*Surprise Tears
Tak terasa pelaksanaan Bunkasai tinggal tiga hari lagi.
Kain putih bertuliskan "BUNKASAI SMA SAKURA-KLUB KUROTAKE" digantung di sepanjang jendela,di luar ruang klub. Mamoru mengarahkan Yukio, serta para pengurus dan anggota kelas 10 untuk menata stan penjualan di dalam dan di luar ruangan klub.
Semetara itu Chihaya bersama Ouka, juga anggota kelas 12 : Aki, Haruka, dan Rena sibuk membuat onigiri di dapur klub. Mereka membentuk nasi dan memberi isian berupa abon,daging ayam,dan daging ikan tuna. Setelah itu mereka menempelkan nori atau lembaran rumput laut kering di bawah nasi yang dibentuk menjadi segitiga dan lingkaran. Mereka juga iseng memberi dekorasi pada onigiri buatan mereka dengan biji wijen, membentuknya menjadi seperti wajah. Sementara Haruka memotong nori dan membentuk sebagian onigiri menjadi mirip panda.
"Kawaii~" puji Rena dan Aki. Ouka, Nozomi, dan Chihaya juga ikut gemas dan memuji kreativitas Haruka.
Rena membagikan onigiri itu pada Akemi, si bendahara klub yang hobi makan. Nozomi, si sekretaris klub yang sedang menjahit kostum dance-cover menghentikan pekerjaannya sebentar dan mencicipi taiyaki buatan Chihaya, Ouka, dan yang lain. Ia pun mengacungkan jempol, tanda taiyaki buatan mereka enak.
"Kau tahu, Chihaya?" bisik Ouka pada Chihaya yang sedang mengisi onigiri dengan daging tuna. "Rena itu dulu sempat naksir Mamoru,"
"Eh?" Gadis berkacamata yang sedang membalik taiyaki itu terkejut mendengar ucapan Ouka. "Pasti ditolak,ya,kan?"
"Tentu saja," Aki, menyahut. "Mamoru orang yang punya pendirian kuat. Dia punya standar yang lumayan tinggi untuk seorang gadis yang mau jadi pacarnya,"
Mendengar hal itu, Chihaya entah mengapa merasa sedikit minder. Tapi ia tak memungkiri kalau gadis-gadis yang naksir Mamoru rata-rata memiliki wajah yang cantik, penampilan yang menarik, juga kelebihan dan pesona tersendiri.
Chihaya jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka. Tapi, walau ia tidak secantik dan semodis gadis-gadis di SMA Sakura, ia justru dipilih Mamoru sebagai 'kekasih'nya.
Walau semua hal yang ia lakukan bersama Mamoru bukan atas dorongan perasaan, namun selama ini Mamoru memperlakukannya dengan baik.
Tapi tentu saja hal itu meninggalkan pertanyaan di benak Chihaya. Apa Mamoru melakukan semuanya hanya karena ingin menyenangkan hati Chihaya saja? Sebenarnya, apa yang Mamoru pikirkan saat bersamanya?
Chihaya ingin menanyakannya, tapi ia tak memiliki keberanian.
"Izumi juga naksir Mamoru," Suara Ouka yang sedang bergosip dengan Aki memecah lamunan Chihaya.
"Oh ya?" tanya Aki.
Ouka mengangguk. "Aku tak tahu dia sudah mengatakannya pada Mamoru atau belum,"
Mendengar hal itu Chihaya termangu. Ia teringat, setiap kali ia dan Mamoru mengobrol, Izumi selalu muncul dan menginterupsi obrolan mereka. Ia juga selalu melirik Chihaya dengan tatapan keki.
Sepertinya, kini Chihaya paham alasan di balik sikap Mamoru padanya. Namun, selama ini Mamoru juga baik dan perhatian pada anggota lain, tak hanya Chihaya saja.
"Padahal Mamoru pernah bilang padaku kalau ia lebih tertarik pada gadis yang lebih dewasa," ujar Ouka. "Tapi sejak Chihaya pindah ke sini, dia malah jadi lebih perhatian pada Chihaya,"
"Sepertinya aku bisa melihat ada sesuatu antara Mamoru dan Chihaya," kata Aki.
"Ya. Mereka kebetulan teman masa kecil, karena itu Mamoru dekat dengan Chihaya," balas Ouka.
"Ah... teman masa kecil,ya... aku mengerti," kata Aki sambil melirik Chihaya. "Mungkin Chihaya tidak seperti gadis-gadis yang pernah naksir Mamoru, atau mungkin bukan tipe Mamoru, tapi menurutku dia cocok untuk Mamoru. Sederhana, baik, manis juga, sih,"
"Ah, aku tidak semanis itu, Senpai. Biasa saja," Chihaya tersipu mendengar pujian seniornya itu.
Tak lama kemudian Rena kembali dengan membawa piring yang sudah kosong. Menurut para anggota lain, onigiri-nya sudah enak.
"Ngomong-ngomong, Ouka-senpai mengecat rambut,ya?" tanya Chihaya yang memperhatikan rambut Ouka. Rambut ikalnya kini berwarna pink, seperti bunga sakura.
Ouka mengangguk. "Iya. Kamu baru menyadarinya,ya? Bagaimana menurutmu?"
"Cocok,kok," balas Chihaya. Sesuai dengan kanji nama Ouka yang bermakna 'bunga sakura'.
"Kau tahu, Chihaya, ini pertama kalinya aku mencoba memasak untuk banyak orang,selain diriku sendiri," ujar Ouka.
"Kalau aku lumayan sering memasak di rumah sih, karena kedua orangtuaku sibuk," ungkap Chihaya.
"Kau pernah berpikir membuatkan makanan untuk Mamoru?"
Pertanyaan Ouka membuat pipi Chihaya memerah.
"Senpai bicara apa,sih?" Chihaya menanggapi sambil tertawa.
"Tak apa. Coba sesekali kamu membuatkan bekal atau makanan untuknya, siapa tahu Mamoru suka masakanmu," Ouka memberi saran.
Chihaya mengangguk. Ia melirik Aki yang menghampiri Rena. Ada sesuatu yang sudah lama ingin Chihaya sampaikan pada Ouka.
"Oh ya, Ouka-senpai,"
"Hm?"
Chihaya berkata dengan hati-hati. "Tiba-tiba aku ingat...Mamoru-senpai pernah menceritakan tentang keadaan Ouka-senpai dulu... sebelum masuk ke klub ini..."
Ouka terdiam. Senyum di wajahnya sedikit menghilang. Gadis yang sedang mengisi nasi dengan daging ikan itu lalu menundukkan kepala.
"Mamoru menceritakan semuanya?"
Chihaya mengangguk. Ia merasa bersalah. "Maaf, aku tidak bermaksud membuat Senpai..."
"Tak apa," sahut Ouka. Ia menoleh pada Chihaya sambil tersenyum tipis. "Lagipula semua sudah berlalu. Pengurus klub lain juga sudah tahu,"
"Senpai tidak usah khawatir," kata Chihaya. "Yang penting sekarang, Senpai punya orang-orang yang mau menerima Senpai apa adanya,"
Senyum Ouka semakin melebar. "Terima kasih, Chihaya,"
Chihaya mengangguk. Ia lalu mencoba membuat kakigori menggunakan alat yang sudah tersedia di dapur klub. Chihaya bisa membuat kakigori karena dulu ibunya pernah mengajarinya saat ia kecil.
"Wah,jadi kalian yang membuat makanan,ya,"
Tiba-tiba keasyikan memasak terusik oleh kedatangan tiga guru pembimbing klub Kurotake. Bu Rinka, Bu Ruri, dan Miyuki-sensei.
"Oh,Sensei," Chihaya dan keempat kakak kelasnya langsung membungkuk hormat.
"Semangat sekali,kalian." kata Bu Ruri seraya tersenyum.
"Sensei mau coba mencicipi masakan kami?" tanya Ouka. "Kami akan mencoba menjualnya untuk Bunkasai besok,"
"Tentu," balas Miyuki-sensei.
Maka kemudian Chihaya dan Ouka menyajikan onigiri dan kakigori yang telah selesai mereka buat kepada guru mereka untuk mereka cicipi. Chihaya dan Ouka penasaran apa tanggapan guru pembimbing klub mereka soal hidangan mereka.
Di luar dugaan, Bu Ruri dan Miyuki-sensei memuji hidangan buatan Ouka dan Chihaya. Mereka juga memuji kakigori buatan Chihaya yang terasa segar.
****
Tak terasa pukul 5 sore. Persiapan makanan untuk dijual sudah lengkap.Kostum-kostum yang dijahit oleh Nozomi dan Izumi juga sudah selesai. Hatsuko dan yang lainnya juga sudah melakukan latihan untuk yang terakhir kalinya.
"Terima kasih atas kerja kerasnya,"
"Sampai besok,"
Mereka saling mengucapkan kalimat tersebut saat berjalan pulang.
****
Pagi itu suasana SMA Sakura berbeda dari hari biasanya. Gapura sekolah dihias dengan ornamen warna-warni, juga spanduk bertuliskan 'Festival Budaya SMA Sakura'. Semua kelas berubah menjadi tempat pertunjukkan musik, drama, kafe, arena gim, panggung pertunjukan sulap, dan juga rumah hantu.
Seperti di karnaval.
Tidak terkecuali kelas Chihaya, kelas 10-1.
Chihaya, Sachi, Yuji, dan Takeru menyempatkan diri ke kelas. Kelas benar-benar berubah menjadi cafe. Meja kelas dihiasi dengan taplak meja berwarna merah,begitu juga kursinya,sudah dipasangi taplak,ada yang disusun 2, ada juga yang disusun 4.
Di atas meja dipasang lilin aromaterapi yang menyala dan juga vas bunga. Dinding kelas dihiasi dengan garis paranada berwarna hitam dan gambar not-not balok berukuran besar dan berwarna-warni yang terbuat dari kertas minyak,juga hiasan dari kertas krep warna warni. Papan menu diletakkan di depan kelas untuk menarik perhatian. Di dinding dalam kelas juga digantung lukisan-lukisan yang sangat estetik dan terlihat mahal. Terdapat juga beberapa meja yang disusun menjadi sepert meja konter.
Selain sibuk dengan persiapan bunkasai di Klub Kurotake, Chihaya dan ketiga sahabatnya juga sibuk membantu persiapan festival di kelas. Meski Chihaya dan ketiga sahabatnya tidak banyak membantu teman-teman sekelasnya kemarin, tapi mereka tidak mempermasalahkannya.
Teman-teman sekelas Chihaya tampil begitu elegan. Shizuka sudah rapi memakai gaun dan membawa dompet pesta, seolah ia adalah tamu VIP yang hendak pergi ke pesta. Teman sekelas mereka yang lain, Kenji, juga terlihat tampan dengan setelan pakaian bartender.
"Berjanjilah kalian akan datang berkunjung nanti," kata Kenji. Chihaya, Yuji, Takeru, dan Sachi mengangguk.
"Semangat,ya,Chihaya," kata Shizuka.
Gadis berkacamata itu mengangguk. Ia juga gantian menyemangati teman-teman sekelasnya, kemudian berpamitan dan berlari menuju ruang klub Kurotake.
Sesampainya di ruang klub, Hatsuko didandani oleh Ouka. Sachi dan Chihaya juga langsung berganti baju.
"Selesai!" kata Ouka. "Sekarang maskot klub kita siap tampil di panggung. Baru kali ini aku mendandani idola sekolah kita,"
Gadis berambut cokelat panjang itu mematut diri di cermin. Ia tersenyum, puas dengan hasil polesan make-up Ouka yang tidak terlalu tebal, ditambah kostum yang dipakainya membuat Hatsuko benar-benar terlihat cantik.
"Kalau begitu Ouka-senpai bisa bekerja paruh waktu sebagai penata rias pribadiku mulai sekarang,ya. Jangan khawatir, aku akan menggaji Senpai,"
Sachi dan Ouka tertawa.
Tak lama kemudian Sachi dan Chihaya juga sudah selesai berganti baju. Chihaya memakai seragam seifuku biru tua dengan dasi pita berwarna merah. Sementara Sachi memakai kemeja putih dengan rok dan blazer hitam, serta dasi pita berwarna merah.
"Wah, kalian sangat.." Rena dan Aki terpesona. "Imut,"
"Benarkah?" tanya Sachi memastikan.
"Iya. Kalian terlihat manis dengan baju itu!" puji Nozomi. Ia terlihat senang melihat baju hasil jahitan tangannya dipakai oleh Sachi dan Chihaya. Kedua gadis itu berpandangan sambil tersenyum mendengar pujian dari kakak kelas mereka.
Saat para gadis itu sedang mengobrol, Mamoru masuk ke dalam. Pemuda yang memakai gakuran hitam itu terpaku saat melihat penampilan Chihaya. Ia mengamati Chihaya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sesaat kemudian ia tersenyum.
"Seifuku itu cocok untukmu," pujinya jujur..
Chihaya juga terpana melihat penampilan Mamoru yang sangat keren dengan gakuran-nya. Sambil menyibak rambutnya ke belakang telinga, ia berkata, "T-Terima kasih. Senpai juga...terlihat tampan... Senpai cocok dengan baju itu,"
Lelaki itu mendekati Chihaya, mengajaknya berfoto bersama.
"Semangat, ya," kata Mamoru setelah selesai berfoto, sambil menepuk bahu Chihaya.
Chihaya mengangguk.
"Hei, Mamoru! Kalau mau bermesraan dengan Chihaya, nanti saja! Sebentar lagi pembukaan, nih!" suara Nozomi membuat sepasang remaja itu menoleh ke arahnya, kemudian menunduk dengan wajah memerah.
Mamoru melihat jam di tangannya. Nozomi benar. Jam sudah menunjukkan pukul 8.45. 15 menit lagi, mereka harus membuka stan.
"Kalau begitu, semangat ya, kalian semua!"
"Ya, Senpai!" balas Sachi. Ia kemudian mengajak Hatsuko dan Chihaya untuk berfoto bersama. Setelah itu Hatsuko pun memisahkan diri karena ia harus pergi ke aula sekolah untuk persiapan terakhir.
"Semangat, Hatsuko!" kata Sachi.
Hatsuko mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruang klub.
Pukul 9 tepat, stan dibuka. Chihaya dan Sachi langsung membantu Rena dan Haruka menjual onigiri dan kakigori kepada para pengunjung. Berbeda dengan Sachi dan Chihaya yang memakai seragam sekolah Jepang, Rena dan Haruka memakai yukata. Selama bunkasai berlangsung, banyak pengunjung yang datang dan mengantre untuk membeli makanan dan minuman yang mereka jual.
"Jangan lupa untuk datang menonton pertunjukan Hatsuko sore nanti, ya! Terima kasih!" kata mereka sambil menyerahkan tiket untuk menonton Hatsuko.
Saat siang hari, Sachi dan Chihaya bergantian dengan Ouka dan Nozomi sehingga bisa mengunjungi kelas mereka.
****
Menjelang sore hari, stan klub Kurotake ditutup. Target penjualan Klub Kurotake sudah terlewati. Kakigori, taiyaki, dan onigiri mereka laris manis.
Tepat pukul 5 sore, semua anggota klub Kurotake mendekat ke panggung. Ini waktunya Hatsuko untuk tampil.
Hatsuko pun muncul. Seluruh penonton seketika bersorak.
"Itu Hatsuko!"
"Hatsuko yang idol terkenal di internet itu?"
"Cantik sekali!"
Terdengar teriakan penonton yang kegirangan ketika melihatnya berdiri di depan mikrofon. Di belakangnya,ada Ryuto yang sedang menyetel gitarnya, Nozomi yang berdiri di depan kibor,juga Raiji yang duduk di depan drum.
"HALO SEMUANYA!" sapanya penuh semangat,dan dibalas dengan tak kalah semangat oleh para pengunjung yang hadir. Chihaya dan para anggota Klub Kurotake melirik penonton yang membawa spanduk bertuliskan "I LOVE YOU HATSUKO" dan poster avatar 2D Hatsuko. "I'm your first love, Hatsuko! Nice to meet you!"
Beberapa kalimat berikutnya tidak begitu penting,hanya ungkapan perasaannya yang senang karena bisa tampil pada acara Bunkasai SMA Sakura. Ia juga mengenalkan anggota band yang mengiringinya,kemudian mengajak para penonton untuk ikut bernyanyi dan bersenang-senang bersama.
Hatsuko mulai menyanyi. Ia menyanyikan lagu baru yang ia ciptakan sendiri.
Waktu yang telah kita lewati
Jalan yang telah kita lalui
Menjadi catatan berharga
Dalam buku harian, dan juga di dalam hati
Kala ku memandangi punggungmu yang menjauh
Kuingin, ku hanya ingin kau tahu perasaanku
Perasaan yang ingin kuutarakan padamu
Rasa sepi ini datang ketika ku memikirkanmu
Aku rindu wajah dan senyummu
Aku ingat semua kata-katamu
Apa ku harus mengatakannya
Beberapa dari mereka bersorak heboh. Ini pertama kalinya Hatsuko membawakan lagu barunya secara live. Para penonton pun mengabadikan momen itu dengan ponsel, kamera,atau handycam.
****
Selama Hatsuko tampil di atas panggung, Izumi menonton sendirian. Ia sengaja memilih tempat yang agak jauh dari kerumunan penonton.
"Sendirian saja di sini, Izumi?"
Izumi menoleh. Gadis berbando putih itu menelan ludah ketika mendapati Mamoru berdiri di sampingnya.
Ia memaksakan seulas senyum. "Iya,"
Tatapan Mamoru tertuju ke arah panggung yang berada jauh darinya dan Izumi. Ia terlihat menikmati penampilan idola sekolah sekaligus adik kelasnya itu di atas panggung.
Sementara itu Izumi terlihat gugup. Berdiri dekat dengan Mamoru membuatnya gelisah. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana, atau berbuat apa.
Sejak kelas 10 ia selalu mengagumi pemuda yang merupakan teman satu klubnya itu. Di matanya, Mamoru adalah laki-laki yang begitu baik. Ia juga selalu perhatian pada teman-temannya, terutama Izumi.
****
Dulu, ketika Izumi pertama kali bergabung menjadi anggota klub Kurotake, Izumi adalah anak yang pendiam dan pemalu. Ia merasa sedikit kesulitan dalam bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan anggota lain. Jika diajak mengobrol, ia hanya menjawab sekadarnya. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Akemi, saudari kembarnya yang ceriwis dan mudah berbaur dengan anggota lain.
Pernah, suatu hari Izumi datang ke ruang klub lebih awal dari teman-temannya. Ia iseng melihat-lihat ke ruang untuk latihan menari dan menyanyi. Di sana ada berbagai macam alat musik.
Mata cokelat Izumi tertuju pada sebuah sarung gitar di dalam ruangan. Dengan hati-hati, ia mengambil gitar di dalamnya, lalu membawanya ke ruang aktivitas. Disetelnya gitar itu sebentar. Tak butuh waktu lama, Izumi memetik gitar itu dengan chip yang ia temukan di rak buku.
Suara lembutnya mulai mengalun, menyanyikan lagu Good Bye Days karya Yui Yoshioka. Kebetulan, Izumi adalah penggemar beratnya. Selain karena lagunya, kebetulan marganya sama dengan penyanyi solo wanita asal Jepang itu.
Dakara ima ai ni yuku, sou kimetan da
Poketto no kono kyoku wo, kimi ni kikasetai
Sotto voryuumu wo agete, tashikamete mita yo
Oh Good Bye Days, ima kawaru ki ga suru
Kinou made ni So Long
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
La la la la la With You
Izumi menghentikan permainan gitarnya. Namun tanpa diduga, tiba-tiba terdengar suara orang bertepuk tangan dari arah sampingnya.
"Wah, hebat sekali! Tak kusangka kau pintar bermain gitar, Izumi!"
Izumi menoleh. Wajahnya langsung memerah ketika melihat Mamoru Azai yang ada di dalam ruang klub. Pemuda berambut ikal itu masuk begitu saja ke ruang klub karena pintunya tidak terkunci.
Mamoru adalah orang pertama yang melihat Izumi memainkan gitar. Selama ini, Izumi selalu memainkannya di kamar tidurnya. Mamoru juga memberi pujian untuk permainan gitarnya, dan tidak mengoloknya walau suara Izumi tidak begitu merdu.
Selain itu Mamoru juga jadi lebih perhatian pada Izumi. Selalu menyapanya terlebih dahulu, selalu berpamitan saat ia pulang lebih dulu, juga mengajaknya mengobrol saat melihat Izumi yang menyendiri di pojokan.
Sejak itu, Izumi mulai menyukai Mamoru.
****
"Bintang-bintangnya bagus, ya," ucap Mamoru sambil mendongak, memandangi langit yang mulai menggelap, tanda malam telah tiba.
Izumi ikut melihat ke atas. Pemuda itu benar. Gadis itu tersenyum. Malam itu terlihat cerah dengan bintang-bintang terlihat berkilauan.
Izumi membasahi bibirnya. Ia melirik Mamoru. Sejak tadi ada yang ingin ia katakan, namun ia merasa gugup memikirkan reaksi Mamoru.
"Mamoru,"
"Iya?" Mamoru menoleh.
Izumi menunduk. "Ada hal...yang ingin kukatakan padamu,"
Mamoru menatap Izumi penasaran.
Izumi menggenggam tangannya di depan dada sambil menunduk.
"Aku...s-selama ini...menyukaimu, Mamoru,"
Alis Mamoru terangkat.
"Aku juga menyukaimu," jawab Mamoru sambil tersenyum. Sepertinya ia salah mengartikan ucapan Izumi.
Izumi lantas menggeleng. "Bukan itu maksudku,"
Mamoru terdiam.
"Aku selama ini menyukaimu lebih dari teman, Mamoru,"
Mamoru terlihat terkejut. Ia menggaruk tengkuknya, bingung harus bagaimana menanggapi pernyataan Izumi. Izumi memandang Mamoru, menunggu jawaban atas ungkapan perasaannya.
"Ah...aku," ucap Mamoru. Ia menunduk, mengalihkan pandangannya dari Izumi. "Aku menghargai perasaanmu, Izumi...Tapi, maaf. Ada orang lain yang aku suka,"
Jawaban itu seperti membuat Izumi terkejut setengah mati.
"Apa gadis itu...Chihaya?"
Mamoru mengangguk pelan.
Izumi menunduk. Matanya berkaca-kaca. Tubuhnya bergetar.
"Sejak awal hanya dia yang kau perhatikan. Matamu selalu melihat ke arahnya. Padahal dia bukan pacarmu, kenapa kau bersusah payah melindungi gadis itu?"
DEG! Ucapan Izumi membuat Mamoru tersentak.
"Aku sudah dengar semuanya. Aku tak sengaja menguping obrolan Raiji dan Ryuto. Kau sampai pura-pura menjadikannya pacar untuk melindunginya?"
Mamoru tak bisa mengelak lagi. Gadis di hadapannya itu telanjur mengetahui rahasianya.
"Izumi," ucap Mamoru. "Kalau bukan karena foto kami tersebar di akun gosip, aku tak akan melakukan hal ini,"
"Kenapa harus Chihaya?" tanya Izumi yang merasa sakit hati dan tak terima. "Kenapa kau terus memerhatikannya? Kenapa hanya dia yang kau anggap istimewa? Kenapa bukan aku saja yang kau jadikan pacar?! Apa karena dia teman masa kecilmu?!"
Mamoru menghela napas.
"Haya-chan...dia orang yang berharga bagiku...Aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku merasa nyaman saat bersamanya, dan ingin terus berada di dekatnya... karena itu...aku ingin menjaganya,"
Izumi tertunduk mendengar jawaban Mamoru. Ia menyadari kalau selama ini ia salah mengartikan perhatian Mamoru. Hatinya selalu mengira sikap Mamoru yang perhatian mengandung maksud tertentu, namun ternyata bentuk perhatian itu tak lebih dari sekadar perhatian dan kebaikan yang dilakukan oleh seorang teman baik.
Pada akhirnya Izumi menerima dengan berat hati menerima kalau Mamoru hanya menganggapnya teman biasa.
Meski begitu, malam itu ia ingin berdiri di samping Mamoru, berada di sisinya.
Walau hanya untuk memandangi wajah Mamoru sebentar saja, bagi Izumi itu sudah cukup.
Sebelum ia benar-benar berhenti menyukai pemuda itu.
****
Saat jam menunjukkan pukul 9.30 malam, acara Bunkasai berakhir. Mamoru mengumpulkan seluruh anggota klub dan ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota yang sudah bekerja keras untuk mempersiapkan Bunkasai.
Tak lupa mereka berswafoto untuk kenang-kenangan.Semua anggota klub Kurotake pun berebutan berfoto dengan Hatsuko. Yuji yang membawa kamera pun memotret mereka.
Mereka kemudian kembali ke dalam dan membereskan stan beserta ruang klub.
Di tengah-tengah kegiatan bersih-bersih, tiba-tiba Mamoru, Sachi, Takeru, dan Yuji datang membawa sebuah kue Red Velvet dengan lilin yang menyala di atasnya ke hadapan Chihaya sambil bernyanyi.
"Happy birthday to you...
Happy birthday to you...
Happy birthday dear Chihaya,
Happy birthday to you... "
Chihaya terpana melihatnya. Ia lupa kalau hari ini hari ulang tahunnya. Tapi teman-temannya justru mengingatnya.
"Selamat ulang tahun, Chihaya!" ucap ketiga sahabatnya berbarengan. Semua anggota lain lantas mengerubungi mereka.
Chihaya sama sekali tak tahu kalau Mamoru,ketiga sahabatnya, juga semua anggota klub yang lain juga menyiapkan kejutan ulang tahun untuknya.
Sebelumnya, gadis berkacamata itu tak pernah diberi kejutan di hari ulang tahunnya oleh siapapun.
Chihaya terharu melihat kepedulian teman-temannya, tanpa ia sadari air matanya menetes.
Sambil menyeka air matanya, gadis berkacamata itu kemudian membuat permohonan dan meniup lilinnya hingga padam. Ketiga sahabatnya, juga anggota klub lainnya bertepuk tangan.
"Semoga yang kau inginkan,apapun itu, bisa terkabulkan," harap Mamoru. "Jadilah gadis yang lebih dewasa,ya. Terima kasih sudah lahir ke dunia ini,"
"Jadilah gadis yang cantik,pintar,dan baik kepada semua orang,ya," kata Sachi.
Chihaya --yang resmi berusia 15 tahun-- mengelap air matanya. "Terima kasih, semuanya,"
Takeru dan Yuji pun memanfaatkan kesempatan itu untuk berfoto bersama. Setelah puas berfoto, Chihaya memotong kuenya, kemudian membagikannya pada teman-temannya.
****