Tidak terasa malampun tiba ditemani oleh bulan dan bintang yang bersinar dengan terang sehingga membuat banyak penduduk yang masih melakukan aktifitasnya diluar rumah mereka. Contohnya saat ini di Kota Bandung yang masih ramai dimalam harinya juga dipenuhi berbagai warna lampu bangunan dan juga jalanan sehingga membuatnya semakin indah, banyak sekali penduduk yang masih berlalu-lalang dan terkadang hal tersebut membuat kemacetan meski hanya sementara. Diantara mereka, seorang gadis sedang berlari dengan terburu-buru menyusuri jalan menuju ke apartemenya yang tidak terlalu jauh darimana ia masih berlari.
'Tidak, tidak mungkin aku salah ingat. Wajah itu aku mengingatnya dengan jelas meski sudah lama aku tidak melihatnya.' teriak batin gadis tersebut yang bernama Syakia. Setelah memasuki apartemennya setelah berlarian diluar, Syakiapun akhirnya tidak bisa lagi menunda teriakan histerisnya sambil memukuli bantal yang ia dapatkan dari temannya setelah wisuda dari Universitas Padjajaran.
"Argh!! Mampus! Kenapa si senyawa alkana jadi bosku?!!" teriaknya. Setelah melampiaskan amarah dan rasa frustasinya serta merasa jauh lebih tenang, Syakiapun membuka handphone miliknya lalu mengirim pesan kepada sahabatnya untuk memberitahunya apa yang terjadi.
Syakia
Ra, maneh (kamu) tau? Urang sigana keur sial (aku kayaknya lagi sial).
Ratih
Nteu (Nggak)
Syakia
Matakge jadi dukun geura meh nyaho. (Mangkanya jadi dukun dong biar tau).
Maneh kudu nyaho (kamu harus tau)! Si Alkana geus balik ti Jepang (Si Alkana udah kembali dari Jepang)!
Ratih
Na ai maneh, sok tara baleg nitah babaturan teh. Heran urang. (Kamu ini suka nggak bener ya kalau nyuruh temen. Heran aku)
Terus? Terus kumaha (gimana)? Jadi bos maneh kitu?
Siga na novel wae... (Kayak di novel aja)
Syakia
He-euh (iya) jadi bos urang! Kumaha ieu (Gimana ini) ?! TvT
Ratih
Ah?! ma enya (masa iya)?!
Maneh kangen si Alkana nya?! Jadi sok halu budak (bocah) teh
Syakia
Lain belegug (bukan ogeb)!
Ah maneh mah sok tara bener (ah kamu mah suka nggak bener)
Ratih
Matak ge iyeuh, tong sok belikan jadi jelema teh (Mangkanya jadi orang jangan suka ngambekan)
Heug siah, gajian maneh bakalan di tunda sataun (Hayoloh, gajian kamu bakal ditunda setahun)
WKWKWKWK
Rasa frustasi Syakia semakin bertambah karena isi pesan dari Ratih. Iapun kemudian bangkit untuk minim air dingin dan tanpa sengaja mengingat kejadian masa lalu...
_ Flashback _
Di pagi hari itu, burung berkicau dengan riangnya dan suasana Kota Bandung sedang ramainya. Namun, berbeda dengan SDN 19 Angkasa Raya di kelas 4 nya. Suasana kelas tampak agak tegang diantara para siswa maupun siswinya, bahkan tidak ada yang berani bergerak sejengkalpun.
Bu Dwi yang sedang menulis beberapa soal dipapan tulispun kemudian memutar badannya untuk menghadapi para siswa dan siswinya, matanya berpencar seperti burung elang untuk mencari mangsanya. Ketika Bu dwi menemukan mangsanya langsung saja ia berbicara, "Lian Arkana, kamu jawab soal no 4 dan 5."
"Baik." jawab Arkana dengan suara yang tenang lalu bangkit dari kursinya menuju papan tulis besar di ruangan kelas itu yang kemudian mulai menjawab soal tersebut.
"Syakia, kamu jawab no 9 dan 10." tanya bu Dwi melihat kearah Syakia.
"Baik, bu hehe." balas Syakia dengan riang kemudian bangkit dari kursinya juga untuk mengisi jawaban di papan tulis.
'Hehehehe, asik kesempatan aku ngalahin si Arkana edan hehehe' pikir Syakia dengan penuh semangat. Namun saat ia akan tersenyum sinis kearah Arkana, iapun melihat bahwa Arkana ternyata sudah menjawab soal tersebut dengan kecepatan yang sangat ekstrim. Tersentak, akhirnya Syakiapun memilih fokus untuk menjawab soal itu dengan cepat juga lalu iapun kembali ke tempat duduknya dengan pikiran yang kacau.
'Gila, kok bisa tuh boah cepet banget ngisi jawabannya?!' pikir Syakia dalam hati,
“Semua jawaban di papan tulis benar, silahkan yang salah menjawab untuk menulis ulang.” Kata Bu Dwi membuyarkan pikiran Syakia.
Stelah Syakia melihat bukunya ternyata dia slah dalam menjawab salah satu dari kelima soal tersebut lalu iapun segera memperbaiki jawabannya. Ditengah sedang menulis, Syakia melirik Arkana yang tidak bergerak sedikitpun lalu iapun bertanya…
“Alkan… kenapa kamu tidak menulis ulang?”
Arkanapun menjawab sambal memeringkan kepalanya, “Semua jawabanku benar, ngapain ditulis ulang?”… “Juga namaku Vyleandra Arkana Hunnay, bukan Alkan”, sambungnya.
“Namamu sulit… kupanggil Alkan aja ya” Kata Syakia sambal tersenyum.
“… Bodoh… terserah…” Kata Arkana sambal memutar matanya.
“Apa?! Alkan bodoh!”
Disaaat itulah perkelahian antar dua bocah kelas 4 SD tidak bisa terhindarkan yang dilanjutkan sampai keduanya menangis lalu dibawa keruang guru untuk diceramahi lalu diajak berdamai.
_ End Flashback _
Tanpa disadari, Syakia telah masuk kedalam kamarnya lalu jatuh terduduk dilantai memikirkan nasib malangnya.
“Aaaakkkhhh! Mampus! Gajian gue!... Moga dia gak inget, ya Tuhan… tolongin hamba belum bayar paylater, ya Tuhan… Astagfirullahadzim” Gumam Syakia dengan khusyuk.
_______________________________________________________________________
Bersambung.