****
Atensi semua siswa tertuju pada sosok Alex dan Rhea yang sedang berjalan melewati lorong kelas sambil berpegangan tangan. Bahkan Dina dan kedua temannya juga ada di sana, mereka tercengang melihat apa yang saat ini berada di depan mata mereka.
"Please tampar gue ,ini gue nggak mimpi kan?" tanya Dina dengan kedua mata yang terbuka lebar dan tidak berkedip.
Plak!
Tepukan keras mendarat di pipi kiri Dina dari tangan Linda.
"Aw sakit!" pekik Dina sambil memegang pipinya yang terasa panas dan perih itu.
"Sakit kan? Ini artinya lo nggak mimpi."
"Si Rhea emang pacaran sama Alex. Genius sekolah kita, ikon sekolah kita, cowok paling populer di sekolah kita!" seru Febby dengan wajah Memelas dan hampir menangis. Dia tidak percaya kalau pria seperti Alex akan berpacaran dengan wanita biasa dari kelas 1.
"Turun derajat banget! Kenapa nggak sama Dina aja? Dina kan populer...kalau sama si Rhea itu jomplang banget," ucap Linda yang berkomentar tentang hubungan Alex dan Rhea.
Dina, memang salah satu siswi yang populer di SMA Galaksi. Akan tetapi, kepopulerannya itu tidak mampu membuat Alex terpikat kepadanya. Dina cantik, cerdas, berasal dari keluarga yang kaya raya dan menurut kedua temannya, Dina lah yang lebih cocok pacaran dengan awet ketimbang Rhea si anak tukang bakso.
Kata-kata nyinyir dan komentar pedas tidak hanya datang dari Dina dan teman-temannya saja, tapi dari para siswa lainnya yang mengidolakan Alex. Mereka patah hati, melihat Alex secara terang-terangan mempublikasikan hubungannya dengan Rhea. Namun, Alex sama-sama tidak mempedulikan gunjingan orang-orang tentang hubungannya. Dia sih bodoh amat, sikapnya cuek dan telinganya tahan akan perkataan julid.
Dilorong, Rhea dan Alex masih menjadi pusat perhatian. Rhea terlihat tidak nyaman ,dengan pandangan orang-orang terhadapnya dan juga perkataan-perkataan pedas itu. "Kak, bisa lepasin nggak? Aku nggak enak sama mereka yang lihatin kita. Mereka juga ngomong-"
"Nggak usah peduliin omongan orang lain. Hubungan ini kita kan yang ngejalaninnya? So, what's problem?" ucap pemuda tampan itu dengan santainya. Sedangkan pacarnya ketar-ketir disampingnya.
Alasan Alex melakukan go publik, karena dia tidak mau ada yang mendekati Rhea lagi. Terutama Riki yang selama ini selalu berusaha mendekati Rhea tanpa tau apa-apa, karena Rhea yang meminta hubungan mereka untuk dirahasiakan. Kalau sekarang, sudah pasti Riki bahkan semua orang di sekolah ini mengetahuinya.
"Jadi ini yang dimaksud sama Saka? Kenapa gue bego banget? Bisa-bisanya gue nggak tahu apa-apa," kata Riki sambil memegang dadanya yang terasa sesak, mengetahui hubungan Rhea dan Alex.
"Sabar Rik. Gue juga nggak nyangka sih kalau ternyata si Alex pacaran sama si Rhea, soalnya nggak kelihatan. Pasti, semua orang juga gak nyangka kalau mereka bakal pacaran." Calvin si bijaksana, berusaha untuk menghibur Riki yang saat ini hatinya sedang patah.
"Tenang aja Rik, nanti si Calvin traktir kita makan bakso di kantin," celetuk Sandi yang sontak saja mendapatkan sorot mata tajam elang dari Calvin.
"Anj*r sialan lo!" desis Calvin, sedangkan Sandi terkekeh melihat temannya yang kesal itu.
Riki tenggelam dalam pikirannya sendiri, dia merasa patah hati. Tapi apa boleh buat, mau berebut pun, lawannya adalah Alex. Sudah jelas dari sisi manapun dia kalah telak. Dia hanya bisa mendoakan agar hubungan Alex dan Rhea langgeng.
Setelah pengumuman hubungan go publik itu, seluruh siswa SMA Galaksi gempar. Selama beberapa hari mereka mencecar Rhea dan mengatakan bahwa Gadis itu tidak pantas untuk Alex. Tapi Aluna, Saka, Tiara dan Alex tentu saja membela Rhea. Mereka tidak membiarkan Rhea diintimidasi apalagi dibully.
Setelah satu semester 2 berakhir dan kenaikan kelas, hubungan Rhea dan Alex masih aman-aman saja. Semua orang takut dengan Alex dan mereka tidak berani untuk mengganggu Rhea.
Hari ini adalah hari kelulusan Alex dan kelas XII dari SMA Galaksi. Semua orang menghadiri acara prom night yang biasanya memang diadakan sebagai tradisi kelulusan. Undangan ini tidak hanya berlaku untuk kelas 12 saja. Kelas 2 dan kelas 1 juga boleh mengikuti pesta ini, tapi tentunya ada jam malam yang sudah ditetapkan.
Tak terasa lebih dari 6 bulan lamanya Aluna dan Saka berhasil menyembunyikan hubungan mereka, hingga saat di pesta prom night. Semua yang mereka sembunyikan terbongkar dan parahnya lagi Alex memergoki Saka sedang memeluk dan mencium kening Aluna.
Di tengah-tengah pesta prom night yang sedang berjalan itu, Alex memukul Saka. Semua orang terkejut melihat bagaimana Alex menghajar Saka dengan amarah.
"LO! GUE UDAH DUGA KALAU LO EMANG ADA APA-APA SAMA ADIK GUE!" sentak Alex tepat ke hadapan wajah Saka.
"Kak, stop! Kakak udah gila ya?" Aluna yang tidak tahan melihat semua itu akhirnya menengahi mereka. Dia tidak tega melihat wajah Saka lebam, bahkan sudut bibirnya terluka karena pukulan Alex.
Alex tidak mengindahkan perkataan adiknya, dia kembali menarik Saka. Pemuda itu juga tidak melawan, dia membiarkan dirinya dihajar Alex. Pria itu menyeret Saka keluar dari aula sekolah yang saat ini sudah menjadi tempat pesta Prom night itu.
"Beraninya lo meluk dan nyium adik gue!" sentak Alex dengan penuh amarah.
"Kak Alex udah!" Rhea juga cemas melihat Alex menghajar Saka dengan emosi. Rhea takut kalau Alex kelewatan menghajar Saka.
Kedua pemuda itu membuat atensi semua orang disana tertuju pada mereka. Teman-teman Alex dan teman-teman Saka berusaha menghentikan pertumpahan darah yang terjadi.
"Alex stop!" Raka menahan tubuh Alex dengan kuat, bersama dengan seorang siswa yang lain. Mereka menahan Alex untuk tidak menghajar Saka lagi, pemuda itu sudah babak belur olehnya.
"Diem, gue mau hajar cowok kurang ajar ini-"
"Cukup kak! Udah, please. Saka juga nggak ngelawan kakak kan? Cukup kak, jangan pukulin Saka lagi," ujar Aluna dengan nada meninggi, dia menghampiri Saka dan mengelus wajah pacarnya itu. Cairan bening mengalir membasahi wajah cantiknya.
"Luna, kamu lebih bela dia dibandingkan kakak kamu sendiri?" tanya Alex kecewa dengan sikap Aluna terhadap dirinya yang dianggap terlalu membela Saka.
"Kenapa aku harus belain orang yang salah? Kakak yang duluan mukulin Saka," ucap Aluna menjawab sambil terisak.
"Jangan nangis Lun," lirih Saka dengan suara lemah. Tangannya terulur mengusap air mata Aluna dipipinya.
"Sialan! Jangan sentuh adik gue, atau lo benar-benar bakalan mati sekarang!" Rahang Alex mengeras, emosinya memuncak manakala dia melihat tangan Saka membelai pipi Aluna. Saka langsung menjauhkan tangannya dari Aluna, dia menatap Alex dengan tajam.
"Lex, lebih baik kita selesaiin semuanya di sini sekarang. Sebenarnya apa yang buat lo benci sama gue?" tanya Saka dengan tatapan yang menuntut sebuah jawaban dari Alex, mengenai, mengapa Alex begitu membencinya?
****
πππ