Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bajak Darat
MENU
About Us  

Matahari menyorot di ufuk timur Laut Maritimur. 

Pelabuhan Marisini mulai bangun sejak terdengarnya suara kicauan dan kaokan burung camar. Deburan ombak dan air laut yang menyisir pasir di pantai memecahkan kebekuan pagi yang menyisakan embun-embun di waring yang belum selesai dianyam. 

Sebuah perahu boat patroli tampak menderu dari pantai.

Di kejauhan, sebuah perahu dengan mulut penyok terantuk di sebuah atol. Perahu itu masih mengapung, tapi layarnya patah, tak bisa digerakkan sejak mesinnya meledak. Seekor burung camar bertengger di atas puncak tiang bendera-bendera berbagai jenis negara yang berkibar bebas di udara. Bendera-bendera itu, bukan oleh-oleh dari negara-negara yang pernah mereka kunjungi, tapi bendera-bendera negara tim football favorit mereka.

Dalam jubah tebal mirip emperor Spanyol, Goen Doel, bajak laut kawakan berusia 46 tahun berbisik pada burung gagak hitam di atas pundak. “Mereka datang…” 

Angin berhembus sepoy-sepoy, akan tetapi, si Goen Doel perlu membetulkan letak topinya yang miring itu, sebab capingnya menampar-nampar di kening. Ia lalu mengaduh keras, membuat dua orang anak buah kapal, kembar siam, Bot Takin dengan Piet Takin yang sedang berlutut di bawah kakinya terpental sejauh dua meter.

Shit, shit! Shit! Hampir aja gue ngait bola mata gue sendiri sama tangan kait sialan ini!”

Bot Takin dan Piet Takin menepuk dada mereka sambil terengah-engah kaget. 

“Astaganaga, kirain ada ape…”

“Kirain ada ape, lu bilang! Ya emang, ada aja sejak kaki tangan gue sendiri bikin kaki tangan gue buntung kayak begini!” sambar Goen Doel dengan cepat.

Keduanya, si Bot Takin dan si Piet Takin terperangah, kurang ngerti, mencoba menyerap artikulasinya Boss mereka itu. Si Goen Doel, mengacungkan tangan dan kakinya yang buntung sambil melotot kesal. Barulah kedua kaki tangannya itu mengerti.

“Makanya, Bos… Kalau mau garuk-garuk kepala, minta tangannya si Piet Takin aje…”

“Hush!” kata si Piet Takin, pantatnya loncat lagi. “Sembarangan aja! Kalau gue kasih, nih tangan kagak bakal bisa balik lagi! Istilahnya yang bener itu minjem!”

“Sejak kapan lo peduli sama artikulasi?”

“Sej…sejak…,” kata si Piet tergagap, tak menyelesaikan ucapannya. Ia melirik pada kaki Boss mereka yang timpang dan masih berdarah-darah itu ditopang dengan kayu potongan tiang bendera yang patah. “Y…ya, sejak…”

“Bilang aja, sejak elo berdua kagak punya mata!” bentak si Goen Doel.

“Yah, bukannya ente, Boss yang mestinya nutup sebelah, tuh punya mata? Biasa, kan bajak laut pada begitu?!”

“Kalau kaki tangan gue aja udah nggak punya mata, masak gue harus tutup sebelah mata gue? Janggut gue aja udah bikin mata gue kabur kalau lagi angin gede, sekarang kalian tambah lagi masalah gue sama janggut gue! Apa salahnya kalau gue berjanggut?”

Sadar dengan kesalahan apa yang dimaksud, keduanya memasang wajah masam. Walau begitu, mereka masih tidak menerima disalahkan. Si Goen Doel mengangkat dagunya yang berjanggut itu dengan gagah, menatap boat yang mulai mendekat.

“Ya, nggak salah, Boss… Sama, kite juga…” Keduanya merengut, lalu saling mencibir satu sama lain, di luar sepengetahuan Boss mereka itu. Keduanya kembali mingkem, saat si Goen Doel berbalik.

“Ingat!” Si Goed Doel menodongkan telunjuknya. “Nggak ada satupun dari kalian yang boleh buka mulut soal kecelakaan itu!” 

“Rahasia Boss aman, deh ama kita!”

“Aman, aman… Koq, malah gue yang harus ngaminin? Udah! Benerin lagi, tuh kaki gue!” bentak si Goen Doel.

Kedua kaki tangan itu mendekat ke kaki si bajak laut dengan patuh menyelesaikan balutan yang tadi mereka kerjakan. Beres menalikan perban, mereka bangkit, berdiri di samping si Boss, menatap kedatangan boat patroli yang semakin mendekat.

“Ini bukan nasib bajak kayak gue dapat cacat dengan cara begini…,” kata si Goen Doel menggeram. Rupanya, dia belum selesai mencurahkan hatinya.

“Bukannya kebalik, Boss?” kata si Bot Takin, bingung.

“Kebalik apaan, maksud lo?” kata si Goen Doel, tanpa menoleh.

Si Piet Takin berusaha membenarkan, dengan membetulkan ucapan si Bot. Jari telunjuknya bergerak-gerak ragu, mulutnya monyong, mencoba mengartikulasikan ucapan yang benar. “Ini… Harusnya... Bukan cara bajak kayak Boss dapat nasib cacat kayak begini.”

Si Goen Doel, menoleh perlahan ke arah si Piet, siap menyemprot lagi. Si Piet udah keburu mengkerut kayak setan kena siraman rohani. 

“Ah, sotoy, lo pade!” kata si Goen Doel menepis jari telunjuk si Piet. “Ini skenario gue, layar lebar hidup gue, gue yang jalani, jadi gue yang bikin sendiri!”

Si Goen Doel menoyor anak buahnya satu per satu. 

Dari kejauhan, motor boat itu sudah dimatikan. Dengan menukik ke samping kiri, pantat boat itu digoyang ke kanan. Boat berhenti, langsung merapat pada perahu yang nyaris karam.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Past or The Future
460      366     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Tembak, Jangan?
263      220     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
The Bet
17396      2736     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
V'Stars'
1508      692     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
With You
2634      989     1     
Fan Fiction
Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, cool, dan ga bikin bosen. Bahkan kalau dilihat terus-terusan bikin tambah sayang. Bahkan perempuan seperti Karina yang tidak pernah tertarik dengan laki-laki sebelum...
START
315      213     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Will Gates
1250      745     7     
Short Story
Persamaan Danang dan Will Gates: Sama-sama didrop-out dari sekolah. Apa itu artinya, Danang bisa masuk ke dalam daftar salah satu dari 100 orang terkaya di dunia versi majalah Corbes?
MALAM DALAM PELUKAN
642      462     3     
Humor
Apakah warna cinta, merah seperti kilauannya ataukah gelap seperti kehilangannya ?
C L U E L E S S
751      542     5     
Short Story
Clueless about your talent? Well you are not alone!
Langit Jingga
2802      992     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -