Tiga hari setelah pertunangan Aurora tak menyangka Naufal akan mengajaknya menghadiri ulang tahun perusahaan ke sepuluh tahun di Putri Duyung Ancol. Kemarin Naufal mengajaknya pergi ke butik untuk membeli batik senada untuk mereka. Ia pikir saat Naufal mengatakan akan membawanya untuk acara tempatnya bekerja pria itu tidak bersungguh-sungguh mengingat hubungan mereka yang masih canggung.
“Ini beneran Mas ajak aku?” tanyanya untuk kesekian kali.
Aurora mengingat kalau Vera sering bercerita kalau Naufal kerap kali mengajaknya ke setiap acara perusahaan seperti acara ulang tahun, buka puasa bersama atau saat acara penting lain.
“Kenapa tanya terus masih tidak percaya?” balas Naufal sambil membawa mobilnya membelah kemacetan Jakarta pada jam lima sore adalah waktu terpadat di Jakarta saat para karyawan pulang kerja. Tak tampak rasa lelah pada Naufal padahal tadi pagi juga baru melakukan perjalanan ke luar kota. “Sejak kita bertunangan kamu bukan hanya kekasih, tetapi juga tunanganku. Jadi sekalian kita saling mengenal dan mengetahui lingkungan tempat kita bekerja juga teman-teman kita.”
Aurora membuka mulut ingin bertanya bagaimana tanggapan orang kantornya jika tiba-tiba yang datang menjadi pasangan Naufal berganti dalam waktu singkat. Ia sadar Naufal menyatakan mengakhiri hubungannya dengan Vera di hari yang sama dengan Vera mengatakan Naufal menggantikan Hilman sebagai tunangan Aurora.
“Mas Naufal tidak malu dengan hubungan kita, sedangkan biasanya membawa ee ….” Aurora menghentikan menyebut nama Vera.
Mobil berhenti di lampu merah. Naufal menoleh menatap Aurora tajam seperti biasa. “Kenapa aku harus malu membawa tunangan sendiri, malu kalau aku bawa selingkuhan.”
Mendengar balasan Naufal membuat Aurora bungkam tak bisa membantah. Sifat terus terang Naufal sekarang mulai Aurora pahami. Mungkin ini maksud perkataan Naufal kalau selama enam bulan ke depan mereka akan saling mengenal sembari menyiapkan pernikahan mereka yang akan dilangsungkan tepat pada awal tahun depan.
Setelah melewati padatnya jalanan, mobil yang mereka kendarai sampai di pintu masuk Ancol. Kemudian melanjutkan arah ke Putri Duyung tempat acara berlangsung dan begitu memasuki gedung semua karyawan dari perusahaan mengenakan batik sama seperti mereka hanya berbeda-beda motif.
“Malam, Pak Wijaya,” sapa Naufal pada seorang pria berusia sekitar akhir empat puluh tahunan. Aurora berdiri sedikit ke belakang membiarkan Naufal saling sapa dengan teman-teman atau atasannya seorang pria bernama Pak Wijaya.
“Malam, siapa Fal pacar baru lagi?”
Naufal tersenyum, lalu berkata, “Ini tunangan saya Pak, Aurora namanya. Doakan tahun depan sudah menjadi istri saya.” Pak Wijaya terlihat terkejut mendengarnya. “Maaf Pak Wijaya saya tidak sempat mengundang acaranya pertunangan karena terjadinya begitu mendadak karena keluarga Aurora sedang berkumpul semua.”
Pak Wijaya mengangguk mengerti. “Bagus-bagus. Lebih baik langsung dari pada pacaran tak jelas arahnya kemana. Selamat untuk kalian berdua,” ujarnya menatap Aurora dan Naufal bergantian. Menjaga kesopanan Aurora tersenyum mengangguk sembari sedikit menunduk.
“Siap, Pak. Terima kasih.”
Pak Wijaya berlalu meninggalkan mereka. Atasan Naufal berbincang dengan beberapa undangan serta beberapa petinggi perusahaan serta pejabat TNI yang ikut datang ke acara ulang tahun perusahaan ini.
Naufal mengajaknya duduk di meja berkursi enam dan di meja ada nama Naufal Mahendra bersama pasangan. Aurora juga melihat dua nama lain di meja tersebut.
“Kamu duduk di sini, kenalan sama istri-istri rekanku. Mas mau bertemu yang lain untuk memastikan semua sudah dilakukan sesuai schedule.” Naufal pergi menemui pria berkulit hitam seperti orang dari daerah Timur. Tak lama sebuah pasangan keluarga kecil dengan anak dua datang dan duduk di samping Aurora, tak berselang lama kisaran sepuluh menit datang pasangan lain menempati meja yang sama dengan Aurora.
Ia hanya tersenyum menyapa mereka dan seperti Naufal yang memperkenalkan dirinya sebagai tunangan, Aurora melakukan hal yang sama. Terlihat tatapan terkejut dari kedua wanita di depannya mendengar status pertunangan Aurora dan Naufal.
Aurora harus siap menerima tatapan-tatapan tak percaya serta keterkejutan mereka tentang statusnya sebagai tunangan Naufal. Mungkin dari mereka sering bertemu Vera di setiap acara kantor seperti sekarang. Ada perasaan tak nyaman melihat tatapan-tatapan menilai dari para istri maupun para karyawan wanita.
Acara masih berlangsung dan sekarang telah memasuki jam Sembilan malam. Aurora yang sejak tadi menahan diri ke kamar kecil akhirnya berpamitan. Naufal menawarkan diri mengantarkan, tetapi Aurora menolak karena melihat Naufal tengah bicara serius dengan petinggi perusahaan.
Lega, ia melangkah pelan melihat gedung di kawasan Putri Duyung tempat acara berlangsung. Ia sengaja berlama-lama dan duduk-duduk di kursi luar gedung karena di dalam sedang berlangsung pesta music dangdut. Pada acara ulang tahun perusahaan mereka sengaja mengundang band dengan dua penyanyi. Tak menyukai kebisingan Aurora duduk sejenak untuk menenangkan telinga.
Setelah merasa cukup lama meninggalkan acara, Aurora kembali ke tempat acara. Langkahnya pelan dibelakang dua orang wanita yang mengenakan kerudung.
“Pak Naufal pacarannya sama siapa, eh tunangannya sama siapa.” Perkataan itu membuat Aurora menghentikan langkah karena mendengar mereka tengah membicarakan Naufal dan tunangan tentu saja dirinya. “Mbak Vera bodoh atau tunangannya itu selinguhan Pak Naufal? Perasaan dua minggu lalu mereka masih bikin story bareng di Instagram dan terlihat mesra saja.”
Aurora kembali melangkah karena penasaran dengan kelanjutan percakapan dua wanita berhijab. “Iya, padahal mereka cocok satunya guru yang sudah menjadi pegawai negeri dan satunya orang dengan jabatan tinggi seperti Pak Naufal. Hebat loh, Pak Naufal baru kemarin naik jabatan sebagai Asisten Direktur Teknik dan Operasional. Apalagi keduanya tampan dan cantik sangat cocok.”
Aurora yang sejak tadi mengikuti langkah perlahan mematung dan tak meneruskan jalan untuk mengikuti keduanya. Dadanya berdegup kencang. Apa Vera mengetahui jika Naufal baru saja naik jabatannya?
Walaupun orang tua Vera tak merestui hubungan mereka karena Naufal bukan seorang PNS atau Abdinegara, tetapi jika mengetahui posisi Naufal sekarang Aurora yakin Vera tak akan melepaskan Naufal untuknya.
“Aurora, kamu sedang apa di situ?” Aurora masih diam di tempat saat Naufal datang menghampiri. “Kita akan foto bersama aku cari-cari kamu belum balik, kamu sakit kok lama baliknya?” tanyanya dengan nada khawatir.
Aurora hanya menggeleng dan mengikuti langkah Naufal saat pria itu menarik tangannya menuju tempat acara masih berlangsung. Pikirannya tiba-tiba merasa ketakutan akankah hubungan ini akan berlanjut karena Aurora tidak yakin baik Naufal maupun Vera telah saling melupakan mengingat hubungan mereka yang sudah terjalin selama lima tahun.
Saat diajak berfoto Aurora tak bisa fokus karena pikirannya masih tertuju pada percakapan dua wanita tadi. Ia baru menyadari semua saat Naufal memeluk bahunya saat melakukan foto seluruh karyawan bersama keluarga.
Kalau pertunangan ini batal, bagaimana Aurora menghadapi keluarga besarnya?