Alana tak bisa tidur, setiap kali merebahkan tubuh ke kanan dan ke kiri matanya tetap terbuka lebar. Ia juga melirik jam dinding yang ada di depannya. Ia memegangi dahinya yang semakin terasa sakit, akibat beban pikiran yang tak henti-henti menekannya mengenai keadaan Suster Luna dan juga sahabat pocongnya itu.
Tiap menit dan detik ia selalu berdoa, semoga keadaan mereka baik-baik saja. Dikarenakan hampir 3 jam berlalu setelah mereka meninggalkan rumah sakit ini.
Detak jantung Alana semakin cepat, ia tak bisa berpikir jernih apalagi Poci sempat mengatakan jika kekasih dari arwah Clara itu mungkin saja adalah pembunuh berdarah dingin.
Semua gerak-gerik David yang tidak Alana ketahui, menjadi momok yang membuat wanita ini semakin tak bisa berpikir.
Bagaikan dikurung dalam sebuah ruangan yang begitu gelap dan sempit, segala spekulasi yang terlontar dalam benak gadis berusia 23 tahun ini tak mampu ia susun. Masih abu-abu tak terlihat titik terang atau benang merahnya sedikit pun.
Sebelumnya Poci tak pernah bercerita mengenai dirinya pernah ke portal dimensi yang dibuat oleh arwah Clara. Pocong nyentrik itu hanya ingin memendam sendiri saja, dan membiarkan fakta yang bergerak.
“Poci kamu di mana?” geram Alana yang tak henti-henti mengharapkan kehadiran sahabat pocong itu untuk segera menemuinya.
“Suster Luna, Anda baik-baik saja kan? Semoga tidak ada kejadian apa pun menimpa kalian berdua.”
Alana memegangi dadanya yang semakin tak teratur dalam pernapasan. Pikiran-pikiran negatif yang sejak tadi menghantuinya membuat wanita ini semakin tertekan.
Tok! Tok!
Terdengar ada yang mengetok pintu ruangan Alana. Sontak netra mata wanita ini mengembang, dan ia bangkit dari rebahan, lalu kini ia memposisikan tubuhnya untuk duduk secara perlahan.
“Iya, siapa?”
Pintu ruangan bergerak, sebentar lagi Alana melihat siapa yang mengetok pintu ruangannya.
Pertama ia melihat Poci dengan wajah lelah melangkah ke dalam. Padahal pocong itu bisa saja melewati tembok tanpa menunggu kedua orang yang ada di belakangnya membuka pintu.
Tentu saja melihat sahabatnya kembali, Alana berteriak bahagia, “Poci ....”
Secara repleks Poci meletakkan telunjuknya di mulut, seakan mengisyaratkan Alana untuk tidak berteriak apalagi memanggil namanya dengan begitu keras.
Alana segera menurunkan niatnya, tidak lagi berteriak dan sedikit terkejut akan kehadiran Suster Luna yang berbarengan dengan David Raharja.
Namun, di satu sisi ia pun gembira melihat keadaan Suster Luna yang baik-baik saja. Artinya segala spekulasi dan kecurigaan yang Poci lontarkan salah. Buktinya David dan Luna menemuinya dengan keadaan yang tak ada kurangnya satu pun.
“Suster Luna dan Pak David?”
Melihat wanita itu sedikit bingung, David langsung menundukkan kepala sembari memberi hormat kepada Alana.
“Mbak Alana, maaf karena sudah membuat Anda bingung. Suster Luna sudah bercerita tadi sewaktu kami menuju ke sini. Ia bercerita mengenai alasan dirinya mengikuti saya.”
Alana menutup mulutnya, karena semua arahan itu adalah pesuruhnya. Wanita ini mengira, pasti David sangat tak menyukai hal itu. Siapa sih yang tidak kesal jika dibuntuti tanpa sepengetahuan. Sama saja semua tindakan itu seperti menandakan orang tersebut memiliki sebuah kejahatan, sampai ada yang mengikutinya dalam diam.
“Oh, itu karena ...,”
“Karena Anda mencurigai saya? Atau ingin mengetahui kasus kematian Clara?” David langsung memotong ucapan Alana, ia seperti tahu apa isi di dalam benak gadis ini.
David dan Luna kini duduk dengan posisi yang berdekatan, serta Alana masih di bed lalu Poci ada di samping sahabatnya.
Terlihat pria dewasa itu tak mampu menceritakan sebuah rahasia yang sebenarnya ingin ia pendam. Ia menunduk dan kemudian sedikit mengangkat wajahnya sembari menghela napas berat sebelum ingin menceritakan segala hal terkait detik-detik Clara meninggalkan dunia ini.
Pada saat Alana ke portal dimensi Clara. David merasa bersalah jika kekasihnya berusaha untuk mengakhiri hidupnya, dikarenakan pesan yang ia kirim melalui whatsapp. Kendatipun semua yang ia lakukan hanyalah kebohongan.
Posisi David begitu sulit. Di satu sisi ia harus menuruti apa yang diperintahkan oleh orang tuanya mengenai calon istri. Orang tua David sama sekali tak menyetujui kisah cinta putra tunggal yang akan mewarisi perusahaan raksasa milik keluarga. Mereka tak ingin putranya menikah hanya dengan gadis sederhana seperti Clara.
David mengetahui segala upaya ibunya yang ingin memisahkan dirinya dengan Clara. Pada suatu ketika, ia mendengar ibunya menyewa pembunuh bayaran.
“Datangi gadis miskin itu ke rumahnya dan ancam dia. Suruh dia jangan lagi mendekati putra saya!”
Karena David benar tahu, sifat ibunya yang melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia mau. David memutuskan berbicara dan mencium kaki sang ibunda.
“Mah, tolong jangan pernah menyentuh gadis yang sangat aku cintai. Aku sangat menyayanginya, Mah. Jika memang ini yang Mamah mau, tolong lepaskan dia. Aku berjanji akan menuruti apa yang Mamah inginkan.”
Keesokan harinya, Clara tiba-tiba memutuskan hubungan secara sepihak. David tak ingin memperpanjang, meski ia tahu kekasihnya itu masih sangat mencintainya. Clara melakukannya karena ia diancam akan dibunuh oleh kedua orang yang tak dikenal.
David pun sudah mengetahui hal itu. Meski sakit, pria ini memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan yang pastinya akan menyakiti sang kekasih.
Namun, David sudah memiliki firasat sebelumnya. Maka dari itu ia mengirim pesan tersebut di dekat rumah Clara. Benar saja sang kekasih melakukan tindakan yang di luar perkiraannya.
Penyesalan menyelimuti pikiran pria yang tak berdaya ini. Ia hanya ingin terlahir dari keluarga biasa saja, agar ia bebas memilih tujuan hidupnya apalagi terkait memilih calon pasangan hidup. Bahkan parahnya David sempat berpikir dirinya ingin menjadi anak yatim-piatu, agar ia bisa bebas memilih kehidupan, tanpa diatur oleh orang tua semacam orang tuanya saat ini.
Hidup bergelimang harta, tapi penuh dengan kesengsaraan. Semua itu tidak akan ada yang mau. Terkadang masih saja ada manusia yang membanding-bandingkan kehidupan, yang belum saja indah dari penglihatan semata.
Clara dinyatakan selamat oleh dokter, ia hanya perlu istirahat dalam waktu beberapa hari. Di saat kegundahan itu pun David berjanji kepada kekasihnya.
“Clara, aku akan tetap berada di sisimu bagaimanapun juga. Seharusnya sebagai pria yang memiliki cinta tulus kepadamu, aku bisa menyelamatkanmu. Bukan menghindari masalah seperti ini. Memang aku sangat menyayangi dan menghormati kedua orang tuaku, tapi mereka sudah sangat keterlaluan mengenai diriku yang hanya dijadikan boneka tak berperasaan. Meskipun kita tidak bisa bersama di kehidupan ini, aku bersumpah kita akan bersama setelah kematian kita berdua!”
Sudah tidak ada jalan keluar lagi bagi David dan Clara. Jika dilanjutkan semuanya akan tetap sama. Clara akan terbunuh oleh pembunuh bayaran sang ibunda, sedangkan David akan hidup seperti mayat hidup tanpa makna yang berarti.
Bagi pria ini yang terbaik adalah mengakhiri hidup secara bersama, agar mereka dapat hidup bersama di alam baka.
Pada suatu malam mereka menuju ke Laut Biru. David tahu di sana adalah lautan yang memiliki ombak begitu besar. Ia sudah memikirkan begitu matang, jika mereka menenggelamkan diri pastinya akan hanyut begitu saja.
Namun, tak disangka mereka sedang dibuntuti oleh seseorang.
Seorang wanita yang sudah menyediakan air berbahan kimia begitu keras. Ia mengikuti kedua sepasang kekasih itu tanpa disadari.
Saat Poci berada di portal ini, pocong itu tak sadar ternyata ada seseorang juga yang mengintai sepasang kekasih itu.
Pocong tersebut hanya fokus berteriak untuk memastikan mereka tidak melakukan tindakan yang gegabah.
Wanita bernama Jesika begitu muak dengan apa yang sudah dilihatnya saat ini. Ia menggelengkan kepala sembari menaikkan sudut bibirnya, melontarkan kalimat penuh cacian terhadap pasangan itu.
“Bodoh! Kalian benar-benar pasangan yang sangat serasi, sama bodohnya! David pria malang yang sangat bucin dengan wanita miskin. Dan Clara wanita miskin yang mengharapkan kisah bak cerita disney yang berakhir bahagia bersama pangeran kaya raya. Bodoh ... bodoh .... Kalian hanyalah manusia yang mementingkan perasaan bodoh! Jika saja aku tidak ingin merebut harta dari keluarga Raharja dan menghancurkan keluarga jahat itu, aku akan membiarkan putra tunggalnya bersemayam di laut lepas bersama kekasihnya!”
Saat David dan Clara sudah tekad melakukan hal tersebut, Jesika dengan lihai pelan-pelan melangkahkan kakinya. Ketika ombak besar ingin menenggelamkan mereka, dengan cepat Jesika melepas tangan David yang menggenggam erat tangan Clara.
Lalu wanita kejam itu menuangkan air kimia berbahan keras ke wajah kekasih David. Clara berteriak kencang karena kesakitan.
Karena jarak pandang David yang tak memadai akibat suasana gelap, serta ia memiliki penglihatan minus. Ia hanya bisa berusaha mencari Clara, tapi wanita itu sudah tak lagi digenggamnya.
Saat itu Jesika bak malaikat penolong. Ia memanipulasi keadaan, berusaha menarik tangan David yang kehilangan keseimbangan karena ombak yang menerjang.
“David, kamu tidak apa-apa?”
Mereka lolos oleh amukan ombak Laut Biru. Mata David memerah, dengan wajah yang kebingungan dan berusaha mencari kekasihnya yang kini entah di mana.
“Clara! Clara di mana kamu?” teriak kencang yang terus berulang membuat David frustasi.
Jesika berusaha memeluk pria itu dengan erat, ia bertindak seakan ingin menenangkan pria ini. “Sudah ... Clara sudah tidak ada, David. Kamu harus mengiklaskannya.”
“Kenapa kamu menyelamatkanku?” David mendorong tubuh Jesika dan berteriak kepadanya.
Tak henti ia mencari Clara berharap kekasihnya itu selamat sama seperti dirinya. Namun, naas David melihat kondisi kekasihnya dalam keadaan yang begitu mengenaskan beberapa jam kemudian di tepi pantai berjarak cukup jauh dari tempatnya kini.
Pada malam itu juga, David membawa jazad Clara yang sudah meninggalkan dunia. Sewaktu diselidiki dan diotopsi, dokter mengatakan bahwasanya sebelum meninggal wajah Clara terkena cairan air keras yang dapat menghancurkan wajahnya.
Saat itu juga, David membayar dan mengerahkan penyelidikan penuh terkait siapa yang memberikan air keras itu. Namun, karena sudah bercampur dengan air laut dan tidak ditemukan bukti sama sekali. Membuat sulit untuk menemukan siapa orangnya yang tega melakukan hal itu.
David tidak langsung menuduh Jesika, karena pada dasarnya pria ini tak memiliki kecurigaan sama sekali kepada wanita yang akan dijodohkan dengan kedua orang tuanya.
Jika dipikir dengan logika, tidak ada siapa pun lagi selain dirinya dan juga Jesika pada saat kejadian itu.
David memiliki sebuah rencana yang gila terkait dirinya dan juga Jesika, pada saat diacara pernikahan.
“Saya ingin menembak Jesika saat acara pernikahan di depan kedua orang tua saya, dan saya juga akan mengakhiri hidup dengan cara yang sama,” ucap David yang lemas setelah menceritakan semua kejadian terkait kematian kekasih tercintanya.
Deruan air mata mengalir. Karena ia benar-benar tertekan dalam kondisi ini.
“Kenapa Anda ingin melakukan itu, Pak?” tanya Alana penuh penasaran.
“Bayangkan saja. Siapa lagi yang menyiram wajah Clara menggunakan air keras selain Jesika? Dia juga harus merasakan hal itu. Saya ingin orang tua yang sangat saya hormati itu juga melihat kejadian tragis tersebut. Orang tua yang katanya menyayangi putranya, sampai membuat putra satu-satunya ini memiliki pikiran gila!”
“Tapi semua itu akan menghancurkan hidup Anda, Pak. Dan tentu saja arwah kekasih Anda semakin tidak tenang,” desis Alana yang tentunya tak menyetujui tindakan liar David.
Poci mengangguk dan dibarengi oleh Suster Luna.
David menyeka air matanya, lalu ia sedikit memaksakan tersenyum simpul. Ia mengangguk, seakan menyetujui apa yang dikatakan oleh Alana.
“Betul sekali. Clara pasti tidak akan setuju dengan rencana gila saya itu. Dan saja juga sudah memutuskan untuk menindak lanjuti kasus ini dan saya akan buka kasus ini kembali untuk diselesaikan di kepolisian.”
Pikiran dan rencana David yang sempat membuat semua merinding jika dibayangkan itu, kini dihempas. Dikarenakan beberapa waktu lalu ia bertemu dengan arwah kekasihnya, yang meminta semuanya harus dilakukan secara hukum berdasar.
David tidak akan melepaskan Jesika, ia pun mengerahkan orang kepercayaannya untuk mencari tahu seluk-beluk keluarga wanita itu.
Bersambung.