"Jadi ini bukti yang kau maksud," ucap Tuan Rio menerima handphone Genandra yang berisikan rekaman suara seseorang. Pada saat itu, selain mendengarkan dengan seksama anak itu juga diam-diam merekam pembicaraan mereka, Genandra tahu kalau ini bisa menjadi bukti yang kuat untuk menghentikan perjodohan.
"Iya Yah, Ayah boleh dengarkan dulu rekaman suaranya supaya lebih jelas," balas Genandra dan Tuan Rio pun memutar rekaman suara tersebut. Pria itu dibuat cukup terkejut, semuanya jelas sama seperti cerita Genandra.
"Bagus Genan, tapi menurut saya bukti ini masih kurang kalau untuk menyakinkan Bunda kamu, dia pasti akan keras kepala dan terus membela Bella," ujar Tuan Rio.
"Benar Yah, Genan juga masih berusaha untuk mencari bukti lebih banyak lagi, ngomong-ngomong kenapa Ayah tiba-tiba ada niatan untuk bantu aku? Aku pikir Ayah bakalan setuju sama Bunda."
Tuan Rio menghela napas panjang, sebelum menjawab pertanyaan Genandra. "Karena saya paham kalau kamu betul-betul mencintai Akira," balas Tuan Rio seperti tengah mengingat seseorang. "Asal kau tahu, dulu saya dan Bunda kamu itu juga jodohkan."
"Sebelum saya mencintai Bunda kamu, di hati saya sudah ada perempuan lain, hanya bedanya ia belum tahu kalau saya menyukai dirinya. Saya memutuskan untuk mengakhiri perasaan tersebut ketika tahu, setelah lulus SMA dia dilamar oleh laki-laki lain, dan saya tidak memiliki pilihan lain selain menikahi Bunda kamu," nostalgia Tuan Rio, setiap kali mengenang peristiwa tersebut ada rasa penyesalan tersendiri, andai saja ia bisa mengutarakan perasaannya lebih awal.
"Itulah sebabnya Genan, saya tidak mau kalau sampai kamu mengulangi kesalahan yang sama seperti saya," pungkasnya kepada Genandra.
"Tenang saja Yah, itu tidak akan terjadi," balas Genandra bertekad.
********
Di Dapur.
"Akira tumben masak pagi-pagi, mau buat bekal ya? Sini biar Mama aja," ucap Nyonya Nala melihat anak perempuannya tengah sibuk berkutat dengan sutil dan wajan.
"Nggak perlu Ma, Akira bisa sendiri kok," balas Akira yang kurang sedikit lagi menyelesaikan nasi gorengnya.
"Owh, kok tiba-tiba, hari ini sekolahnya lebih lama ya makanya bawa bekal?" tanya Nyonya Nala membantu mengambilkan kotak bekal dalam laci dapur.
"Nggak kok, lagi pingin aja, soalnya temen-temen aku akhir-akhir ini bawa bekal," balas Akira.
"Kalau gue jujur, Mama pasti bakal godain aku nanti," batin Akira, bekal yang ia buat itu bukanlah untuk dirinya, melainkan untuk seseorang.
"Ma, Akira boleh minta tolong taruh nasi gorengnya ke wadah bekal? Aku mau siap-siap dulu."
"Oke, ya udah sana cepetan siap-siap, ini biar Mama aja yang urus," balas Nyonya Nala lalu melihat Akira pergi menuju kamarnya, untuk mempersiapkan hal yang lain.
Beberapa menit kemudian, perempuan itu kembali dengan seragam rapi serta tas ransel merah muda yang mengalung di kedua pundaknya. Nyonya Nala memberikan kotak bekal makanan serta sebotol minuman kepada Akira, mengantarkan putri sulungnya itu ke pintu rumah. Akira berangkat sekolah dengan diantarkan oleh Pak sopir.
Sesampainya di SMA Jaya Sakti, ketika ia berjalan melewati tempat parkir. Pemandangan yang biasa akhir-akhir ini, dimana Genandra yang sering berangkat bersama Bella. Akira tidak bisa melakukan apa-apa selain tersenyum kecut, ternyata secepat itu hubungan mereka berlalu. Tidak perlu terkejut, bukankah keluarga mereka saja saling mendukung, ceritanya akan berbeda jika Genandra terus bertahan bersama dirinya.
"Hm," miris Akira tak ingin berlama-lama di sana, ia segera pergi menuju ke kelasnya. Sedangkan di sisi lain, ekor mata Genandra yang menyadari keberadaan perempuan tersebut menelan hati. Tali yang semakin menjauhkan mereka berdua rasanya ingin Genandra tarik sekarang juga, dan membuat gadis itu kembali dalam pelukannya.
"Lo bisa balik ke kelas sendiri kan? Gue ada latihan basket," ujar Genandra kepada Bella.
"Oke deh, kalau begitu gue pergi dulu ya, papay!" balas Bella, lalu melangkah meninggalkan area parkir.
Genandra menghela napas panjang, akhirnya ia bisa terlepas dari perempuan itu walau hanya sebentar saja. Kedatangan Bella benar-benar telah merubah segalanya, terutama kedekatan hubungannya bersama Akira.
Genandra mengambil terlebih dahulu tas ranselnya yang ia taruh di dalam mobil dekat kursi sopir, ketika hendak mengambil barang tersebut, ia dikejutkan dengan hal lain yang jauh lebih menarik. Handphone Bella, tertinggal di dalam mobilnya.
Ia tidak membuang kesempatan, Genandra segera mengecek isi handphone tersebut yang dimana kunci layarnya dapat dia buka dengan mudah, sebab setiap kali Bella bermain handphone di dekatnya, diam-diam Genandra selalu memperhatikannya secara seksama.
"Yes," senang Genandra bisa membuka password handphone Bella, hal pertama yang ia tuju adalah kontak nomor, ia menemukan sesuatu yang janggal di sana, sebuah kontak yang diberi nama 'My L' dengan emot love dibagian akhir.
"Ini pasti nomor cowok itu," ucap Genandra dengan segera menyalin nomor tersebut, dan berusaha mencari bukti lain pada galeri serta pesan chat Bella, akhirnya Genandra berhenti ketika benar-benar tidak menemukan bukti apapun selain nomor itu.
"Kalau semuanya berjalan selancar ini, secepatnya gue bisa buktikan ke Bunda kalau Bella tidak sebaik yang dia kira," batin Genandra tersenyum smirk.
*******
Di kelas Dua Belas Bahasa Dua.
Lagi-lagi di jam yang sama, Zizy berlari keluar kelas sembari membawa sekotak bekal makanan, dan dengan segera Akira pun menghentikannya.
"Zy, lo mau pergi ke lapangan basket lagi?" tanya Akira dan dibalas anggukan semangat oleh perempuan itu.
"Yoi, mau ketemu sama bebep gue," balas Zizy senyum-senyum sendiri.
"Bap bep bap bep, bebek noh cocok," celetuk Akira, sejak berpacaran dengan Anggasta, sisi bar-bar Zizy mulai berkurang bahkan sudah jarang Akira mendapat perlakuan random dari anak itu. Lebih ke sifat manja dan berusaha menjadi cewek good girl sekarang.
"Ih, bilang aja kalau lo iri," balas Zizy tak terima. "Hm, kalau cuman mau ngeledek gue pergi aja sana, gue mau ketemu sama ayang," sambungnya kesal.
"Ini," ujar Akira seraya menunjukkan sekotak bekal makanan berwarna biru tua kepada Zizy, wajahnya tampak malu-malu.
"Buat siapa?" bingung Zizy.
"Ck, masa lo nggak tahu sih!" balas Akira sebal, memberikan bekal makanan tersebut dengan paksa kepada Zizy. Ih, bilang aja kalau mau bales ngeledek!
"Jangan sok polos deh Zy, gue..... tahu lo pasti udah tahu."
Butuh waktu beberapa detik agar koneksi otak Zizy bisa menyambung dengan ucapan Akira, perempuan itu sontak menutup mulutnya rapat-rapat, menahan supaya tidak berteriak. "Buat Genandra?" lirih Zizy sangat pelan, namun bisa terdengar jelas oleh Akira.
Sambil menahan malu bercampur kesal, Akira menganggukkan kepalanya sebagai jawaban iya. Reflek bola mata Zizy semakin melotot sampai mau keluar, sangking terkejutnya. "What Ra!" bisik nya syok.
"Ish, biasa aja kali," sebal Akira seraya menepuk pelan mulut temannya itu.
"Nah, sekarang berarti lo sudah paham kan bekalnya buat siapa? Gue minta tolong anterin ya, soalnya gue mau ada kumpul OSIS," ucap Akira memberikan bekal makanan tersebut, dan diterima oleh Zizy.
"Tapi Ra, kenapa nggak bareng-bareng aja?" balas Zizy.
"Nggak bisa pokoknya, gue masih ada kerjaan nih, bye!" pamit Akira lalu kabur begitu saja.
"Gue nitip ya!" teriaknya sambil berlari.
"Cih, dasar sapi betina," gumam Zizy dengan dua kotak bekal di tangannya sekarang.