DI KEMAH SUCI
Bait Allah,
Yang berdiri di atas bukit nan permai,
Berabad-abad lamanya,
Lagu-lagu Daud dinyanyikan di tempat itu,
Tiap-tiap hari ada bakaran korban,
‘Karna dosa manusia yang banyak sekali.
Hiburan terbesar bagi Daud,
Di masa hari-hari tuanya,
“Kepercayaan akan kedatangan Raja itu”
Nyanyian terindah diciptakannya,
Mazmur dinyanyikan,
Di gereja-gereja,
Di seluruh dunia!
Dan, Kusenandungkan doa elegi buat sahabat-sahabat di ujung Timur:
“Elohim, Elohim,
Jevarech enosh me ‘ohavh, im kol brachhah,
Otta ohev, hatzlachah avodah,
I shalom, amen”
(Allahku, Allahku,
Berkatilah sahabat-sahabatku yang kukasihi ini,
Dengan segala rahmat, Kasih Karunia-Mu,
dan keberhasilan segala usahanya,
damai sejahteralah, Amien)
Kecapi pun telah disimpan,
Digantungkan dan tidak dapat bernyanyi lagi,
Seperti burung-burung di dalam kurungan,
Di tempat pembuangan,
Terbelenggu, terpasung.
Duhai,
Airmata-airmata di ujung Timur,
Di sanalah,
Tataplah lilin-lilin kecil,
Sahabat-sahabatku, para kekasih Allah,
Tataplah ke Barat,
Jangan menghilang pergi tenggelam,
Di belakang padang pasir,
Gusti-Mu,
Selamanya tak meninggalkanmu,
Bernyanyilah melampaui masa penderitaan,
Bernyanyilah tentang hal-hal yang indah!
Bersenandunglah tentang hari kelepasan,
Yang terindah dan mengagumkan,
Tentang tulang-tulang yang mati,
Di mana manusia jadi hidup kembali,
Karena ‘Roh Tuhan’,
Tentang suatu pancaran air hidup,
Yang akan timbul dari batu,
Di bukit ‘Bait Suci’,
‘Tuk menjadi lembah yang subur.
Tak selamanya orang tinggal dalam pembuangan,
Pada suatu waktu harusnya kembali dalam kebangkitan.
Dan barangsiapa percaya,
‘kan menghapus airmata-airmata,
Penantian itu akan datang!
Hikmat dan berkat menaungi kalian,
Kekallah hidupmu!
Gustimu, selamanya tak mungkin tinggalkanmu,
Bernyanyilah, melampaui masa penderitaanmu,
‘Carilah Aku dan engkau akan hidup’
Di sana aku akan memberikan cintaku kepadamu,
Semerbak bau buah dudaim,
Dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat,
Yang telah lama dan yang baru saja dipetik,
Itu telah kusimpan bagimu, Kekasihku!”
(Kidung Agung 7:12–13)
“Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar,
Yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari,
Arahkan telingamu kepada ucapanku,
Janganlah semuanya itu menjauh dari matamu,
Simpanlah itu di lubuk hatimu,
Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya
Dan kesembuhan bagi mereka yang mendapatkannya
Dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka,
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
Karena dari situlah terpancar kehidupan”
(Amsal 4:18, 20–23)