.” Kekeh ning Zahra.

Gus Azmir mengusap lembut kepala adiknya, “Sebanyak apa pun coklat yang kamu minta pasti abang belikan dek.”

Ning Zahra mengangguk pelan, “Jangan lupa pikirkan pinangan gus Azar kemarin.” Guman pelan ning Zahra.

“Jangan lupa juga terus cari wanita itu dek.”

Ning Zahra mengangguk pelan, kemudian melambaikan tangan nya dan masuk ke dalam mobil suami nya. Ning Zahra kira abang nya akan melupakan Wanita di mimpinya itu tetapi perkiraan nya salah.

.

.

.

Kehidupan tidak akan berhenti selagi Allah masih memberikan nafas untuk bernafas, setiap detiknya nafas yang di berikan adalah suatu kenikmatan yang besar.  Kadang kalah nya tidak semua orang bisa merasakan nikmat yang Allah berikan, tiada nikmat yang paling besar kecuali di berikan Kesehatan jasmani dan rohani.

Setiap dua minggu sekali Rara selalu mengantarkan ayah nya untuk terapi agar kaki nya bisa di gunakan untuk berjalan lagi, meskipun biaya yang harus di keluarkan oleh Rara hampir 70% dari gaji per-bulanan nya.

Namun Rara tidak hanya mengandalkan hasil dari gajinya di restaurant saja, di rumah Rara juga membuka jasa laoundry, jasa catring dan juga membuka bimbel. Biasanya Rara di panggil oleh warga sekitar untuk dating ke rumah nya untuk mengajar anak-anak mereka.

Meskipun lelah tapi Rara tetap berusaha kuat karena jika tidak memiliki pekerjaan sampingan seperti ini Rara tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga nya sehari-hari.

Sedangkan Nafisah setiap pagi selalu membawa kue buatan nya di rumah yang di titipkan di kantin sekolah adik nya dan di sekolah nya juga. Awalnya Rara melarang adik nya karena ia tidak mau adiknya di ledek oleh teman-teman nya karena membawa jualan nya ke sekolah.

Rara juga merasa amat bersalah karena adiknya sampai berjualan seperti ini untuk membantu ekonimi keluarga. Namun jawaban dari Nafisah membuat hati Rara tersentuh pemikiran nya sudah dewasa, mungkin karena keadaan merakalah yang membuat gadis berusia 17 tahun itu bersikap layaknya orang dewasa.

“Ayah tunggu disini sebentar, Rara akan menebus obat dulu.” Ucap Rara berpamitan pada ayah nya.

“Iya nak.” Sauth sang ayah.

Setelah kepergian putrinya, air mata Rames tiba-tiba menetes sambil menatap punggung putrinya yang sudah menjauh dari pandangan nya.

“Ya Allah, begitu kuat dan sabarnya putriku dalam menghadapi ujian darimu ya Allah, seharusnya hamba yang bekerja untuk menghidupi ketiga putri hamba.”

“Tapi engkau menguji keluarga hamba dengan cara seperti, berikan lah hamba kesembuhan agar bisa bekerja Kembali.” Monolog nya dalam hati sambil menitihkan air mata nya.

Rames sangat menyayangkan Pendidikan Rara yang terhenti di pertengahan jalan, padahal putrinya sudah mendapatkan beasiswa. Tapi kenyataan nya meskipun mendapatkan beasiswa tidak sepenuh nya tidak membayar, Rara juga sengaja mengambil jalan ini karena jika ia masih melanjutkan Pendidikan nya ia tidak akan bisa bekerja di restaurant sebab Rara mengambil pekerjaan douel alias merangkap dua sift dalam sehari.

“Semoga kelak ketiga putriku mendapatkan suami yang baik, suami yang bisa membahagiakan dunia akhirat, dan semoga kelak suami Rara bisa membuat Rara menjadi Wanita berpendidikan dan mengejar Impian nya.” Sambung nya lagi sambil menghapus air mata nya.

Di dunia ini tidak ada air mata yang begitulus kecuali air mata orang tua, begitu pun dengan Rames selama kaki nya mengalammi kelumpuan ia terus menyalahkan diri nya sendiri karena telah gagal menjadi seorang ayah untuk ketiga putri-putri nya. Tidak hanya itu saja Rames juga berdosa terhadap alm istrinya karena ia pernah berjanji akan membahagiakan putri-putri nya dan menjadikan ketiga putrinya sebagai wanita sukses dan berpendidikan.

Sedangkan disisi lain Rara sudah selesai menembus obat dan membayar administrasi nya ia melihat arah dompet nya karena uang nya tinggal sisa selembar.

“Alhamdulillah, setidaknya masih ada sisa insyaAllah akan cukup.” Guman pelan Rara sambil menghela nafas dalam.

Inilah kebiasaan Rara selalu bersyukur atas apa yang ia miliki, walaupun dalam keadaan ia tidak memegang selembar uang pun Rara masih bisa bersyukur.

Rara segera Kembali ke ayah nya takut nya sudah menunggu terlalu lama, ia juga harus berangkat bekerja. Untung nya manager Rara sangat baik dan memberikan kelonggaran waktu setiap jadwal ayah nya control, sebab jika tidak Rara yang mengantar mau siapa lagi?! Karena Rara tidak mau kedua adiknya sampai bolos sekolah kecuali tidak enak badan.

Dari kejauhan Rara tidak sengaja melihat ayah nya menghapus air mata nya, sungguh hati nya terasa sakit melihat air mata ayah nya. Selama ini Rara selalu menyembunyikan air mata nya dari ayah dan kedua adik nya hal itu sengaja Rara lakukan agar mereka tidak melihat kesedihan hatinya.

Rara menekan dadanya yang begitu sakit, sudah lama ia berpura-pura kuat di hadapan semua orang ingin rasa nya ia menyerah tapi ia tidak bisa mundur begitu saja. Ia hanya gadis biasa, hati Perempuan akan tetap lemah pastinya ia butuh tempat untuk berkeluh kesah.

Begitu sesak terus menahan air mata nya setiap hari, keluarga nya tidak pernah melihat air mata nya, padahal setiap malam Rara selalu terisak dalam diam nya. Begitu berat cobaan dalam hidupnya, tapi Rara berusaha tetap Ikhlas menerima nya sebab di luaran sana masih banyak orang yang mendapatkan ujian lebih berat darinya.

“Ya Allah terus kuatkan hati hamba, hati ini memnag lemah tapi hamba berusaha kuat demi ayah dan kedua adik hamba.” Lirihnya sambil menyeka air mata nya.

Sebelum Kembali Rara menghapus air mata nya agar ayah nya tidak melihat sisa air mata nya.

“Ayah.” Panggil Rara sambil mengulas senyum.

“Sudah selesai nak.”

Rara mengangguk pelan, “Kita pulang sekarang.”

Rames mengangguk pelan kemudian Rara mendorong kursi roda ayah nya, Rara sedang menunggu taxsi datang ia berharap setelah ini akan ada rezeki yang datang.

Drett…

Ponsel Rara tiba-tiba berdering, Rara segera menjawab ponselnya mungkin saja ada yang ingin memesan catring darinya.

“Ayah sebentar Rara angkat telfon dulu.”

Rames mengangguk pelan, kemudian Rara segera mengangkat telfon tersebut.

“Hallo, Assalamu’alaikum.” Ucap seorang dari sebrang telfon.

“Wa’alaikumsalam, maaf siapa ya?” Tanya Rara.

“Benar ini dengan kakak nya Haliza?” Tanya nya balik.

“Iya, ada apa dengan adik saya?”

“Lebih baik anda segera datang ke rumah sakit Cenda, adik anda kesempret mobil nanti saya jelaskan semua.”

“Astaghfirullahhaladzim, sa-ya akan segera kesana.”

“Iya nona.”

Rara segera mematian ponsel nya, hatinya begitu khawatir dengan kondisi adik bungsu nya.

“Ada apa nak?” Tanya Rames karena wajah putrinya terlihat pucat dan cemas.

“Ayah…” Lirih nya pelan sambil menggigit bibir bawa nya, ia bingung haruskah memberitahu ayah nya?

“Kenapa Ra, apa semua baik-baik saja?!” Tanya Rames lagi karena hati nya juga tiba-tiba menjadi gelisah.

“Ha-liza tertabrak mobil yah.” Sauth Rara sambil menahan isakan nya.

“Astaghfirullahhaladzim, ya Allah Liza…” Sauth Rames begitu syook mendengar penuturan putri nya.

“Ba-gaimana adikmu bisa tertabrak mobil nak?”

Rara menggelengkan kepala nya pelan, karena ia juga tidak mengetahui apa pun sebab orang yang menelfon nya juga tidak menjelaskan kronologi kecelakaan Haliza.

Rames menghapus gusar wajah nya sambil menyembunyikan air mata nya dar Rara agar tidak semakin panik dan kawatir. Tak lama kemudian taxsi pesanan nya sudah datang keduanya segera masuk ke dalam taxsi menuju rumah sakit tempat adik nya di rawat disana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (68)
  • riema al karimah

    Jngan² gus azam jg ad rasa sama rara jg

    Comment on chapter Bab 06- Pertemuan Rara & Gus Azmir
  • riema al karimah

    Ahh,,, gus azmir bidadari ad disini gus,,, lgi nungguin d jemput🤭 d bab ini bnyak typo ka,,, dn seingat saya d part 1 pk rames punya 4 anak, tpi d sini punya 3 anak , yg bnar yg mna ka ?

    Comment on chapter Bab 05- Kagum
  • zahira

    Makin penasaran sama bab selanjutnya

    Comment on chapter Bab 03- Keluarga Ndalem
  • iinmelwati

    Sllu kerennnn ka ell

    Comment on chapter Bab 01- Rara Asyifa Putri
  • zahira

    Aq lagi nunggu versi buku nya

    Comment on chapter Bab 01- Rara Asyifa Putri
  • riema al karimah

    Awal yg baik buat ning zahra n gus arkan, semoga jg jd awal kisah gus azmir

    Comment on chapter Bab 04- Kedatangan Gus Azmir
  • unie_jk96

    Aaaa jd pngen kaya rara deh

    Comment on chapter Bab 01- Rara Asyifa Putri
  • ismalala

    Keren banget

    Comment on chapter Bab 01- Rara Asyifa Putri
Similar Tags
Acceptable
378      252     1     
True Story
“Bahkan dengan diriku sendiri pun, aku mampu untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Aku harus dapat bertahan dengan diriku dan di atas kakiku”.
Air Mata Istri Kedua
151      134     0     
True Story
Menjadi istri kedua bukanlah impian atau keinginan semua wanita. Begitu juga dengan Yuli yang kini telah menikah dengan Sigit. Seorang duda yang dia kenal satu tahun lalu. Pernikahan bahagia dan harmonis kini justru menjadi bencana bagi Yuli saat dia mengetahui jika Sigit sebenarnya bukanlah seorang duda seperti yang dia katakan dulu. Pria yang diketahui bekerja sebagai seorang pelayan di seb...
DEUCE
675      381     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
Shinta
6496      1872     2     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
Belum Tuntas
4966      1710     5     
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti. ...
Cerita Sampah
1483      858     3     
Short Story
Cerita tentang kehidupan sekolah yang tak terungkap. Sebuah cerita sampah dari yang tak dianggap.
Bittersweet Memories
37      37     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
SEBUAH KEBAHAGIAAN
564      439     3     
Short Story
Segala hal berkahir dengan bahagia, kalau tidak bahagia maka itu bukanlah akhir dari segalanya. Tetaplah bersabar dan berjuang. Dan inilah hari esok yang ditunggu itu. Sebuah kebahagiaan.
Kesabaran Indah
528      373     0     
Short Story
cerita ini menceritakan kisah kesabaran seorang gadis yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. kini gadis itu telah menikah dan mendapatkan cobaan dari kakak iparnya. tapi dengan kesabarannya akhirnya gadis ini bisa mendapatkan kasih sayang baru di keluarga barunya.
Hujan Paling Jujur di Matamu
8515      1956     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...