Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semu, Nawasena
MENU
About Us  

Genandra baru saja kembali dari mengantarkan Bella ke kelasnya—Dua Belas IPS 2. Sekarang, ia tengah dalam perjalanan menuju ke kelas Dua Belas MIPA 1.

"Aduh, cowok sepuluh detik udah mulai lagi nih? Gue kira udah tobat," nyinyir Anggasta yang berjalan di belakang Genandra bersama Javas. Mereka berdua juga melihat anak itu datang bersama perempuan lain, bukannya Akira.

"Bukan sepuluh detik nggak sih? Tapi dua tahun," balas Javas membenarkan, mengingat Genandra menjalin hubungan bersama Akira sudah dua tahun lamanya.

"Ah iya, berubah jadi cowok dua tahun sekarang. Lama dikit bray, biar kerasa dikit sayangnya, kalau sepuluh detik mah kecepetan," sahut Anggasta tak henti-hentinya menghujami Genandra dengan berbagai sindiran pedas, Anggasta masih mengingat betul bagaimana dulunya anak itu pernah berjanji kalau Akira adalah pilihan terakhir yang akan ia cintai.

Tapi nyatanya apa? Sekarang dia malah datang bersama perempuan lain yang bahkan sahabatnya sendiri tidak mengetahui siapa itu.

"Gue masih pacaran kok sama Akira," dingin Genandra, jujur dia malas, harus mengulang topik ini terus-menerus dalam waktu beruntun. 

"Waduh, masih pacaran tapi udah berani gandeng cewek lain, kelas banget main lo bre," timpal Javas geleng-geleng kepala.

"Nggak, gue bahkan nggak kenal cewek itu siapa," balasnya dan mulai menceritakan semua soal perjodohan itu kepada Anggasta dan Javas.

"Gue sama sekali nggak setuju dengan perjodohan ini, gue mau memperjuangkan cinta gue buat Akira. Tapi gue bingung, karena keadaannya kurang mendukung," Anggasta dan Javas terlihat berpikir sejenak, setelah mendengar keseluruhan cerita dari Genandra. Ini benar-benar rumit.

"Apa gue jujur aja ya ke Akira, bilang kalau Bella itu cewek yang dijodohkan buat gue. Tapi gue juga bakal kasih penjelasan ke dia," bingung Genandra, "tapi gue takut hati dia terluka."

"Kalau sakit hati ya pasti Gen, seumpama gue yang jadi Akira pun juga bakal sedih, kalau denger orang yang dia sayang malah dijodohkan sama perempuan lain," balas Anggasta, membuat kepala Genandra semakin menunduk ke bawah. Ia tak tahu lagi apa yang harus dirinya perbuat, seolah-olah ada gerbang besar yang menutup pandangan Genandra sekarang.

"Tapi sebaiknya lo jujur aja deh, daripada nanti dia dengernya dari orang lain. Malah makin sakit hati Akira," usul Javas dan disetujui oleh Anggasta.

"Bener, untuk kali ini gue setuju sama Javas. Gue tahu lo Gen, baru kali ini lo sampai cinta mati sama cewek, yang dulunya demen gonta-ganti pasangan tapi semua itu berhenti sejak datangnya Akira. Jangan sampai hubungan lo rusak cuman karena kehadiran seseorang, itu pun dipaksa," ucap Anggasta.

Benar, kalau harus mengingat dirinya yang dulu. Genandra sempat berpikir kalau ia memang sebang*sat itu. Suka memberikan harapan palsu kepada para wanita, dan meninggalkannya begitu saja. Tapi untuk sekarang kasusnya sudah berbeda, Genandra tidak mau cinta ini kandas begitu saja.

"Ya, gue akan mempertahankan hubungan ini bagaimana pun caranya. Lo berdua bakal bantu gue kan?" tanya Genandra seraya memandang kepada kedua temannya.

"Yoi dong, apa sih yang nggak buat sahabat sendiri. Kita emang buruk soal pelajaran Gen, tapi kalau tentang bikin si Bella ilfil sama lo itu mah easy banget, kalau dia benci, dia pasti bakal minta perjodohan ini dibatalkan," balas Anggasta menepuk dadanya bangga.

"Bener Gen, serahin aja semuanya sama kita. Lo tinggal urus Akira, biar si belalang itu kita yang tangani," sahut Javas, padahal belum bertemu namun Bella sudah mendapat panggilan spesial dari anak itu.

"Oke, thanks bro," senyum Genandra bisa merasa beban pikirannya sedikit berkurang, dia berharap mereka berdua memang dapat diandalkan.

********

Jarum jam terus berputar, sampai tak terasa bel istirahat pertama berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar dari dalam kelas mereka, cepat-cepat pergi menuju ke kantin sebelum kehabisan makanan. 

SMA Jaya Sakti seperti mendapatkan badai petir pagi ini, tatapan mereka terpaku melihat dua remaja yang tengah berjalan bersama di lorong koridor. Keberadaan Bella di samping Genandra, benar-benar menggemparkan satu sekolah.

"Akira udah putus sama Genandra?"

"Eh, cewek itu siapa, pacar barunya Genandra?"

"Hush, jangan negatif dulu, kali aja sepupunya," bisik-bisikan dari siswa-siswi tidak henti-hentinya berdengung di telinga Genandra, dia ingin marah dan menjelaskan kepada mereka semua kalau tidak ada hubungan apa-apa. Namun Bella selalu saja menggunakan Bundanya—Nyonya Saras, sehingga dia tidak dapat melakukan apapun selain diam. Terutama tadi pagi juga ada tragedi dimana Nyonya Saras ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

"Genan," panggil seseorang seketika membuat hati Genandra merasa nyaman, api kemarahan yang semula berkobar kini menjadi padam. Guratan tersenyum sekarang tersemat pada bibir laki-laki itu, ketika manik matanya bertemu dengan sesosok perempuan, berdiri di hadapannya.

"Akira," balas Genandra senang.

"Owh, jadi ini cewek yang dia maksud," batin Bella menyadari perubahan ekspresi yang cukup drastis dari wajah Genandra.

Akira mengambil beberapa langkah mendekat ke arah mereka berdua, dan mengulurkan jabatan tangan kepada Bella. "Hai salam kenal, nama gue Akira. Lo murid baru ya di sini? Gue baru lihat soalnya," ucap Akira ramah.

Bella sedikit terkejut dengan perlakuan yang bisa dibilang tiba-tiba itu, "iya, salam kenal juga, gue Bella," balas Bella seraya menerima jabatan tangan dari Akira.

"Kalian berdua mau pergi kemana?" tanya Akira berusaha untuk menyembunyikan perasaan cemburunya, ketika melihat jarak antara Bella dan Genandra cukup dekat, bahkan bahu mereka berdua hampir menempel.

Dengan cepat Genandra langsung merebut kesempatan, ketika Bella hendak menjawab pertanyaan dari Akira. "Nggak ada, Ra, lo bisa ikut gue sebentar?" ujar Genandra.

"Tapi, Bella gimana?" balas Akira.

"Cuman pergi sebentar, nggak lama kok. Bella juga udah hapal jalan balik ke kelas," ujar Genandra bersikap acuh.

"Yang bener Bella?" tanya Akira memastikan, mengingat ini adalah hari pertama dia masuk ke sekolah mereka.

"Iya, lo nggak perlu khawatir. Udah pergi sana gih, gue bisa urus diri gue sendiri," jawab Bella agar tak perlu merasa khawatir.

"Oke deh, kita pergi dulu ya Bel, bye!" pamit Akira dan segera berjalan pergi bersama Genandra.

Manik matanya yang coklat, terus saja memandang kepada sepasang punggung dua remaja itu. Bella menggigit bibir bawahnya, keberadaan dia baru saja dianggap seperti benalu oleh Genandra, dan bagaimana cara laki-laki itu menatap Akira, benar-benar berbeda jika dibandingkan dengan dirinya.

"Lo sudah berani ninggalin gue, demi perempuan yang lo cintai itu Gen. Tapi... dia belum tahu kan, kalau gue tunangan lo, gue nggak sabar kira-kira bagaimana ekspresi dia kalau sampai tahu," batin Bella tersenyum licik.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Haruskah Ku Mati
35032      5558     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
My Doctor My Soulmate
86      75     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
ATHALEA
1316      578     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
love like you
435      308     1     
Short Story
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4013      1066     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
KAU, SUAMI TERSAYANG
636      435     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
A - Z
2837      975     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Under a Falling Star
912      540     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
HURT ANGEL
153      120     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
HER
570      328     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...