Sudah tidak ada orang yang bermain basket saat Ola sampai di lapangan. Minuman dingin di tangannya dipegang erat sambil mengedarkan pandangannya.
Ternyata mereka sedang duduk di bawah pohon. Mungkin sudah lelah dan lagi pula sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi.
Ola memantapkan langkahnya dan berjalan ke arah mereka. Sebenarnya ia tidak pede kalau menemui Arkan saat ia sedang bersama dengan teman-temannya.
“Ga, pantesan dari tadi panas banget. Ternyata Bidadari lagi turun dari kayangan! Hay cantik!”
“Lo mau ditimpuk sama si Arkan?” ujar Rey melempar botol minum kosong ke arah Naga yang duduk di sebelah Arkan.
Viola hanya tersenyum kikuk dan berjalan lebih dekat lagi ke arah mereka. Kalau sudah bertemu Naga dan Rey, suasana tidak akan canggung.
“Hay, Arkan!” kata Viola sambil melambaikan tangannya. Dari dekat seperti ini, ia tidak mampu menahan senyum lebarnya.
“Hay cantik!” balas Naga.
Viona semakin tersenyum saat Arkan menyikut lengan Naga dan berdiri ke arahnya.
“Kita ke taman, yuk!” ujar Arkan memegang tangan Viola lalu membawanya pergi dari lapangan.
“Arkan, jangan sampai khilaf!” teriak Naga.
“Naga lucu banget, ya!” ujar Viola menatap Arkan lalu menatap tangannya yang masih dipegang Arkan.
“Jadi aku ga lucu?” tanya Arkan.
Viola tersenyum geli mendengarnya.
“Memangnya kamu mau dibilang lucu?” Tanya Viola sambil tertawa kecil. Arkan itu tidak ada lucu-lucunya sama sekali. Kalau Arkan lucu itu akan aneh sekali. Dia
bukan tipe yang cool dan bukan pula yang banyak berbicara seperti Naga. Dia ada di tengahnya.
“Jadi aku apa?” tanya Arkan.
Viola tidak langsung menjawab. “Kamu itu pacar Viola!” ujarnya lalu merunduk malu setelah mengucap.
“Kamu belajar gombal dari siapa, La?” kata Arkan lalu membawa Viola ke kursi kayu yang ada di pinggir taman.
“Kayanya nular dari Naga, deh. Oh iya, nih!” Viola menyerahkan minuman yang dari tadi ia genggam.
Ia tersenyum saat Arkan membuka botol minuman dan meneguknya.
“Makasi, Pacar ...” ujarnya.
Viola geli sendiri mendengar Arkan berkata seperti itu.
“Ola, aku kangen banget tahu sama kamu,” ujar Arkan. Ingin sekali rasanya memeluk gadis di sampingnya ini. Tapi Arkan harus menahan batasannya.
“Aku juga kangen banget sama kamu.” Tadinya Viola ingin berkata jika beberapa minggu ini, dia selalu menunggu pesan dari Arkan. Tapi Viola tidak berani untuk mengatakannya. Lagian jika dipikir-pikir kembali, pasti Arkan tidak akan nyaman jika Viola berkata seperti itu.
“Kamu mau ada turnamen, ya?” tanya Viola.
Arkan mengangguk. “Oh iya, besok ada babak penyisihan. Kamu mau datang, gak?”
“Boleh?” tanya Viola. Viola belum pernah menonton Arkan bertanding sebelumnya.
Arkan mengangguk lagi. “Gak bakal ada yang larang kamu nonton, Ola!”
“Siapa tahu Pak Teddy nggak butuh suporter!”
“Kalo Pak Teddy gak butuh sih, La. Kamu tahu nggak siapa yang butuh?” tanya Arkan menaikturunkan kedua alisnya.
“Siapa?”
“Aku.”
Viola tersenyum melihat bagaimana Arkan menunjuk dirinya. Kalau dipikir-pikir, awal mereka pacaran Arkan belum berani bertindak seperti ini. Dia masih malu-malu saat berjalan dengan Viola. Dia juga menjaga sikapnya untuk terlihat keren. Itu juga atas saran dari Naga. Tapi lama-kelamaan, Arkan mulai terbiasa dengan statusnya sebagai pacar Viola.
Saat Viola mengedarkan pandangannya, seorang siswi terlihat berjalan ke arah mereka. Jantung Ola kembali berdetak melihat siapa yang datang. Segera ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Untuk apa dia datang kemari?
“Arkan, kamu dipanggil Pak Teddy untuk persiapan besok!”
Viola dan Arkan saling bertatapan. Baru kali ini Viola berada dekat dengannya. Arkan juga sepertinya agak canggung saat melihat Viola yang merasa risi.
“Oke. Gue ke sana! Lo duluan aja!”
Vani mengangguk lalu pergi begitu saja.
“La. Kayanya aku harus ke lapangan dulu.” Kata Arkan kemudian kembali meneguk minuman yang Ola beri.
Viola hanya mengangguk. “Kalau gitu aku juga mau ke kelas.”
Vani menyukai Arkan. Itu bukan rahasia lagi sebenarnya. Saat mereka belum berpacaran, Vani juga sudah mencoba mendekati Arkan. Dari menyapa saat mereka berpapasan, memberikannya minuman saat Arkan selesai bermain bola dan masuk klub Cheerleader supaya bisa berdekatan dengan Arkan.
Viola menghela napas saat berjalan menuju kelasnya. Kira-kira sampai kapan Vani akan berusaha mendekati Arkan?