DIALOG SAHABAT
“Bajuku telah kutanggalkan,
apakah aku akan mengenakannya lagi?”
Air yang banyak,
tak dapat memadamkan cinta,
Sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
Kembalilah,
kembalilah!
Supaya kami dapat melihat engkau, Sahabatku!
“Kakiku telah kubasuh,
apakah aku akan mengotorkannya pula?”
Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya,
tetapi umatKu tidak memahaminya.
Kembalilah,
kembalilah!
Isilah hidup yang singkat ini,
dengan buah pengetahuanmu,
Tangkai penamu, kelemah-lembutan dan kebenaran,
Kemudian,
satu hentakan meluluhlantakkan tembok diri,
dan dada yang bagaikan menara,
Sesungguhnya di sana ada kerendahan hati, kasih semata!
Hakekatnya, keberadaan bagaikan ‘titipan sementara’.
“Sebab kamu akan seperti pohon keramat yang daunnya layu,
dan seperti kebun yang kekurangan air,
maka yang kuat menjadi seolah-olah kapas,
dan pekerjaannya menjadi seolah-olah bunga api,
keduanya menimbulkan api
dan tidak ada yang dapat memadamkan”
(Yesaya 1:30–31)
Kembalilah!
Kembalilah!
Kembalilah!
Aku berdiri di hulu-hulu gunung,
di hutan-hutan, di laut lepas, di kota-kota,
di desa-desa,
diseluruh pelosok dunia!
Aku mau kembali,
Aku mau kembali, para sahabat-sahabatku!
Aku mau kembali!!!!!!!
“Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya,
atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya?
Seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya,
dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu”
(Yesaya 10:15)