Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Antara Mereka
MENU
About Us  

  Suara ketukan pintu kamar memasuki gendang telinga Mita yang sontak bangun dari tidurnya. "Iya, sebentar!" jawab Mita. Gadis itu duduk di tepi ranjang sebelum membuka pintu kamar. 

  Cklek... 

  Pintu coklat itu terbuka dan menampilkan wanita muda yang mengenakan piyama. Siapa lagi jika bukan Kulani Lekusi? Mama kandung Mita yang berumur 35 tahun. "Mama... Selamat pagi Ma!" ucap Mita memeluk Lani dan menepis rasa kantuk yang masih menyelimutinya. 

  "Selamat pagi juga, anakku! Segeralah turun untuk bersiap sekolah!" jawab Lani disertai perintah yang langsung dilaksanakan Mita. 

  Selang beberapa menit, Mita, Lani dan Miko mengeliling meja makan yang menyajikan beberapa hidangan sarapan. Mita memindahkan sedikit sup ayam ke piringnya yang berisi nasi. Tangan kanannya meraih sendok dan pisau di sudut meja kemudian mulai sarapan. 

  Usai sarapan, Mita kembali ke kamar. Ia duduk di kursi rias sembari menatap cermin yang menampilkan wajah tirusnya. Tangannya meraih beberapa produk perawatan yang kemudian di oleskan ke wajah. Mita kembali turun dengan tas ranselnya. Ia berpamitan pada Lani dan Miko seraya berangkat sekolah. 

  Diantar supir pribadinya, Mita tiba di sekolah pukul 06.13. Ia mengangguk kala bertemu Jaja, satpam sekolahnya yang berdiri di gerbang. Mita segera masuk kelas 9D dan disambut oleh keberadaan Gio dan dua temannya. Gio menempati bangku paling belakang sedangkan dua temannya aaik mengobrol di bangku paling belakang. Seorang cowok yang sedari tadi bersantai di tempat sontak berdiri kala mendapati Mita masuk kelas. Kakinya melangkah mendekati gadia yang baru saja meletakkan tas. "Mita... Ayo keluar!" ajak Gio tak peduli dengan dua insan lain yang sibuk membicarakannya. Cowok itu memang terkenal dingin. Ia bersifat terbuka di depan sahabat dan teman dekatnya saja, seperti Mita. Tidak sedikit orang yang dengki dengan kedekatan Gio dan Mita. Pasalnya, mereka kerap bergurau di depan umum layaknya sepasang kekasih. Mengingat Gio adalah sosok yang setia sehingga memberi keberuntungan bagi Mita yang tak pernah dibuat cemburu olehnya. 

  "Ke mana?" tanya Mita. 

  "Ayolah!" ajak Gio menarik tangan cewek itu hingga ke luar kelas. 

  "Gio... Lepaskan dulu!" pinta Mita memberontak. Gio menuruti permintaan itu. "Kamu mau ajak aku ke mana? Ini masih pagi loh?" tanya Mita. 

  "Tempat favourite kita!" jawab Gio. Wajah cantik Mita pagi ini seolah mengandung magnet yang menarik Gio untuk terus bersamanya. Ya, cowok itu sangat ingin memanfaatkan waktu dengan Mita pagi ini. Tak ayal jika ia mengajaknya ke taman sekolah yang masih sepi. 

  "Ngapain?" tanya Mita. 

  "Kita nikmati udara segar di pagi yang cerah ini!" jawab Gio membuat Mita tertarik. Gadis itu mengangguk sembari tersenyum menyetujui ajakan Gio.

  Taman SMP 02 Garuda menyediakan banyak oksigen untuk dua insan yang kini telah duduk sebangku di sana. Ya, Mita dan Gio. Bangku itu memberi kenyamanan untuk mereka duduk. Minta mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Berbeda dengan Gio yang memfokuskan pandangannya pada wajah cantik sang sahabat. "Dia sangat cantik! Kenapa dia sangat cantik?" batin Gio.

  Semakin lama, Mita sadar bahwa Gio tersenyum ke arahnya. "Apa lihat-lihat?" tanya Mita melempar tatapan horor. Yang ditatap sontak terkejut. Bahunya terangkat mendadak. 

  "Eits... Apaan? Nggak apa-apa!" elak Gio memalingkan wajah dengan senyum malu. Mita menetralkan ekspresi tanda melupakan hal tadi. Namun, rasa aneh terselip di benaknya. Akhir-akhir ini Lio tampak aneh dan banyak membuatnya bingung. Semua tingkah anehnya masih terpampang jelas di benak Mita. Seperti pagi ini, Gio mengajaknya ke taman sekolah. Tempat itu memang favourite mereka. Namun Gio tak biasa mengajaknya ke sana di pagi buta. Hal itu membuat Mita berpikir panjang. 

  Tak ayal jika malam harinya Mita tak keluar kamar. Ia masih memikirkan hal aneh pada diri Gio. Kasur dan bantal yang menjadi penopang tubuhnya saat ini. Netranya menangkap deretan plafon di langit kamar. Pikirannya melayang pada Gio seorang. "Kenapa akhir-akhir ini Gio tampak aneh? Dia sering membahas hal-hal yang nggak biasanya kita bahas dan berlaku aneh pula!" batin Mita. 

                                 ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Bintang-bintang bertaburan di langit. Memancarkan gemerlap cahaya warna-warni yang menghiasi langit malam. Cahayanya tampak indah dari halaman rumah sederhana yang ditempati Gio dan keluarganya. Cowok itu mendudukkan diri di atas butiran pasir halus yang banyak menempel di pakaiannya. Pandangannya beredar pada keindahan langit malam. Namita Lekusi, hanya nama itu yang tersemat di benak Gio. Wajah cantiknya terpampang jelas di sana. Sembari menatap langit, Gio membayangkan kebersamaannya dengan Mita. Seolah meyakinkan alam semesta bahwa ia pantas bersanding dengan cewek itu.

  Di sela hal itu, suara derap langkah memasuki gendang telinga Gio dan membuyarkan lamunannya. Cowok itu beralih atensi pada arah datangnya suara. "Giooo!" teriak seorang gadis saat Gio menatapnya. Berdiri tegak menjadi tingkah pertama yang dilakukan Gio sebelum menghampiri gadis itu. 

  "Mitaaaa!" teriak Gio berlari ke arah Mita. Tak ada yang menyangka bahwa Mita hadir dalam kesendirian Gio. 

  "Gio. Apa kamu kesepian?" tanya Mita tersenyum singkat. 

  "Sekarang udah enggak. Karena ada kamu di sini.... Hehehehe!" jawab Gio tertawa kecil sembari menggenggam tangan. Tatapannya fokus pada gadis berambut lurus di sana. 

  "Ehehehehe... Bisa aja kamu!" respon Mita tertunduk malu. 

  "Hisshh... Gemes deh. Kamu tau aja kalau aku lagi sendiri!" Gio memijat dagu Mita. 

  "Auu.. Sakit Yo!" ringis Mita merasakan tekanan keras di dagunya. 

  "Iyakah? Maaf.. Aku minta maaf!" Gio bergegas memeluk Mita. Kedua tangannya semakin erat menekan tengkuk Mita. Wajah gadia itu tenggelam dalam pelukan Gio yang tak ingin melepasnya. Ia terlanjur nyaman dengan hal itu.

  "Gio.... " teriak Rati, Ibu kandung Gio yang berdiri di ambang pintu rumah. Gio yang sedari tadi melamun pun sontak tersadar. Ia memijat kening lebarnya guna menetralkan pikiran. Ternyata, tingkahnya dengan Mita tadi hanyalah halusinasi. Buktinya Gio masih berdiri sendiri di halaman rumah. Hanya panggilan Rati yang membuatnya masuk rumah. Sambil berjalan, ia memikirkan halusinasinya tadi. Sungguh tak menyangka bahwa dirinya dapat berhalusinasi di malam yang sunyi. 

  Gio menutup pintu kamar lalu meraih handphone di nakas. Digesernya layar handphone yang menampakkan banyak aplikasi. Termasuk whatsapp yang ia gunakan untuk mengirim pesan pada Mita. 

                                  ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

  Mita yang sedari tadi hanya terbaring, kini sontak beralih mengambil handphone yang berdering menampakkan sebuah pesan dari Gio. 

  Gio : Mita. What's are you doing? 

  Dengan senang hati Mita menggerakkan jemari guna mengetik. 

  Mita : Aku lagi bersantai di kamar. 

  Mita kembali mematikan handphone kala sang Mama memintanya untuk ke lantai 1. Ia segera turun dari ranjang untuk menuruti perintah Lani. 

  "Ada apa Ma?" tanya Mita tiba di lantai 1. "Makan malam dulu!" jawab Lani berjalan ke ruang makan. 

  "Iya Ma!" Mita lanjut berjalan mengikuti sang Mama. Netranya menangkap keberadaan Miko yang telah menempati kursi makan. Mita ikut duduk dengan kedua orang tuanya. Beberapa hidangan makan malam telah mengisi meja dan siap untuk disantap.

  Mita kembali ke kamar usai makan malam. Tangan kanannya meraih benda pipih yang ia letakkan di ranjang. Kakinya berjalan ke balkon. Mita menempati kursi putih yang menghadap suasana luar. Dengan kaki bersilang, Mita menikmati malam sembari bermain handphone. Ia memeriksa whatsapp yang berisi 10 panggilan vidio dari Gio. Sepasang mata Mita terbelalak seketika. Napasnya memburu menatap angka sepuluh di samping tulisan 'panggilan'. Dan yang paling mencemaskan ialah nama Gio yang tertera di bawah. Dia tak biasa melakukan itu padanya. Sontak Mita cemas dengan banyaknya hal negatif yang berhamburan di benaknya. Apakah cowok itu tengah butuh pertolongannya? Tak ingin lama lagi, Mita mengirim pesan pada Gio. 

  Mita : Gio. Kamu kenapa? Ada apa?

  Ia menantikan respon dari Gio sembari melepas pandang pada deretan bangunan yang berdiri di kota Jakarta itu. Tampak cahaya bintang yang gemerlapan di atasnya. Sungguh indah malam yang temaram itu. Sinar rembulan memancar hingga ke bumi, bersatu dengan cahaya lampu di setiap sudut kota yang menyinari luasnya Jakarta hingga tampak sangat indah. 

  Thing.... 

  Atensi Mita kembali beralih pada layar handphone-nya yang menampakkan balasan dari Gio. 

  Gio : Nggak apa-apa. Lagi kangen aja sama kamu! 

  Sudut bibir Mita terangkat membacanya. Dengan senang hati ia memberi respon. 

  Mita : Cih... Apaan, orang besok aja ketemu di sekolahan, ngapain kangen, coba? Xixixixixi

  Gio : Ya namanya orang kangen... 

  Mita sangat senang dibuatnya. Hanya Gio orang yang pertama kali mengungkapkan kerinduan padanya. Dua tahun bersahabat dengan Gio, barulah kini cowok itu mengungkapkan kerinduannya. Tidak relevan, namun kenyataan. 

  Mita : Hem... Iya deh, terserah kamu.

  Mita mengakhiri obrolan online-nya. Ia kembali ke kamar lalu menatap jam dinding yang menunjuk pukul 20.31. Mengingat besok bukanlah hari libur, Mita memutuskan untuk segera tidur.

  ****

  Pukul 06.15, Mita telah menempati bangku kelasnya. Teman sebangkunya yang bernama Fisa Neima Putri menjadi teman bicara pagi ini. "Sumpah, aku penasaran deh. Bagaimana kamu bisa bersahabat dengan cowok dingin itu?" tanya Fisa menghadap Mita yang menatap deretan lantai. Mita menceritakan awal pertemuannya dengan Lio hingga menjadi sahabat. "Waw.... Amazing, kamu adalah orang yang beruntung. Padahal di luar sana banyak yang menyukai Gio dan kamulah pemenangnya!" ujar Fisa mengukir senyum dengan gigi ratanya. 

  "Kita hanya sahabat tidak lebih!" jawab Mita menatap Fisa. 

  "Kata orang-orang, tidak ada persahabatan antara cewek dan cowok tanpa didasari suatu perasaan!" jelas Fisa. Mita terkejut mendengar itu. Matanya terbelalak seketika. Ucapan Gio beberapa waktu lalu terlintas di benaknya. 

  "Tapi bagiku, kamu lebih dari sahabatku!"

  Mita menghela napas guna mencegah prasangka-prasangka aneh yang mungkin timbul di benaknya. "Sudahlah, aku tidak ingin berpikir macam-macam! Intinya kita hanya sahabatan!" jawab Mita membuat Fisa kehabisan kata. 

  "Em... Ya sudahlah. Kalau gitu aku mau keluar, apa kamu mau ikut?" Mita menggeleng. "Oke... Bye!" Dengan ekspresi datar, Mita menatap Fisa yang menjauh. 

  Semangat Mita mulai turun. Mengingat jam dinding yang telah menunjuk pukul 06.25 dan Gio tak kunjung menampakkan diri. Bahkan, tasnya pun tidak ada di bangku. Sontak hal itu membuatnya cemas. Apakah dia tidak masuk sekolah hari ini? Jika benar, apa alasannya? Tak ingin berlama di kelas, Mita pun keluar dan mengambil duduk di depan kelas. Tujuannya tak lain hanyalah menunggu kedatangan Gio yang selalu menemaninya. Jika dia tidak ada, semua terasa beda. 

  "Jam pertama akan dimulai dalam 10 menit."

  Tak terasa, setengah jam sudah Mita menyendiri. Dan sekarang, ia berdiri usai mendengar kalimat tersebut. Ia berbaris dengan teman-temannya sebelum mulai pelajaran.

  Mita memasuki kelas 9D dengan wajah murung. Sahabat sejatinya tidak masuk hari ini. Dan ia tak tahu alasannya. Cowok itu tidak memberi kabar untuknya. Lantas, ke mana dia? 

  "Mita, mengapa kamu murung?" tanya Fisa yang telah duduk di sampingnya. Mita hanya menggeleng pelan. "Apakah karena Gio tidak masuk hari ini?" Mita mengangguk. Bibirnya mengerucut, wajahnya tampak layu bak orang bangun tidur. "Apa kamu tidak tahu alasannya?" 

  "Iya, aku tidak tahu. Karena dia tidak memberi tahu!" jawab Mita. Entah mengapa, semua terasa sunyi tanpa Gio. Awalnya, Mita memiliki semangat yang membara guna menjalani hari. Namun, kini telah pudar mengingat ketidakhadiran Gio di sekolah. Tak ada yang tahu alasan Gio tersebut hingga membuatnya sangat penasaran. Teringin Mita mendatangi rumah Gio sekarang untuk sekedar mengetahui kabar. Namun, itu angan semata. Mengingat Bu Guru telah siap memberi ilmu di depan sehingga Mita hanya terdiam lesu memikirkan cowok itu. Obrolannya di whatsapp masih baik-baik saja. Tak ada tanda yang menunjukkan kondisi kurang baiknya. Lagipula, Lio tak memberi kabar. 

  "Sudahlah jangan terlalu kau pikirkan! Fokuslah pada pembelajaran!" tutur Fisa mengusap lembut bahu Mita.

  *****

  Tak terasa waktu istirahat tiba. Semua siswa-siswi SMP 02 Pancasila berhamburan keluar kelas kecuali Mita yang masih setia duduk di kelas. Ia menggeletakkan kepala di meja. Matanya terpejam dengan sebuah pertanyaan. "Gio di mana ya? Kenapa dia tidak masuk sekolah?" tanya Mita dalam hati. 

  "Mita, ayo keluar, jangan berdiam diri terus!" ajak Fisa. Mita pun berdiri. Meski tak memberi jawaban, namun ia mengikuti langkah Fisa. 

  Dengan malas, Mita tiba di kantin. Hal itu ia lakukan sebab tak ingin larut dalam kesendirian. "Kamu mau beli apa?" tanya Fisa mendapat gelengan dari Mita. Sungguh, ia malas melakukan apapun hari ini. Termasuk makan. Mita memilih duduk diam sambil mendengarkan keramaian siswa-siswi di sana. "Mita! Ngomong dong, jangan diam aja!" pinta Fisa lelah mengamati kemalasan Mita. 

  "Hem.. Iya!" jawab Mita pelan. 

  "Kalau kamu beneran nggak mau beli. Ya sudah deh, aku mau pesen bakso sendiri!" ucap Fisa diikuti langkahnya menuju tempat pemesanan.

  Di tengah kesendiriannya itu, terbesit sebuah keinginan di benak Mita. Ia ingin pulang sekarang. Ingin sekali rasanya untuk menelfon Gio dan menanyakan alasannya tidak masuk sekolah. Namun tidak bisa. Jam dinding masih menunjuk pukul 09.40 sedangkan 13.50 adalah jam pulangnya. Masih terlalu lama. Mita ingin berteriak sekarang. Teringin ia mengungkapkan kegundahan hatinya.

  "Ini bakso aku. Enak banget kan, Mit, serius kamu nggak mau beli?" Fisa datang membawa semangkok bakso. 

  "Aku sangat malas hari ini!" jawab Mita menormalkan posisi duduk.

  "Hemmm... Terserah kamu deh Mit. Aku kehabisan cara untuk membuatmu ceria!" ungkap Fisa seraya memakan bakso. Mita hanya diam. Untuk bicara saja, ia malas apalagi melakukan aktivitas. Mita segera kembali ke kelas usai menemani Fisa makan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Semu, Nawasena
9990      3133     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Putaran Waktu
988      622     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
12343      1215     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
Peri Untuk Ale
5689      2329     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
Singlelillah
1327      638     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
My Rival Was Crazy
139      122     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
Dunia Sasha
6667      2216     1     
Romance
Fase baru kehidupan dimulai ketika Raisa Kamila sepenuhnya lepas dari seragam putih abu-abu di usianya yang ke-17 tahun. Fase baru mempertemukannya pada sosok Aran Dinata, Cinta Pertama yang manis dan Keisha Amanda Westring, gadis hedonisme pengidap gangguan kepribadian antisosial yang kerap kali berniat menghancurkan hidupnya. Takdir tak pernah salah menempatkan pemerannya. Ketiganya memiliki ...
Warisan Kekasih
1068      703     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Cinta Wanita S2
7293      1825     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
9888      2230     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...