"Aaaahhhh, akhirnya kelar juga ujiannya ya Allah. Seketika gue cosplay jadi orang bego barusan," frustasi Rosalina, kelas mereka baru saja melaksanakan ulangan harian sejarah. Otaknya sudah terbakar hangus sekarang, satu jam yang lalu Rosalina telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk menjawab soal-soal itu.
"Rosa, ke kantin kuy!" ajak Quensa dengan raut sumringah, nampaknya ia tidak mengalami masalah dengan ulangan sejarah barusan.
"Iye, si paling pinter, sekarang lo sombong ya anaknya, gue kode berkali-kali nggak toleh, di kunci stang kepala lo?" sebal Rosalina, mengingat Quensa adalah siswa pertama yang mengumpulkan lembar ulangannya kepada Bu Gea.
"Gue nggak noleh itu bukan berarti gue sombong, karena gue emang nggak mau kasih lo contekan Rosa. Gue jawab asal-asalan, asal lo tahu," balas Quensa.
"Hm nggak percaya gue, bilang aja kalau pelit."
"Iih gue nggak bohong ege, kalau lo nggak percaya tunggu aja Minggu depan, pasti nilai gue nggak beda jauh sama ukuran sepatu lo," ujar Quensa berusaha menyakinkan Rosalina, kalau dilihat-lihat sepertinya dia jujur.
"Padahal muka macam orang bener," batin Rosalina tak habis pikir, kenapa rata-rata semua anak yang menjadi temannya selalu mempunyai sikap di luar nulur seperti ini. Plis lah, sekali-kali kasih satu aja yang bener.
"Oke, gue percaya. Jadi ke kantin sekarang?"
"Yoi dong, kuy! Gue udah bayangin soto terus sama es teh terus nih," semangat Quensa, semakin dibayangkan, perutnya semakin meronta kelaparan.
"Perasaan dari dulu itu mulu pesanan lo Sa, sekali-kali ganti gitu lho, nggak bosen makam soto terus?" ucap Rosalina lalu berjalan bersama-sama keluar kelas.
"Hehe, selain enak juga karena pas dikantong gue, kalau cari makan gue nggak ribet yang paling penting murah sama enak, walaupun kantin bikin menu ala restoran pun tetep soto yang bakal gue pilih," jawab Quensa, dramatis.
Perkataan Quensa ada benarnya, rata-rata makanan di kantin sekolah mereka memang cukup mahal kalau soal makanan berat. Berbeda dengan gorengan atau makanan kecil lainnya, dan menu yang paling terkenal, menjadi andalan anak-anak selain Quensa adalah soto dan es teh. Itu adalah combo terbaik sejauh ini.
"Terserah lo deh," ketika mereka berjalan melewati samping lapangan basket, tak sengaja berpapasan dengan Genandra yang sedang bersama Bella di sisinya. Menyadari kedatangan laki-laki itu, sontak degup jantung Rosalina menjadi tak terkontrol.
Ia berusaha untuk mengatur emosinya, jangan sampai ia meninggalkan kesan buruk pada saat bertemu dengan laki-laki pujaan hatinya. "Huh, tenang Rosa! Lo pasti bisa," batin Rosalina memegang dadanya yang gugup.
"Hai Kak Genan!" sapa Quensa membuat mata Rosalina terbelalak. Kenapa harus disapa segala sih? Jadi tambah malu kan!
Genandra memberhentikan langkahnya di depan mereka berdua, tentu saja masih dengan Bella di sampingnya. Laki-laki itu nampak memperhatikan dua orang siswi tersebut, terutama Rosalina. "Iya, kalian mau kemana?" tanya Genandra.
"Ki-kita, mau ke kantin Kak," balas Rosalina gugup, tak berani menatap iris mata bak elang itu. Rosalina merasa sangat senang, padahal tidak ada yang spesial dari topik pembicaraan mereka, namun cukup mendengar suaranya saja, serasa ada ribuan kupu-kupu terbang yang hinggap dalam perut Rosalina.
"Argh! Gue bisa mati, kalau Kak Genan terus lihatin gue," batinnya berteriak, merasa kalau pandangan Genandra terus tertuju kepada dirinya.
"Owh, oh ya Rosa, apa gue bisa minta waktu lo sebentar? Ada sesuatu yang mau gue omongin," ucap Genandra sontak membuat kepala Rosalina kembali terangkat.
"A-apa? I-iya Kak," jawab Rosalina merasa seperti orang bodoh, kenapa nadanya harus terbata-bata seperti itu.
"Bel, lo tunggu di sini, gue ada urusan," ujar Genandra kepada Bella.
"Oke, jangan lama-lama ya," balas Bella menganggukkan kepala, lalu melihat dua remaja itu melipir sedikit menjauh dari tempat mereka.
"Genan mau ngomongin apa sih? Jadi kepo kan gue," pikir Bella kesal, kalau memang tidak penting kenapa harus sampai berbicara empat mata seperti itu.
Langkah mereka berhenti di dekat ring basket, sekarang, hanya ada Genandra dan Rosalina di sana. Jantung gadis itu semakin menggila, sekarang mereka benar-benar hanya berdua! Rosalina sudah tidak dapat mengontrol imajinasinya sendiri. Rasanya ini seperti mimpi.
"Jadi.... Kak Genan mau bicara apa?" tanya Rosalina berusaha membuat kontak mata, dengan pemuda di depannya sekarang.
"Gue cuman mau tanya sesuatu," balas Genandra langsung pada inti pembicaraan.
Rosalina menelan ludah, kedua telapak tangannya semakin basah sebab perasaan gugup yang tak kunjung mereda. Genandra tidak berencana untuk mengutarakan cinta kepadanya dirinya kan?
"Gue belum ketemu Akira hari ini, dia nggak masuk sekolah?" tanya Genandra membuat harapan Rosalina runtuh seketika, kebahagiaannya hancur dalam sekejap mata selepas mendengar nama Kakaknya disebut.
Benar, walau bagaimanapun juga, Genandra akan tetap mencintai Akira, dan akan terus seperti itu.
Ekspresi Rosalina berubah menjadi datar, telinganya terasa panas, padahal mereka tengah berdua saja, tetapi kenapa harus Akira yang selalu menjadi topik utama? Tidak asmara, tidak keluarga, tidak pertemanan, semuanya sama saja, hanya Kakaknya yang selalu ada di pikiran mereka.
"Rosa, jawab gue, Kakak lo sakit?" tanya Genandra sebab tak kunjung mendapat jawaban dari Rosalina.
"Dia masuk rumah sakit," balas Rosalina malas, sembari membuang muka ke objek lain.
"Apa! Barusan lo ngomong apa?! Akira masuk rumah sakit?" kaget Genandra sontak memegang kedua bahu Rosalina, apa ini alasan kenapa dia tidak menjawab pesannya kemarin.
"Sejak kapan?" tanyanya cemas.
Sebelum menjawab, Rosalina melepaskan kedua tangan Genandra dari bahunya. Dia benci melihat laki-laki itu perduli pada kondisi Kakaknya, cih, benar-benar menyebalkan.
"Gue kurang tahu, pagi tadi waktu gue masuk kamar dia udah lihat Kak Akira pingsan di lantai, tapi sekarang kondisinya sudah mulai membaik, walau masih belum sadarkan diri," balas Rosalina menjelaskan, tetap dengan nada dinginnya.
Isi pikiran Genandra langsung dipenuhi oleh Akira, dia merasa cemas, bagaimana bisa dia ketinggalan berita sepenting ini. Genandra merasa kurang berguna sebagai kekasih, andai saja dia tidak dipaksa untuk mengantarkan Bella setiap hari, pasti bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama gadis itu.
"Jadi sekarang Akira masih ada di rumah sakit, kalau gue boleh tahu di rumah sakit mana dia di rawat?"
"Rumah sakit Mutiara," balas Rosalina lalu menyaksikan Genandra bergegas pergi dari sana. "Eh Kak! Kak Genan mau pergi kemana?!" teriak Rosalina namun diacuhkan oleh laki-laki tersebut.
"Jangan bilang dia mau pergi ke rumah sakit, sialan! Bahkan disaat dia sudah ada di hadapan gue pun, gue sama sekali tidak memiliki kesempatan," sebal Rosalina menyesali keputusannya, memberitahu dimana tempat Kakaknya dirawat.