“Indahnya mengagumimu sekaligus memperbaiki diri, walaupun nanti takdirku bukan denganmu, dengan senang hati aku berkata; terima kasih telah menjadi perantara hijrahku berkat mengangumimu.”
_Rara Asyifa Putri_
***
Rara Asyifa Putri, seorang gadis remaja berusia 20 tahun hidupnya tidak lah mudah karena harus berjuang untuk menghidupi keluarga nya. Rara adalah gadis cerdas dan pintar namun sayang impian nya untuk melanjutkan Pendidikan nya harus pupus di Tengah jalan.
Rara sempat menyentuh bangku perkulihan walaupun hanya satu semester saja dan ia memutuskan untuk bekerja di restaurant. Meskipun demikan semangat Rara untuk belajar tidak pernah pupus begitu saja, setiap malam Rara selalu menyempatkan untuk belajar walaupun itu hanya sebentar.
Bagi Rara Perempuan juga harus pintar tidak hanya seorang pria saja yang berhak belajar sampi keperguruan tinggi, Rara juga menyisihkan Tabungan nya untuk biaya Pendidikan nya dua tahun kedepan agar bisa Kembali berkuliah.
Ayah mengalami kecelakaan dan mengalami lumpuh total, hal itu yang membuat Rara nekat berhenti kuliah karena ia menjadi pulang tunggu keluarga menggantikan ayah nya.
Ia ingin egois dalam Pendidikan namun, ia juga tidak bisa membiarkan kedua adiknya harus pupus sekolah begitu saja. Rara memiliki dua adik perempuan yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.
Ibu nya meninggal dunia Ketika melahirkan adik bungsu nya, semenjak itu juga Rara seolah menjadi kakak sekaligus ibu bagi adik-adik nya. Ayah nya selalu bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya Pendidikan untuk keempat anak-anak nya.
Setiap hari Rara memberikan semangat untuk dirinya sendiri agar bisa bangkit demi keluarga nya, meskipun hati nya sedang tidak baik-baik saja.
“Ra ayo move on, jangan galau terus kaya gini mau sampai kapan.” Ucap Rara di depan cermin sambil merapikan hijab nya.
“Lupakan orang yang mebuatmu kecewa Ra dia gak pantas untuk mu mangka nya Allah menegur mu dengan cara menunjukkan keburukan nya. Seharusnnya aku dari awal sadar jika pacarana itu dosa, kenapa aku bisa terjebak dalam untaian kata-kata manis nya dulu dan sekarang aku telah merasakan bagaimana patah hati karena telah berharap pada manusia.” Sambung nya lagi sambil menatap nya di depan cermin.
“Kak Rara, Fisah masuk ya,” Ucap Nafisah dari sebrang pintu.
Nafisha Syahila putri, gadis berusia 17 tahun yang masih mengenyam Pendidikan bangku SMA, sekaligus adik nomor kedua Rara.
“Kenapa dek?”
“Udah di tungguin sama kak Nabila di luar.”
“Eh, iya bilangin tunggu sebentar.”
Fisah mengangguk pelan, “Memang nya kakak mau pergi kemana?”
“Mau ke masjid yang dekat sama pesantren, tadi Nabila ngajak kakak buat menghadiri manjlis disana.”
“Oh, setiap hari kamis kak rutin majlis disana.”
“Kamu juga tahu dek?”
“He’em soalnya Fisah juga pernah lihat waktu itu pulang dari rumah teman.”
Rara manggut-manggut sambil mengambil tas nya, “Yaudah ayo keluar kakak udah selesai.”
Fisah mengangguk pelan kemudian keluar menemui Nabila teman rekan kerja Rara sekaligus sahabat nya juga.
“Bil, maaf ya udah nunggu lama.” Ucap Rara.
“Santai aja gakpap, lagian juga baru jam segini.” Sauth Nabila.
“Langsung berangkat aja yuk.”
Nabila mengangguk pelan kemudia ia segera berangkat menuju masjid, selama perjalanan Nabila taka da hentinya berceloteh kesana kemari tidak jelas karena sudah menjadi kebiasaan Nabila tidak bisa diam saat mengendarai motor, padahal suara nya pun tidak terdengar begitu jelas di telinga Rara.
Setelah sampai di masjid keduanya segera merapikan hijab mereka masing-masing. “Memang nya yang jadi pembicara siapa sih Bil kamu semangat banget kaya nya.” Tanya Rara, karena ini pertama kali nya ia mengikuti majlis ilmu.
“Gus Hisyam, putra pertama kiayi Ahsan pemilik pesantren disini.”
“Aku yakin kalau kamu dengar kajian beliau pasti kamu akan tertarik, cara peyampaian nya ajib banget, aku aja sampai candu kalau gak dengar kajian beliau berasa ada yang kurang.”
“Secandu itu ya.”
“Iya la hapa lagi hari ini tema kajian nya sesuai dengan perasaan mu saat ini.”
“Sok tahu kamu sama isi hatiku bil.”
“Hahahh udah lah ayo masuk dulu nanti malah gak dapat tempat di depan, sekali kali sambil cuci mata lihat yang bening-bening.”
“Ada mau nya nih anak, gak boleh bil kaya gitu bukan nya beliau sudah menikah ya?”
Nabila mengangguk pelan, “Gakpapa kagum sama orang berilmu, asalkan bisa mengendalikan perasaan kagum itu biar gak timbul perasaan lain.”
“Udah ayo Ra nanti gak dapat barisan depan.” Sambung nya lagi sambil menarik tangan Rara.
Rara mengikut saja ia juga penasaran setampan apa gus Hisyam sampai membuat sahabat nya kagum. Keduanya sudah tidak mendapatkan barisan depan jadi terpaksa harus duduk di barisan kedua.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga namun yang dating bukanlah gus Hisyam melaikan gus Azmir adik dari gus Hasyim.
Sore ini gus Hisyam berhalangan hadir karena ada keperluan mendadak jadi beliau meminta gus Azmir yang menggantikan nya untuk mengisi kajian di masjid. Muhammad Azmir Hakim, pria berusia 25 tahun kerap di panggil gus Azmir. Sosok ketiga putra pesantren ini sudah lama terkenal di kalangan Masyarakat, bukan hanya karena ketampanan nya yang mirip dengan pria arab melaikan karena Kemahiran nya dalam menguasai ilmu agama.
“Ya bukan gus Hisyam yang dating.” Ucap Nabila.
Sedangkan Rara jadi bengong menatap ketampanan gus Azmir, “Ra.”
“Ekhem zina mata jangan di pandang terus gus Azmir nya.” Bisik Nabila.
“Astaghfirullahhaladziim.” Guman pelan Rara tersadar dari lamunan nya.
“Awas nanti jatuh cinta sama beliau.” Bisik nya lagi.
“Jangan aneh-aneh deh, gak mungkin juga derajat kami beda jauh beliau gus sedangkan aku bukan ning, yang ada nang ning gong kabyan.” Kekeh Rara.
“Do’a itu ucapan, siapa tahu Allah mengabulkan nanti bisa jadi ning benaran buka nang ning gong kabayan yang kamu ucapakan tadi.”
“Gak mau bermimpi terlalu tinggi kalau jatuh sakit.” Kekeh Rara.
Nabila terkekeh mendengar nya, lantas keduanya segera mendengarkan kajian pada sore hari ini. Gus Azmir segera memulainya agar tidak mengulur banyak waktu, karena waktu yang terbuang sangatlah berharga jika bisa menghargai penting nya waktu.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.” Ucap gus Azmir yang sedang duduk di mimbar depan.
Orang yang hadir di masjid ini tidak hanya perempuan saja melaikan laki-laki juga hadir tetapi tempat nya di pisah jadi otomatis antara Perempuan dan laki-laki tidak saling berbahur secara Bersama karena adanya pemisah.
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh ustadz.” Sauth serempak para jama’ah.
“MasyaAllah pada semangat semua, sebelum nya saya ingin meminta maaf karena gus Hisyam berhalangan hadir, dan beliau meminta saya untuk menggantikan nya hari ini.”
Gus Azmir langsung memulai kajian pada sore hari ini, setelah usai menyampaikan kajian nya hari ini gus Azmir meberikan banyak motivasi terkhusus pada remaja saat ini.
Sedangkan Rara sejak tadi terus mencatat ilmu yang ia dapatkan hari ini, mungkin kata sahabat nya gus Hisyam lebih candu dalam menyampaikan unataian kalimat demi kalimat. Namun kenyataan nya Rara lebih menyukai cara gus Azmir dalam menyampaikan nya, mungkin karena ia belum mendengar kajian yang di bawakan oleh gus Hisyam.
“Masih ada waktu sebelum kajian di tutup, singkat cerita saya ingin memberikan motivasi dari cerita ini.”
“Baik ustadz.” Sauth beberapa orang mewakili.
“Pada suatu hari saya pernah di timpa musibah perihal sakit hati karena berharap pada manusia dan dengan hati yang yakin saya berjanji untuk tidak pacarana, karena Allah SWT sendiri yang menyuruh umatnya untuk menjuhi suatu perkara maksiat yang menjerumuskan kea rah zina. Saya pernah ditanya, banyak peranyaan tertuju kepada saya dan beberapa pertanyaan teringat di benak saya, kalau tidak salah seperti ini pertanyaan yang mereka lontarkan pada saya, kalau gak pacaran gimana dapat jodoh?”
“Dulu ada teman saya yang bercerita kepada saya, bukan pribadi mengalami hal ini.” Sambung gus Azmir.
Para jama’ah mengangguk sambil terkekeh pelan karena sudah mengira ini pengalaman pribadi gus Azmir, ternyata ini kisah teman nya yang sempat berbagi cerita dengan gus Azmir.
“Hal yang lumprah sepertinya di kalangan remaja sekarang yang terus mengaitkan jodoh dan pacarana, ada lagi pertanyaan nya kalau gak pacaran giman bisa saling mengenal? Nanti setelah menikah sifatnya tidak sesuai, dan kalau gak pacarana nanati gimana nikah nya?”
Rara merasa tersindir dengan cerita yang di bahas oleh gus Azmir karena kisah nya sepertinya mirip dengan kisah yang sempat ia alami.
“Padahal dalam ayat Al Qur’an sudah di jelaskan mengenai hal ini, walaa taqrobu zinaa innahuu kaana faahisyatan wasaaaa a sabiila. Artinya: ‘Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, suatu jalan yang buru,’ (QS.Al Isra: 32)”
“Di zaman ini bukan lagi suatu hal yang asing taanpa mengenal batas usia, banyak manusia yang membuang waktu mereka untuk perkara suatu maksiat ini, bahkan sekelas yang katanya paham agama dan mereka menjawab dengan ali-alih ‘Kami juga manusia’ lah siapa juga yang mengatakan kamu setan??”
Lagi-lagi ucapan gus Azmir mampu membuat para jama’ah terkekeh karena cara penyampaian nya sekilas terdengar banyak candaan nya, tetapi makna di dalmnya begitu besar.
“Cinta itu memang fitrah datangnya dari Allah SWT tapi kalua cinta kamu ambil dan menjemput lewat suatu jalan kemaksiatan itulah yang di sebut haram. Pesan saya jangan membuang waktu berharga mu hanya untuk menjaga pasangan haram mu, jadi sempurna kan jalan kita untuk menuju surganya Allah dan jodoh yang tepat, walaupun perjalanan itu tidak semulus yang di bayangkan.”
“MasyaAllah.” Sauth para jama’ah perempua, mereka beper dengan motivasi yang di berikan gus Azmir.
“Terakhir dari saya terkhusus untuk para akhwat, karena ini ada pertanyaan yang di berikan moderator berbentuk tulisan udah semacam surat.” Kekeh gus Azmir.
“Dengerin para akhwat yang belum zuad, buat para ibu-ibu di Simak buat wejangan putrinya di rumah. menurut saya pertanyaan ini mewakili para akhwat semua yang hadir di masjid ini.”
“MasyaAllah gus Azmir begitu rama terhadap semua orang, walaupun wajah nya terlihat dingin banget.” Celetuk Rara dalam hati nya.
“Banyak dari kalian yang mendambakan ingin di bimbing setelah menikah oleh suami yang soleh dan tampan. Tidak sepenuhnya salah tapi ada baiknya perlu di ingat buat para antuna semua nya, menjadi patuh, menjadi yang di bimbing, menjadi sami’na wa atho’na itu tidak gampang.”
“Tidak percaya?? Kita renungkan sama-sama berapa banyak aturan yang Allah SWT tetapkan untuk manusia? Tapi berapa banyak perintah Allah SWT yang kemudian di patuhi dalam hidup kita? Ini level nya Allah yang selalu memberika nikmat dan selalu menyayangi kita. Kalau ketaatan ke Allah masih compang camping, apa lagi taat ke suami? Yang jelas-jelas dia Cuma manusia biasa.”
“Manusia yang sangat memungkinkan untuk memeberi rasa sedih dan kecewa, manusia yang sudah pasti cara menasehati nya tidak mungkin lebih indah dari caranya Allah Menyusun kalimat dalam Al Qur’an untuk memberi peringatan bagi hamba-nya. Jangan untuk memberi menggantungkan perbaikan diri kita pada manusia.”
“Kholas ya semoga yang saya sampaikan bisa bermanfaat untuk kita semua, saya kembalikan pada moderator.” Sambung gus Azmir.
“MasyaAllah syukron jazakillah khairan ustadz, materi pada sore hari ini sangat bermanfaat sekali teruntuk para remaja zaman sekolah. Semoga dilain waktu kita masih bisa bertemu di majlis ilmu yang isnyaAllah barokarah dan bermanfaat.” Ucap sang moderator.
“Aamiin ya rabbal alamin.” Sauth para jama’ah serempak.
Beberapa dari jama’ah ada yang meninggalkan masjid ada juga yang memilih menetap di masjid untuk melaksankan jama’ah maghrib.
“Ra mau pulang atau nunggu habis maghrib?” Tanya Nabila.
“Sekalian aja nunggu jama’ah maghrib, lagian nanti kalau kamu pulang habis nganterin aku pasti di pertengahan jalan adzan maghrib.”
“Iya sih, tapi kamu gak di cariin sama ayah kamu Ra?”
“InsyaAllah ayah juga akan paham, tadi sebelum berangkat udah bilang sama ayah.”
“Alhamdulillah kalau gitu, jadi lega soalnya aku yang bawa kamu keluar rumah.” Sauth Nabila merasa tidak enak.
“Santai aja, aku malah bersyukur punya sahabat kaya kamu.”
“Dih kenapa nih wkwkkw.” Kekeh Nabila.
“Karena selama ini kamu ada buat aku, dan sekarang setelah kamu mengajak ku pergi majlis hatiku menjadi tenang apa lagi dengan materi kajian kali ini mewakili perasaan aku.”
Nabila mengulas senyum kea rah Rara, “Jadi sekarang kamu harus berubah, aku yakin suatu saat akan ada pria baik yang akan menjemputmu dengan cara yang baik juga.”
“Lupakan Raihan, anggap aja dia cobaan buat kamu sekaligus ini jalan kamu buat berhijrah menjadi Wanita yang lebih baik lagi. Wanita yang baik akan di pasangkan dengan laki-laki baik pula.” Sambung Nabila berusaha membuat sahabat nya ini bangkit lagi.
“Tapi apa mungkin hal itu akan terjadi dalam takdirku bil??”
“Gak ada yang gak mungkin, Allah saja mampu mebuat langit tanpa tiang, lalu mengapa Allah tidak bisa mengubah nasib seseorang menjadi baik?? Semua itu tergantung pada niatmu dan keikhlasan mu dalam menjalani ujian yang Allah berikan.”
“Bentar tumben amat yak aku jadi bijak gini.” Kekeh Nabila.
“Aku juga heran hehehh… tapi makasih banyak motivasi nya, kaya nya mulai sekarang aku memutuskan untuk hijrah aja bil dan menyampingkan urusan mengenai percintaan.”
“Semangat terus, semua gak ada yang mudah meskipun nantinya kamu berjalan tertati tapi tapi selalu ingat ada Allah dalam hatimu.”
Rara mengangguk pelan sambil mengulas senyum, perbincangan mereka terhenti lantaran sudah terdengar adzan maghrib. Keduanya segera mengambil air wudhu dan bersiap-siap untuk melaksankan sholat maghrib berjama’ah.
Kisah yg banyak menguras Air mata😭 tp ending ny begitu menakjubkan pertolongan Allah hadir d'waktu yg tepat. Kebahagiaan pun d'raih oleh Gus Azmir & Rara🥰💗
Comment on chapter Bab 30- Ending