Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari.
Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar b...Read More >>"> The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO) (21. Pengagum Rahasia?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Pria dengan tinggi yang berbeda dengan wanita berseragam suster itu hanya memiringkan kepalanya, sudah hampir lima menit mereka tak bertaut sama sekali. Dokter tampan itu membiarkan semuanya terjadi, ia sengaja memberikan sela kepada rekan kerjanya untuk berpikir terlebih dahulu.

 

Namun, pertanyaannya sejak tadi tak kunjung dijawab oleh wanita yang keringat dingin, seperti ingin dilamar ini. Alis dokter muda itu diangkat dan ia membentuk bulan sabit di bibirnya. Memberikan Luna senyuman yang begitu hangat.

 

Entah apa yang kini dipikirkan oleh wanita itu, ia sudah sejak lama kagum dengan pria yang memiliki kepedulian penuh dengan semua orang. Termasuk dirinya, sehingga Luna tak dapat mengontrol perasaannya terhadap pria pemilik senyum manis ini. Meskipun pria tersebut tak pernah melihatkan gerak-gerik lebih, selain hanya sebatas rekan kerja saja.

 

“Sus, keringatmu semakin banyak mengalir. Apakah udaranya sangat panas ya,” geram Arka terhenti, ia sekelibat menatap langit yang terlihat mendung. Lalu ia pun melanjutkan percakapannya, “Padahal udaranya sangat sejuk, mungkin saja akan turun hujan. Atau kamu sedang sakit, Sus?”

 

Gerak refleks punggung tangan Arka menyentuh dahi wanita yang terlihat terdiam bagaikan patung. Manik mata Luna mengembang, jantungnya semakin kencang berdetak. Baru kali ini mereka berbicara secara intens. Biasanya mereka hanya berhadapan sebentar dan membicarakan mengenai rumah sakit atau pasien.

 

Tapi sekarang berbeda, Arka seperti mengintimidasi Luna untuk segera mengatakan perasaan yang dimilikinya.

 

Sekuat hati Luna untuk mengangkat wajahnya, tapi tidak bisa. Ia harus bertahan demi mengumpulkan keberanian menatap mata indah pria yang ia kagumi tersebut.

 

Dalam benaknya mengeram, ‘Lun, jangan sampai terbawa perasaan. Ingat dia adalah orang yang tahu tentang kematian kakakmu di rumah sakit ini!’

 

Seketika setelah ia menelan ludah untuk menahan ekspresi wajahnya itu terhadap sang dokter, ia hanya tersenyum datar dan mengatakan dengan kata-kata singkat. “Kemarin saya hanya terkejut saja, Dok.”

 

Melihat tatapan susternya itu langsung berpaling, Arka segera sadar ia tak ingin menelisik jawaban personal yang mungkin masih terpendam di lubuk hati wanita ayu ini.

 

Dokter tampan tersebut hanya mengangguk, dan memberikan sedikit senyuman sebatas rekan kerja.

 

Tapi apa maksudnya dengan Arka adalah seseorang yang mengetahui kematian kakak Suster Luna? Apakah Arka pernah melakukan pembunuhan terdahulu?

 

Semua dipenuhi akan teka-teki yang begitu membingungkan.

 

Glek!

 

Ganggang pintu ruangan mawar bergerak, sepertinya ada orang yang akan masuk. Ya, tidak lain lagi yang akan masuk Dokter Arka dan Suster Luna.

 

Entah mengapa, Alana belum ingin bertemu dengan mereka. Ia memutuskan untuk pura-pura terlihat masih belum tersadar, setelah kejadian kemarin malam.

 

“Poci, nanti bilang ya kalau aku pura-pura masih pingsan,” bisik Alana kepada sahabatnya yang memasang wajah sangar itu.

 

Makhluk yang tiada hari tak beradu argumen itu dengan sahabat manusianya hanya bisa menggelengkan kepala. Ia berpikir, temannya itu sangat polos dan hatinya baik. Makanya ia sering mendapatkan kekecewaan di dunia ini, apalagi terakhir ia dikhianati oleh sang kekasih.

 

Kini kedua penanggung jawab Alana berdiri tepat di depan pasiennya, mereka melihat wanita itu terlentang tak berdaya.

 

Namun, Arka menyempitkan bola matanya karena melihat gerakan pada gestur tubuh wanita yang sedang tertidur tersebut. Serta bola matanya seperti bergerak-gerak.

 

Itu karena akibat Poci, yang sengaja mengeraskan suaranya kepada Arka dan Luna. “Bapak Dokter yang terhormat dan Ibu Suster yang Alana sayangi, sebenarnya Alana sedang berpura-pura pingsan. Begitulah yang diucapkannya kepada saya untuk disampaikan kepada Anda-Anda semua.”

 

Sontak Alana begitu murka seperti setan kesurupan dalam tidur pura-puranya itu. Ia hendak mengeluarkan sumpatan kepada sahabatnya melalui telepati, ‘Hey Poci, kenapa kamu mengatakan hal itu. Sebagai seorang sahabat seharusnya kamu membantuku!'

 

Poci langsung bersaut, “Loh, kenapa kamu malah menyalahkanku Alana. Bukannya kamu bilang tadi, mengenai kamu akan pura-pura pingsan dan tolong beritahu kepada kedua orang ini? Hah, usiamu masih muda tapi kamu begitu pikun Alana ... Alana. Lagian tindakanmu sudah salah, berbohong. Tidak ada yang membenarkan bohong itu demi kebaikan.” Sosok itu menggelengkan kepalanya.

 

Lagi-lagi Alana menggerakkan tubuhnya, itu diperhatikan oleh Arka. Ingin rasanya wanita ini bergelut adu jotos dengan sahabat hantunya itu, tapi sayang ia harus menjaga agar tetap terlihat seperti orang yang belum tersadar dari pingsannya.

 

Namun, “Hmm! Mbak Alana, apakah Anda bisa mendengar suara saya?”

 

Hal ini membuat Alana terkejut, dan menggerutu, ‘Kenapa Dokter Arka mengetahui kebohonganku?’

 

Seakan mengetahui pertanyaan dalam lubuk hati pasiennya. “Mbak Alana, apakah Anda ingin membohongi orang medis? Saya sudah tahu, jika Anda telah tersadar. Ayo bangunlah, dan minum obat yang saya bawa ini agar Anda lebih baik.”

 

Hihi!

 

Karena merasa malu, ia langsung membuka mata dengan menunjukkan giginya sembari tersenyum hambar.

 

Suster Luna hanya tersenyum melihat kepolosan pasiennya itu. Kendatipun Alana hanya seorang pasien di tempat ini, suster yang memiliki wajah ayu tersebut begitu peduli dengan wanita yang masih berbaring di brankar. Karena ia mengingat seseorang yang sangat ia sayangi.

 

‘Kak, aku berjanji akan segera mungkin menemukan pelaku pembunuhan yang terjadi beberapa tahun silam. Aku akan mengeret pelaku itu ke geruji besi. Agar mereka bisa merasakan rasa sakit yang kakak sudah tahan selama bertahun-tahun!’

 

Segera menuruti seperti anak kecil yang diberikan permen, Alana segera meminum obat tersebut. Arka bertanya kepada Alana mengenai mengapai wanita itu bisa jatuh pingsan, apa yang sudah terjadi sebelumnya.

 

Bukannya menceritakan hal yang sebetulnya ia alami, ia malah menjawab, “Saya mungkin kelelahan dok, dan setelah itu saya tak tahu apa yang terjadi.”

 

Suara bisikan terdengar sangat jelas di telinga wanita yang sangat berusaha tak menampilkan ekspresi yang mencurigakan. “Bohong lagi!”

 

Plak!

 

Tangan kanan Alana mengudara ke arah sumber suara.

 

“Apakah ada nyamuk di ruangan ini, Mbak?” Alis Dokter Arka terangkat, karena ia baru saja melihat pasiennya hendak menepis tangan seperti memukul nyamuk, karena tak kuat akan suaranya yang membuat bising.

 

“Iya sepertinya, dok,” jawab Alana dengan senyum yang dipaksakan.

 

Berbeda dengan Poci, dari pojokan ia merintih kesakitan karena tepat di bibir arwah gentayangan itu, Alana menepisnya begitu keras.

 

Ia tak tinggal diam, ia protes dengan Alana dan menunjuk bibirnya, “Na, lihatlah ulahmu, bibirku lebih maju beberapa senti!”

 

Alana menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya yang tak diinfus, ia pura-pura batuk padahal dalam mulut yang ia tutup tersebut tampak tawa yang sangat keras ia sembunyikan.

 

Melihat gelagat sahabat pocongnya membuat ia tersenyum tak henti-hentinya. Kini Poci adalah satu-satunya warna yang membuat Alana semakin membaik.

 

Seperti biasa Dokter Arka pamit terlebih dulu karena ada urusan yang harus ia kerjakan. Suster Luna kini membantu bebersih dan kemudian ia pun pamitan untuk pulang sebentar karena ingin mandi. Ia menunggu Alana sampai wanita tersebut sadarkan diri, dan ia pun bekerja lebih dari jam kerjanya.

 

Ketika Luna baru saja keluar, ia melihat buket bunga putih yang ia temukan tepat di depan ruangan Mawar. Ia sempatkan memberikan Alana terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

 

Manik mata Alana menyempit, ia mengambil surat yang ada di dalamnya. Sama persis dengan buket bunga yang dia terima pekan lalu.

 

-Hay! Bagaimana kabarmu? Aku harap kamu semakin membaik dan bisa cepat pulang dari rumah sakit ini. Dariku yang selalu mendoakanmu agar kamu cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa lagi-

 

Seperti biasa Poci mengintip dari belakang. Lagi-lagi buket mawar putih tanpa nama.

 

“Na, apa kamu punya pengagum rahasia di rumah sakit ini?”

 

Alana hanya mengangkat kedua bahunya, seakan tak tahu pasti dengan dugaan yang terlontar dari sahabat hantunya itu.

 

Bersambung.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ayugesa: Kekuatan Perempuan Bukan Hanya Kecantikannya
6913      1985     204     
Romance
Nama adalah doa Terkadang ia meminta pembelajaran seumur hidup untuk mengabulkannya Seperti yang dialami Ayugesa Ada dua fase besar dalam kehidupannya menjadi Ayu dan menjadi Gesa Saat ia ingin dipanggil dengan nama Gesa untuk menonjolkan ketangguhannya justru hariharinya lebih banyak dipengaruhi oleh keayuannya Ketika mulai menapaki jalan sebagai Ayu Ayugesa justru terus ditempa untuk membu...
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
2136      1116     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Semu, Nawasena
4934      2314     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Story Of Chayra
7396      2518     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
HURT ANGEL
102      79     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5550      1781     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Dinikahi Guru Ngaji
427      319     1     
Romance
Hobby balapan liar selama ini ternyata membuat Amara dipindahan ke Jakarta oleh Kedua orang tuanya, Rafka begitu kahwatir akan pergaulan bebas yang selama ini terjadi pada anak muda seperti putrinya. Namun, saat di Jakarta ternyata Amara semakin tidak terkendali, Rendra akhirnya akan menjodohkan cucunya dengan seorang duda anak satu. Shaka adalah guru Ngaji di TPA tidak jauh dari rumah ...
Renjana
336      243     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Meteor Lyrid
286      210     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Salted Caramel Machiato
7279      3530     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu