"Hanya dirimu yang menjadi alasan kuat diriku untuk tetap hidup."
********
Dalam perjalanan pulang, Akira yang duduk di kursi depan samping Genandra yang tengah sibuk mengemudikan mobil. Hamparan langit bercorak kuning keemasan terpampang megah di angkasa, cicit-cicit burung-burung kecil yang juga ikut menenangkan suasana sore saat ini. Pemandangan indah itu bisa Akira lihat dengan jelas, melalui kaca depan mobil.
"Ehem, ngomong-ngomong ciuman lo di kening gue tadi ampuh banget lo. Seketika sakit kepala gue langsung hilang, lain kali kalau pusing lagi gue minta tolong ya!" goda Genandra dengan pandangan lurus ke depan.
"Beli aja obat, emang lo pikir gue dukun bisa sembuhin penyakit," balas Akira, sedikit ada rasa penyesalan setelah melakukan hal itu kepada Genandra.
"Nggak ah, kalau ada yang alami ngapain harus beli obat?" sahut Genandra melirik Akira menggunakan ekor matanya, seraya tersenyum kecil. Gadis itu benar-benar menggemaskan.
"Udah fokus aja nyetirnya!" sebal Akira bersedekap dada, namanya juga mantan playboy jadi wajar kalau fasih banget gombalin anak orang.
"Iya siap tuan putri," balas Genandra tak kuat menahan tawa, menggoda Akira sampai dia marah adalah salah satu healing terbaik.
Ketika suasana kembali hening, Akira baru menyadari kalau jalan yang tengah mereka lewati bukanlah arah menuju rumahnya. "Genan, lo nggak salah jalan kan?" bingung Akira.
"Bener kok," balas Genandra sembari menyetir.
"Tapi ini bukan jalan pulang rumah gue."
"Emang, gue mau bawa lo ke suatu tempat dulu sebelum pulang, nggak masalah kan?"
"Kemana?" tanya Akira.
"Ada deh, nanti juga lo bakal tahu. Ini sebagai bentuk ucapan terima kasih gue ke lo, atas hadiah spesial yang sudah lo kasih ke gue," balas Genandra membuat pipi Akira merona merah.
"Hadiah spesial, pantas dibalas sesuatu yang spesial juga."
********
"Sudah sampai," ujar Genandra kepada gadis tersebut, lalu berjalan keluar dari dalam mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Akira.
"Di sini?" bingung Akira mengerenyitkan dahi, tidak ada objek apapun yang dapat dirinya lihat kecuali deretan pagar kayu dan padang rumput.
"Bukan," geleng Genandra, lalu meminta kepada Akira untuk berjalan mengikuti dirinya.
"Tapi di sini," manik mata Akira terbelalak, sebuah hamparan taman bunga matahari bermekaran indah memenuhi lapangan yang luas, terdapat dua buah kincir angin kayu serta sungai kecil yang mengalir jernih.
"Wah," kagum Akira tak mampu memejamkan matanya sedetikpun, sebab takut kehilangan momen berharga tersebut. "Apa ini surga?" sambungnya seolah-olah seperti tengah berada di dunia lain, sama persis seperti cerita-cerita novel yang selalu ia bayangkan selama ini.
"Indah kan?" tanya Genandra berjalan mendekat, dan berdiri di belakang tubuh Akira.
"Banget, lo tahu tempat ini darimana?" balas Akira menoleh.
"Dulu waktu kecil, Bunda gue sering bawa gue main ke sini," jawab Genandra. "Dia bilang tempat ini sangat berharga, siapapun yang datang kemari pasti langsung jatuh cinta, sebab pemandangannya yang menakjubkan," sambung Genandra lalu berjalan beberapa langkah, memetik bunga kecil.
"Oleh karena itu," jedanya, seraya menyelipkan bunga alamanda tersebut di telinga kanan Akira. "Tempat ini cocok untuk perempuan istimewa seperti lo," ucap Genandra lalu mengecup singkat kening Akira.
Sesaat ia bisa merasakan degup jantungnya berhenti, napas Akira terengah, ia berusaha mengontrol perasannya. Ini terlalu tiba-tiba, bahkan Akira belum sempat menyiapkan apapun terutama mental nya! Argh, kenapa Genandra suka sekali memberikan kejutan diluar nalar seperti ini.
"Sekarang kita impas," senyum Genandra menatap lembut sepasang bola mata indah itu. "Apa lo tahu Ra, selama ini gue selalu berusaha menahan perasaan gue. Andai lo tahu kalau setiap harinya keinginan gue untuk memiliki lo seutuhnya selalu bertambah," ungkap Genandra menyemu merah.
"Tapi gue sudah berjanji kepada diri gue sendiri, setelah lulus sekolah nanti gue akan melamar lo. Tunggu gue ya."
"Hm ya, gue sangat menantikannya," balas Akira kembali teringat akan bayang-bayang kematiannya, ia terpaksa tersenyum palsu di hadapan Genandra. Sebab dia tak mau mematahkan harapan laki-laki tersebut.
Tak!
Tiba-tiba Akira mendorong tubuh Genandra ke belakang, sampai membuat anak itu hampir saja kehilangan keseimbangan. "Tapi sebelum itu, tangkap gue kalau bisa!" ledek nya dan berlari menjauh.
"Eh curang! Awas aja kalau ketangkep!" balas Genandra lalu segera mengejar Akira.
"Semoga, semoga saja takdir merestui hubungan kita. Dan mengizinkan gue bernapas lebih lama lagi," batin Akira.