Read More >>"> KUROTAKE [SEGERA TERBIT] (Chapter 3 : Mamoru) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
MENU 0
About Us  

"Happy birthday to you...happy birthday to you...happy birthday, happy birthday...happy birthday to you~"

Terlihat seorang anak perempuan yang rambutnya dikepang dengan pita putih sedang merayakan ulang tahunnya. Suasana sangat ramai. Di hadapannya banyak anak yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Di depannya ada kue dengan lilin berbentuk angka 7 yang menyala di atasnya. Di belakangnya terlihat kedua orangtuanya yang bertepuk tangan sembari menyanyikan lagu selamat ulangtahun untuknya.

"Nah, Haya-chan, sekarang kamu buat permohonanmu, lalu tiup lilinnya," kata Amaya, ibu kandung gadis itu. Chihaya -gadis kecil itu- mengangguk, mulai berdoa dalam hati, lalu meniup lilinnya. Begitu lilin padam, kedua orangtua gadis itu dan anak-anak yang hadir bertepuk tangan.

Pesta akhirnya selesai. Anak-anak itu pulang setelah mendapat bingkisan berisi jajanan dari kedua orangtua Chihaya.

"Terima kasih sudah datang,ya." ucap Amaya kepada anak terakhir yang pergi meninggalkan rumah mereka.

Begitu tamu yang terakhir sudah pergi, terlihat seorang pria tua dan seorang anak laki-laki di depan halaman rumah.

"Wah, Pak. Sayang sekali, pestanya sudah selesai," Kedua orangtua gadis itu bergegas menghampiri lelaki tua itu. Chihaya digandeng oleh ayahnya.

Pria tua tersebut merupakan tetangga mereka yang rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumah keluarga Hamada. Beliau tadinya hendak pergi ke rumah keluarga Hamada untuk mengantarkan cucu laki-lakinya yang diundang ke pesta ulang tahun Chihaya.

Cucu laki-lakinya berumur delapan tahun, satu tahun lebih tua dari Chihaya. Namun sesampainya di sana, ternyata mereka terlambat.

"Ah, seharusnya aku yang minta maaf karena terlambat," Lelaki tua itu menanggapinya dengan senyum.

"Mamoru, maaf,ya." Amaya membungkuk sambil memandangi cucu kakek itu yang berdiri di belakang kakeknya.

Mamoru Azai, anak laki-laki berambut ikal hitam itu menggeleng, walau wajahnya terlihat kecewa.

"Apa aku masih bisa memberikan kado untuknya?"

Mamoru kemudian menyodorkan sebuah bungkusan plastik bening yang diikat dengan pita. Bungkusan itu berisi sebuah boneka beruang berwarna coklat muda yang lucu.

"Wah, ini lucu sekali! Terima kasih ya, Mamoru!" Amaya menerima boneka tersebut dan menyerahkannya pada putrinya yang bersembunyi di belakang ayahnya. "Haya-chan,lihat boneka ini! Ini kado untukmu,"

Mata gadis kecil itu berbinar, tangan mungilnya pun terulur menerima boneka tersebut. Ia memegang dan memandangi boneka tersebut sesaat. Ia lalu memandang Mamoru.

"Terima kasih, Mamoru-niisan,"

Mamoru pun tersenyum tipis dan mengangguk. "Selamat ulang tahun, Haya-chan,"

...

****

Kedua mata Chihaya terbuka. Gadis itu langsung terbangun dari tidurnya. Gadis berambut sebahu itu baru saja memimpikan memori 8 tahun lalu. Mimpi tentang memori masa kecilnya saat di Surabaya.

Gadis itu melirik boneka beruang miliknya yang berada di sampingnya. Boneka beruang berwarna coklat muda, dengan pita merah motif kotak-kotak di lehernya.

Boneka itu dulunya pemberian seorang anak lelaki yang merupakan teman masa kecilnya. Anak itu berusia setahun lebih tua darinya, dan kebetulan mereka dulu satu sekolah saat SD.

Waktu itu Chihaya sedang merayakan pesta ulang tahunnya yang ketujuh, namun anak itu baru datang saat pesta sudah usai, diantar oleh kakeknya. Anak laki-laki itu meminta maaf pada Chihaya karena datang terlambat, kemudian memberikan boneka itu sebagai hadiah ulang tahun untuk Chihaya.

Chihaya kecil sangat senang menerima boneka itu. Ia selalu memainkannya di kamar. Walaupun anak lelaki itu sudah pindah ke luar kota bersama keluarganya, Chihaya masih menyimpan boneka itu sampai sekarang, sambil berharap dapat bertemu lagi dengan anak lelaki itu.

Mamoru Azai. Sampai sekarang Chihaya masih mengingat namanya.

Ada di mana dia sekarang?

Ah...di mana pun dia, semoga ia baik-baik saja.

Tapi entah mengapa, Chihaya teringat dengan pemuda yang kemarin membantu memotretnya di gerbang sekolah kemarin.

Wajahnya mirip sekali dengan...

Mungkinkah...?

Chihaya buru-buru mengalihkan pikirannya. Ia bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia lalu merapikan tempat tidurnya, kemudian mandi dan memakai seragam sekolahnya.

"Aku berangkat dulu ya, Azami,"

Jari lentik Chihaya mengelus kepala boneka beruangnya, sebelum keluar dari kamarnya untuk berangkat sekolah.

****

Pelajaran setelah jam istirahat pertama adalah Olahraga. Semua murid kelas 10-1 langsung bergegas ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Tak terkecuali Chihaya.

Saat sedang mengganti baju entah kenapa Chihaya teringat saat mengikuti pelajaran olahraga di sekolah sebelumnya.

Dulu olahraga adalah pelajaran yang paling ia benci. Bukan karena melelahkan, melainkan karena tidak ada murid yang mau berpasangan dengannya. Kalaupun mereka mau, itu karena dipaksa oleh guru.

Teman-teman sekelasnya tidak menyukai Chihaya. Mereka sering mengintimidasi Chihaya yang pendiam dan tidak terlalu pandai bergaul. Mereka suka iseng menyembunyikan baju olahraganya, juga melempar sepatu olahraga Chihaya ke atas pohon atau ke selokan,membuat Chihaya harus bersusah payah mengambilnya. Saat berhasil mengambilnya, tentu saja sepatunya jadi kotor dan bau. Chihaya jadi sering absen di pelajaran olahraga.

Tapi sekarang Chihaya tidak akan lagi mengalami hal menyakitkan itu.

Untuk sementara Chihaya merasa tenang karena kini ia bisa menikmati kehidupan yang normal di sekolah barunya.

Chihaya keluar dari ruang ganti dengan memakai seragam olahraga. Ia memakai kaos putih polos dengan jaket dan celana training berwarna abu-abu. Di bagian dada sebelah kiri terdapat bordir bertuliskan nama lengkapnya 'Chihaya Hamada'. Tak lupa dengan sepatu olahraga berwarna putih.

"Maaf lama menunggu!"

Chihaya mendapati Shizuka yang baru keluar dari ruang ganti. Teman sebangkunya itu memakai seragam olahraga yang sama dengan miliknya. Kaos miliknya dan celananya terlihat pas dengan ukuran badannya. Rambut hitamnya juga dikuncir.

Sachi dan Kanade juga baru saja keluar dari ruang ganti. Mereka menyimpan baju seragam di loker. Chihaya, Sachi, Kanade dan Shizuka langsung menyusul teman-teman mereka yang lain untuk berbaris di lapangan.

Di lapangan sudah ada Subaru, guru olahraga mereka. Beliau berkulit putih dan tinggi badannya sedang. Beliau memakai sebuah kaos tim warna hitam bermotif hijau muda bermerek Mizuno dan celana training hitam, lengkap dengan sepatu olahraga abu-abu. Di lehernya tergantung sebuah peluit sementara tangan kanannya memegang stopwatch.

Chihaya berbaris di dekat Shizuka dan Sachi. Pak Subaru mulai memanggil anak-anak yang masih berjalan menuju lapangan untuk berbaris dengan meniup peluit. Begitu semua murid kelas 10-1 sudah berkumpul, beliau menunjuk Kenji Hosoda, salah satu murid lelaki di kelas untuk memimpin melakukan pemanasan. Mereka semua pun mengikutinya.

Setelah pemanasan selesai, Pak Subaru menjelaskan materi olahraga pada hari itu, yaitu lari jarak pendek. Beliau menyuruh seluruh murid berlari keliling lapangan sebanyak 3 putaran dengan menggunakan start jongkok. Kenji yang merupakan murid paling berbakat dalam olahraga, juga Yuji si ketua kelas disuruh berlari terlebih dahulu, menjadi contoh bagi murid lain.

Kenji dan Yuji bersiap di garis start. Pak Subaru memberi aba-aba, dan ketika beliau meniup peluit, Kenji dan Yuji langsung berlari melesat mengelilingi lapangan.Beberapa murid perempuan saling bersorak memberi semangat.

"Kenji, semangat!" teriak Kanade. Benar saja, Kenji berhasil mencapai garis akhir paling awal dari murid laki-laki lainnya. Kanade dan beberapa murid perempuan yang mengagumi Kenji juga bertepuk tangan.

Pak Subaru kemudian menyuruh murid yang tersisa untuk mempraktikkan hal yang dilakukan Kenji dan Yuji. Setelah semua murid laki-laki selesai, barulah beliau menyuruh murid perempuan untuk bersiap.

"Sachi, Chihaya, Shizuka, dan Kanade silahkan ke lapangan trek!" Pak Subaru memanggil Chihaya dan teman-temannya. Mereka berempat langsung melangkah ke garis awal dan langsung berjongkok. Mereka mengikuti aba-aba dari guru mereka, begitu beliau meniup peluit keempat gadis itu langsung berlari sekencang mungkin memutari jalur trek .

Lari sebanyak tiga putaran selesai.Kanade mencapai garis akhir terlebih dahulu, membuatnya mendapat selamat dari teman sekelas Chihaya yang lain. Selain badannya ramping, larinya ternyata sangat cepat.

Pelajaran pun berakhir. Kanade mendahului mereka ke kelas sementara Chihaya, Sachi, dan Shizuka beristirahat di pinggir lapangan sambil meminum air dari botol minum yang mereka bawa. Setelah itu mereka kembali ke kelas untuk berganti baju dan mengikuti pelajaran selanjutnya.

****

Sepulang sekolah Chihaya dan Sachi berjalan ke ruang Klub Kurotake untuk mengumpulkan formulir pendaftaran. Semalam kedua gadis itu sudah mengisi formulir masing-masing.

Yuji dan Takeru sudah pulang terlebih dahulu. Mereka berdua sudah menyerahkan formulir mereka saat istirahat tadi, bersama Asa.

Sekolah sudah sepi sejak 15 menit lalu. Chihaya dan Sachi berjalan sambil mengobrol di sepanjang koridor lantai dasar. Ruang klub biasanya tutup jam setengah 5 sore. Sekarang masih jam 3.15 sore. Masih ada waktu untuk menyerahkan formulir pendaftaran.

Chihaya melihat beberapa ruang klub ada yang masih buka. Ia dan Sachi melihat beberapa murid baru yang juga sedang menyerahkan formulir pendaftaran masuk klub yang ingin mereka masuki kepada kakak kelas.

Tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai di depan ruang Kurotake. Sachi dan Chihaya berhenti ketika melihat seorang pemuda berambut ikal yang sedang mengobrol dengan seorang gadis berambut ponytail.

Chihaya menatap pemuda itu. Ia memakai ban lengan berwarna hitam dengan sedikit warna hijau yang diikat di bagian lengan atas kemejanya. Ia sedang berbicara dengan gadis yang rambutnya diikat ponytail dan memakai jaket biru muda.

Chihaya teringat dengan foto yang ditunjukkan Yuji dan Asa kemarin. Sepertinya, pemuda itu adalah si ketua klub. 

Namun begitu melihat wajah si ketua, wajah Chihaya pucat. 

Tidak mungkin.

Sebelum Chihaya sempat berpikir untuk mengingat, si ketua dan gadis ponytail itu menyadari keberadaan Sachi dan Chihaya.

"Kalian mau ke mana?" tanya si gadis ponytail.

"Ah...kami mau menyerahkan formulir keanggotan klub," Sachi yang menjawab.

"Oh, calon anggota baru,ya?" Pemuda berambut ikal yang merupakan ketua klub itu langsung mendekati mereka. Namun wajahnya berubah saat melihat Chihaya yang menunduk. Ia memiringkan kepalanya, mencoba menatap gadis itu.

"Kamu...kalau tidak salah...murid baru yang kemarin minta dipotret di depan gerbang sekolah,kan?"

DEG! Chihaya merasakan jantungnya berdebar ketika pemuda itu mencoba mengajaknya bicara.

"Um, Chihaya, kamu diajak bicara sama Senpai ini,lho," Sachi memandangi teman sekelasnya.

Chihaya tak menjawab. Ia menelan ludah. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Pemuda ini...ingat aku?

Pemuda itu memandang Chihaya penasaran. Iris hitamnya melirik ke papan nama di seragam Chihaya. Ia pun terperangah.

"Kamu...Haya-chan*?"

Kepala Chihaya yang tertunduk perlahan terangkat ketika laki-laki itu memanggilnya dengan nama panggilannya. Seumur hidupnya tak pernah ada orang yang memanggilnya dengan nama panggilan itu, kecuali orangtuanya dan...

Ingatan Chihaya tentang pemuda yang kemarin memotretnya di depan pagar sebelum upacara penerimaan murid baru pun terputar kembali. Ia juga teringat kepada orang yang memberinya boneka beruang di hari ulangtahunnya yang ketujuh.

Ia memberanikan diri memandang wajah pemuda itu. Pemuda yang kemarin memotretnya di gerbang sekolah dan wajah anak yang memberi boneka beruang di hari ulangtahunnya dulu ternyata begitu mirip.

Ketika ia membaca nama pemuda itu di papan nama seragamnya, tubuhnya bergetar.

Mamoru Azai.

Mata Chihaya membulat. Ia memandang wajah pemuda itu dengan tatapan kaget. Ia juga merasakan gejolak emosi yang luar biasa.

Sudah lama Chihaya tidak melihatnya, dan betapa terkejutnya Chihaya karena ia tak menyangka akan bertemu kembali dengannya di SMA Sakura. Ia tak percaya teman masa kecilnya itu kini telah tumbuh menjadi lelaki tampan, tinggi, dan tatapan matanya begitu memesona.

"Mamoru...senpai*..."

Sachi dan gadis ponytail itu terkejut ketika memandangi Chihaya yang sepertinya sudah mengenal Mamoru.

"Ya, ini aku," jawab pemuda itu seraya tersenyum tipis. Ia menatap gadis berkacamata itu dengan intens. "Tak disangka kita bertemu di sini, ya. Kau ternyata mau masuk ke klub-ku?"

Kedua mata pemuda itu berbinar saat melihat formulir yang Chihaya pegang.

Chihaya masih tidak percaya dengan kenyataan di hadapannya. Ia menjawab dengan gugup. "Y-ya..."

Mamoru mengambil formulir itu dari tangan Chihaya dan Sachi, melihatnya sebentar. Gadis ponytail itu juga ikut melihatnya.

"Baik, formulir ini kuterima. Oh ya... sebaiknya aku memperkenalkan diri karena situasinya sedikit canggung." Mamoru berbicara dengan suara tenang dan berwibawa.

"Namaku Mamoru Azai, kelas 11 Bahasa 1. Aku Ketua Klub Kurotake. Gadis di sebelahku ini Ouka Ozawa. Oh ya, Ouka, ini Chihaya. Dia teman masa kecilku. Keluargaku dan keluarganya dulu bertetangga di Surabaya,"

Si gadis ponytail bernama Ouka itu pun mengangguk-angguk, memahami situasi yang terjadi. Ia lalu tersenyum pada Chihaya. "Salam kenal,"

Chihaya tersenyum pada Ouka, walau ia masih setengah tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ia sama sekali tak menyangka Ketua Klub Kurotake adalah orang yang ia kenal di masa kecilnya.

"Ah, ya, maaf, Senpai. Aku harus pulang. Terima kasih untuk waktunya," Sachi langsung berpamitan.

"Tunggu sebentar, namamu siapa?" cegat Mamoru.

"Sachi Aragaki,"

"OK, Sachi, tolong datang ke acara perkenalan anggota baru hari Jumat nanti,ya," pesan Mamoru.

"Baik, Senpai. Aku duluan ya, Chihaya," pamit Sachi pada Chihaya.

"Ah, ya. Hati-hati," balas Chihaya.

Setelah Sachi menghilang di balik lorong sekolah, tinggallah Chihaya bersama Ouka dan Mamoru di depan ruang klub.

"Kamu bisa menungguku di sini? Aku perlu membereskan beberapa hal sebelum pulang, setelah ini kita perlu mengobrol," tanya Mamoru pada Chihaya.

Bibir Chihaya terkatup rapat, tak menjawab apapun.

"Jangan khawatir, aku akan mengantarmu pulang," janji Mamoru.  Chihaya akhirnya mengangguk, menyetujui permintaan Mamoru.

Chihaya masih berusaha mencerna hal yang baru saja ia rasakan dan alami. Sementara Ouka mengajaknya mengobrol sambil menunggu Mamoru.

"Aku baru tahu kalau kamu kenal Mamoru,"

"Sebenarnya...kami...sudah lama tidak bertemu, Senpai," jawab Chihaya.

"Oh, jadi ceritanya kalian baru bertemu lagi?"

Chihaya mengangguk. "Ngomong-ngomong, Ouka-senpai...dekat dengan Mamoru-senpai?"

Ouka mengangguk. "Aku Wakil Ketua Klub Kurotake. Aku dekat dengan Mamoru sejak kelas 10 dulu. Dia sahabatku."

"Begitu rupanya..."

Kemudian dari dalam ruang klub keluarlah dua gadis berambut coklat. Wajah mereka sangat mirip. Mereka menenteng tas sekolah, sepertinya hendak pulang.

"Aku sudah berkali-kali bilang supaya kau berhenti membeli kosmetik, Izumi!"

"Kau sendiri juga sama borosnya, Akemi! Kau pakai uang untuk beli takoyaki, printilan Doraemon...kemarin bahkan kau membeli buku Death Note!"

Chihaya melongo melihat dua gadis yang sedang berdebat tersebut.

"Ya, tapi aku menyisihkan sebagian uang itu untuk kas klub dan tabunganku, Izumi! Kau tidak tahu aku berhemat selama beberapa bulan untuk membeli kosmetik dan printilan itu!"

"Hei, Izumi, Akemi!" Ouka menghentikan perdebatan mereka. Kedua gadis itu menoleh.

"Lho, Ouka? Belum pulang?" Izumi bingung melihat Ouka yang masih duduk di depan ruang klub.

"Siapa gadis ini?" tanya Izumi saat melihat Chihaya.

"Dia adik kelas calon anggota baru kita," jawab Ouka. Chihaya mengangguk sopan kepada kedua gadis itu. Ibunya selalu mengajarinya untuk bersikap sopan kepada kakak kelas atau orang yang lebih tua.

"Selamat datang. Semoga betah di Kurotake,ya," Izumi langsung menyambutnya, disusul Akemi. Mereka berdua pun memperkenalkan diri. Mereka adalah Izumi dan Akemi Yoshioka. Sesuai dengan pikiran Chihaya, mereka merupakan saudara kembar. Izumi merupakan murid kelas 11 IPS 1, sementara Akemi Yoshioka, saudari kembarnya duduk di kelas 11 IPS 4.

"Oh, jadi kamu tadi bertemu Mamoru untuk memberikan formulir?" tanya Izumi pada Chihaya.

"Iya,Senpai," jawab Chihaya sambil mengangguk.

"Kamu sendirian?" tanya Akemi.

Chihaya menggeleng. "Tadi aku bersama temanku, Sachi. Tapi tadi dia pulang lebih dulu,"

"Begitu,ya," ujar Akemi.

"Akemi! Izumi!"

Dari belakang muncul gadis lain. Rambutnya hitam lurus sepinggang, badannya sedikit berisi. Rupanya, dia adalah Nozomi. Murid kelas 11 IPS 2 yang kemarin memerankan karakter Enma Ai, gadis penjaga neraka dari anime Hell Girl. Chihaya terkejut saat melihat penampilannya tanpa kostum cosplay

"Imutnya," gumam Chihaya.

Nozomi yang melihat Chihaya langsung menyapanya. "Hai, aku Nozomi. Kamu calon anggota Kurotake, ya?"

Chihaya mengangguk sambil tersenyum tipis, berusaha bersikap ramah. "Aku Chihaya Hamada, kelas 10-1. Senang bertemu dengan Senpai,"

Saat itulah Mamoru keluar dari klub setelah menyelesaikan urusannya, yaitu merapikan berkas formulir anggota baru dan menyiapkan pertemuan untuk hari Jumat nanti. Ia menenteng tas sekolah dan mengunci pintu ruang klub.

Mamoru langsung berpamitan pada teman-teman perempuannya, termasuk Ouka sambil menggandeng Chihaya. Keempat gadis itu menatap Mamoru dengan terkejut sekaligus heran.

"Mamoru ada urusan apa dengan anggota baru itu?" tanya Izumi yang memperhatikan Chihaya yang berjalan bersama Mamoru.

Ouka menanggapi pertanyaan Izumi dengan senyum misterius.

****

"Tidak apa-apa kan, kalau pulang terlambat?" tanya Mamoru.

Chihaya menggeleng. "Aku sudah menghubungi orangtuaku. Katanya mereka juga akan pulang larut malam,"

"Jangan khawatir. Aku tidak akan sampai larut malam,kok,"

Mereka pun berjalan keluar dari sekolah. Chihaya berjalan mengekori Mamoru.

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Sesampainya mereka di halte yang terletak di jalan depan, mereka menaiki bus. Chihaya duduk di samping seorang perempuan tua dan seorang mahasiswa,sementara Mamoru duduk di kursi yang berhadapan dengan Chihaya,di sebelah seorang laki-laki yang memakai seragam pekerja proyek.

Setengah jam kemudian mereka sampai. Mereka turun dari bus.

Mamoru membawa Chihaya ke sebuah kafe. Tak lama mereka sudah duduk di dalam sana, mengobrol sambil menikmati minuman dan makanan yang mereka pesan. Mereka awalnya sedikit merasa canggung, namun Mamoru mencoba bersikap tenang.

"Lama tidak berjumpa,ya. Bagaimana kabarmu?" Mamoru memulai obrolan.

"Hm, aku baik, Senpai," jawab Chihaya. "Sejujurnya...aku sama sekali tak menyangka akan bertemu Senpai di sini, setelah sekian lama. Aku hampir saja melupakan Senpai,"

"Sebenarnya...aku juga," ucap Mamoru dengan suara rendah. Ia mengembuskan napas, menatap adik kelas sekaligus teman masa kecilnya itu seraya tersenyum tipis. "Aku... kangen padamu,"

Chihaya tersenyum. "Aku juga,"

"Aku...selalu berharap untuk bisa bertemu denganmu.Sejak aku pindah ke tempat lain bersama keluargaku, entah kenapa.... rasanya kesepian,"

Chihaya tersenyum seraya mengangguk. "Aku juga tidak menyangka akan bertemu Senpai di sini. Takdir memang selalu tidak terduga,"

"Sejak kapan kamu di Cibubur?"

"Ah, kebetulan seminggu lalu aku dan keluargaku pindah ke sini,"

"Begitu. Apa kamu sudah terbiasa di sini?"

"Hm..." Chihaya mengangguk mengiyakan. "Senpai sendiri, sejak kapan tinggal di Cibubur?"

"Setahun lalu,"

"Bagaimana kabar Kakek Mamoru-senpai?"

Mamoru menggeleng. Ia mendadak murung. "Beliau sudah tiada,"

Chihaya mendadak merasa bersalah. "Ah, maafkan aku...Aku tidak tahu. Aku turut berduka."

"Tidak, tidak apa-apa..." 

"Aku ingat... dulu Senpai datang ke ulang tahunku diantar oleh beliau. Beliau orang yang ramah dan baik. Ternyata banyak hal yang telah terjadi,ya," ujar Chihaya. "Orangtua Senpai?"

"Sebenarnya... tak lama setelah kepergian Kakek, mereka bercerai. Aku dan kedua kakakku memilih ikut dengan Mama. Kedua kakakku kebetulan juga sudah bekerja," cerita Mamoru sambil tersenyum tipis.

Chihaya memandang kakak kelas sekaligus teman lamanya itu dengan iba. "Pasti berat ya,"

"Tidak, tidak apa-apa. Itu bukan salahmu," balas Mamoru. "Sekarang kehidupan keluargaku sudah kembali seperti semula. Mama juga sudah bertemu dengan orang yang lebih baik. Aku juga mendapat seorang adik,"

"Aku belum pernah bertemu adik Senpai. Sudah lama juga tidak bertemu dengan kakak Senpai,"

"Nanti kukenalkan," janji Mamoru. Ia lalu mengalihkan topik. "Ngomong-ngomong, kau masih menyimpan boneka dariku?"

"Masih. Bonekanya kubawa juga ke sini. Agar aku tidak merasa sendirian,"

Senyum Mamoru melebar mendengar jawaban Chihaya.

"Simpan boneka itu,ya. Anggap itu kenang-kenangan dari kakekku," pintanya.

Chihaya tertegun, namun ia akhirnya mengangguk setuju.

"Penampilanmu tidak banyak berubah,ya. Sekarang pun kamu masih suka tampil dengan model kepang satu," ucap Mamoru sambil bertopang dagu menatap gadis itu.

"Oh, Senpai memperhatikannya, ya," Chihaya tertawa kecil. Jari lentiknya menyentuh kepangan rambutnya. Ia sedikit senang karena Mamoru masih mengingat hal-hal kecil dari dirinya.

Mamoru merasakan jantungnya berdebar mendengar suara tawa Chihaya.

"Haya-chan yang sekarang terlihat imut,ya,"

"Eh? Imut?" ulang Chihaya salah tingkah. "Ah, t-t-tidak juga,kok. Senpai terlalu berlebihan, deh. Justru penampilan Senpai yang sekarang terlihat keren. Senpai juga menjadi Ketua Klub Kurotake,"

"Ah, rupanya hal itu membuatmu sangat terkejut,ya. Menurut beberapa orang di sekolah, aku populer. Tapi untukku, semua hal itu biasa saja,sih," ucap Mamoru merendah. "Oh ya, sebelumnya aku memang anggota OSIS, tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah mengundurkan diri. Aku meninggalkan jabatanku di OSIS untuk mengurus Klub Kurotake, karena ada peraturan, pengurus OSIS tidak boleh menjadi ketua ekskul,"

"Ah, jadi begitu," sahut Chihaya. Ia teringat kembali perkataan Yuji tentang ketua klub Kurotake yang katanya mengundurkan diri dari OSIS. Ternyata kabar itu benar, dan ia baru memahami alasan Mamoru mengundurkan diri.

Pemuda itu memandang Chihaya. Seolah bisa membaca pikiran Chihaya, ia lalu berkata, "Kau pasti sudah mendengar tentang aku yang mengundurkan diri dari OSIS,kan?"

Chihaya mengangguk.

Mamoru tersenyum. "Ya, karena memegang dua jabatan sekaligus itu sangat sulit dan melelahkan, jadi aku memutuskan untuk melepaskan salah satunya,"

"Benar juga,ya," Chihaya setuju dengan ucapan Mamoru.

"Oh ya, Haya-chan..." ujar Mamoru, yang langsung membuat Chihaya menatapnya. "Kalau kau tidak keberatan...aku ingin mengetahui lebih banyak hal tentangmu. Apa kau mau memperbaiki hubungan kita mulai dari berteman lagi?"

Chihaya terdiam sesaat. Ia memberi jawaban dengan anggukan kepala. "Tentu. Kalau begitu aku juga ingin mengetahui lebih banyak tentang Mamoru-senpai,"

Pemuda itu kemudian mengeluarkan ponsel dari saku kemeja seragamnya. "Kalau begitu, mari bertukar nomor telepon dan kontak LINE."

Sepanjang sore itu Chihaya dan Mamoru bertukar kontak LINE. Mereka juga mengobrol tentang diri sendiri, hobi, hal yang mereka suka dan tidak suka, dan banyak hal lain.

Chihaya dan Mamoru ternyata sama-sama menyukai grup AKB48.
Mereka juga mengobrol tentang sister-group AKB48 yang ada di Indonesia, yaitu JKT48. Mamoru menyukai Haruka Nakagawa, sementara Chihaya mengidolakan Nabilah dan Melody.

Mamoru juga menyukai lagu-lagu dari band Supercell dan penyanyi Jepang Maiko Fujita.

Chihaya juga mengetahui kalau ulang tahun Mamoru jatuh pada tanggal 24 Maret. Ia memiliki hobi membaca komik dan novel, menonton anime, dan menggambar manga*. Bunga favoritnya adalah bunga sakura dan bunga matahari. Warna favoritnya hitam dan putih. Gim favoritnya adalah Harvest Moon.

Chihaya dan Mamoru juga ternyata sama-sama memiliki kesukaan terhadap novel.

"Kalau ada waktu, mau menemaniku ke toko buku?" tanya Mamoru.

Chihaya mengangguk senang. "Mau!"

Mamoru tersenyum.

"Oh,ya," Mamoru tersadar saat melihat jam tangan hitamnya. "Sudah jam 8,nih! Pulang,yuk!"

Chihaya mengangguk. Keduanya pun berjalan keluar meninggalkan kafe tersebut setelah membayar pesanan mereka.

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan mereka. Lampu kameranya menyala sebentar, kemudian mati lagi.

Sosok misterius itu diam-diam memotret Chihaya dan Mamoru sejak mereka berjalan keluar dari cafe tadi.

***

*senpai = kakak kelas/senior

*-chan : nama panggilan untuk orang yang sudah akrab, biasanya orang tersebut lebih muda

*manga : komik Jepang

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Katanya Buku Baru, tapi kok???
455      306     0     
Short Story
Listen To My HeartBeat
483      297     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
FORGIVE
1925      687     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
SECRET IN KYOTO
520      376     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
Secret Elegi
4014      1146     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
A D I E U
1960      736     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
THROUGH YOU
1304      825     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
Bersua di Ayat 30 An-Nur
838      404     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang wanita muslimah yang penuh liku-liku tantangan hidup yang tidak tahu kapan berakhir. Beberapa kali keimanannya di uji ketaqwaannya berdiri diantara kedengkian. Angin panas yang memaksa membuka kain cadarnya. Bagaimana jika seorang muslimah seperti Hawna yang sangat menjaga kehormatanya bertemu dengan pria seperti David yang notabenenya nakal, pemabuk, pezina, dan jauh...
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1313      543     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
Balada Valentine Dua Kepala
285      175     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.