Sorot mata mereka saling beradu. Bola mata Alana mengembang, namun dengan cepat kini menyempit karena ia tak tahu harus mengatakan apa dengan sosok yang sedang menatapnya begitu sinis.
Pria dengan tinggi dan porsi tubuh yang ideal itu pun melangkah maju dengan tatapan yang masih sama yaitu sinis. Di mana tatapan hangat yang dulu ia miliki? Itu membuat Alana sangat hancur, apalagi perbuatan bejat yang telah ia lakukan bersama wanita lain.
YUTA!
Kini ada di depan mata Alana, seharusnya wanita itu memaki dan berteriak kencang memarahi kekasihnya yang telah mengkhianatinya tapi ....
“Kamu berbicara dengan siapa tadi?” tanya pria yang memiliki lipat mata satu itu begitu ketus kepada sang kekasih.
Alana belum mau berbicara dengan pria yang telah membuatnya hancur berkeping-keping ini, dan sampai membuat kakinya harus di gips begitu sakit.
“Apakah kamu tidak mendengar apa yang telah kutanyakan?”
Sontak hal itu membuat emosi Alana tergoyak. Kali ini wanita yang sangat jarang marah itu harus melontarkan apa pun segala emosinya kepada pria yang kini ia benci.
“SEMUA ITU TIDAK ADA URUSAN DENGANMU! ENTAH AKU MAU BICARA DENGAN HANTU PUN, ITU BUKAN URUSANMU!” teriak Alana sampai mengeluarkan air mata, karena ia tak tahan lagi dengan emosi yang ia pendam kepada pria yang dulu sangat ia cintai.
Namun, dalam hatinya masih tersirat mengenai alasan apa yang membuat Yuta, pria yang begitu hangat dan baik kini berubah menjadi serigala berbulu domba.
Heh!
Yuta kini memalingkan pandangannya, dengan kedua tangan dilipat serta ekspresi wajah yang tidak merasa bersalah sama sekali atas perbuatan yang dirinya lakukan.
“Sebenarnya aku masih berbaik hati kepadamu, Alana. Namun, apa yang kupikir akhir-akhir ini ternyata memang benar. Wanita yang dulu sangat aku kagumi ternyata mengidap penyakit gangguan jiwa! Apa kamu tidak sadar, beberapa kali kamu berbicara sendiri, menangis tanpa sebab, melamun dan melakukan hal aneh. Mana mungkin aku menikahi wanita yang memiliki gangguan mental seperti mu!” Yuta berkata dengan nada yang tinggi menatap Alana.
Mendengar apa yang telah terucap dari bibir sang kekasih membuat hati Alana semakin hancur. Tangan wanita malang itu gemetaran, kepalanya pun semakin berat. Ia tak tahan memendung segala emosi marah yang telah meluap untuk sang kekasih.
Seandainya ia bisa bergerak, dengan kecepatan penuh ia ingin memukul wajah kekasihnya itu sampai babak belur. Namun, apa daya, bergerak saja masih belum mampu apalagi sampai memberikan tinju kepada kekasihnya.
“Apa? Apa yang kamu katakan tadi kepadaku, Yuta? Kamu mengatakanku mengidap gangguan kejiwaan? Iya, aku adalah wanita gila! Wanita gila yang percaya akan cintamu dulu! Seharusnya kamu paham dengan apa yang kulakukan. Aku melakukan semua itu karena aku sangat merindukan kehangatan keluargaku! Aku sering berbicara sendiri karena sosok orang tuaku seakan ada di dekatku! Kamu yang tidak memiliki waktu untukmu. Dan kamu bermain-main dengan wanita lain!” teriakan itu memuncak sampai membuat infus yang menusuk pergelangan Alana terputus.
Wanita ini tidak tahan lagi dengan sikap yang dimiliki oleh Yuta. Tak sepantasnya pria itu mengatakan hal tersebut kepada kekasih yang akan dinikahinya pada tiga bulan lagi. Parahnya Yuta merusak mental Alana yang mengatakan kekasihnya itu mengidap gangguan kejiwaan, alias gila!
Begitu sakit, sudah mendapatkan mengkhianatan dan secara langsung melihat sang kekasih melakukan hal tak senonoh dengan wanita lain. Kini Alana seperti mendapatkan benturan yang begitu kuat, yaitu mendapatkan tuduhan yang merusak hati.
Sungguh kurang ajar Yuta! Begitu terlontar dari mimik sosok arwah gentayangan yang berada dipojokan sembari menatap kesal ke arah pria memiliki mata yang tak terlalu sipit itu.
Poci, teman baru Alana tak dapat melakukan apa pun. Ia berusaha ingin membantu wanita yang menangis tak berdaya itu. Namun, ia hanya bisa terdiam melihat temannya disakiti oleh pria kurang ajar tersebut.
Kondisi Alana belum terlalu pulih, dan lagi ia didatangi oleh kekasihnya yang ia harapkan untuk mengucap rasa bersalah. Akan tetapi tak pernah ia duga, Yuta malah membuatnya semakin hancur dan hancur.
Ia menekan hatinya, menangis begitu sendu sampai pernapasannya hampir menghilang. Semuanya terlihat gelap, wanita ini pun tak dapat melihat apa pun.
Bersambung.