DI HADIRATNYA
Bila jiwa tak dapat diam,
Apakah gunanya untuk menghitung jari?
Pikiranmu yang lari ke segala penjuru,
Pikiran yang tak mau berubah diam,
Merambah ke mana-mana.
Itu tak ada gunanya, Sahabat!
Demikian ini adalah kesia-siaan.
Kesadaran rohani adalah perhatian hati,
Wujudkan mata, telinga dan mulutmu,
di mana perhatian harus dikumpulkan,
Pengulangan rohani adalah yang paling unggul,
Memusatkan sepenuhnya di mata ketiga secara mental.
“Nama dan Sang Penyandang Nama adalah Satu,
antara mereka tak ada bedanya,
dalam keagungan Nama dapatkan Kemuliaan-Nya”
Terbanglah dengan sayap nama-Nya,
Kerinduan tak terlupakan sesaat pun,
Senantiasa terhibur oleh keberadaan-Nya,
Bergabung dan mencapai keseimbangan.
Engkau harus menyeberangi,
Rembulan dan matahari di dalam dirimu,
dan menempatkan jiwamu di hadirat-Nya.
Hanya jalan itulah yang benar,
Yaitu yang menuju kepada bentuk nurani Sang Maha,
Menjadi satu dengan kesadaran yang tiada terbatas,
“Hiduplah tanpa tubuh,
meski mereka melihat aku bertubuh”
Aku telah menjadi tubuh,
dan Engkau telah menjadi jiwaku, hidupku,
Sedemikian rupa sehingga tiada seorang pun,
yang dapat mengatakan bahwa kita adalah terpisah,
Dan,
Kerinduan itu menjadi genap,
di setiap tarikan nafas.
Semalam suntuk kecemerlangan-Nya memenuhi kalbuku dengan cahaya,
Di tengah kegelapan,
Alangkah terangnya cahaya yang mengiringi,
Gema cahaya memancar dan bergetar,
Surat di dalam diri,
Di dahi, di antara kedua alis,
Dengarkanlah aliran suara itu,
Teruslah masuk ke dalam misteri besar,
Memasuki kebun yang tak mengenal musim gugur,
Memancarkan suasana penuh sukacita,
Bergejolak di dalam hati kita,
Memberikan ketenangan, keteduhan dan kedamaian,
Membuka gerbang keselamatan.
Burung hujan merindukan tetesan hujan,
Demikian pula, Nama-Nya menghiasi relung sanubariku,
Di sepanjang kerinduan, di setiap tarikan nafasku “
“Di hati, kita merenungkan Sang Maha,
Di lidah kita ada Nama Suci-Nya,
Di mata kita, bentuk-Nya bersemayam
Di telinga kita berkumandang Melodi Ilahi,
Kita tetap asyik mengingat Dia,
Kita menyatu dengan ingatan akan Dia setiap saat,
Pikiran dan intelek kita sepenuhnya tercelup.
Dalam warna merenung yang terus menerus,
Hanya orang-orang seperti itu yang akan memperoleh kehormatan
dan kemuliaan di Hadirat Tuhan
Sehingga Nasib Agung Hidup Manusia akan tergenapi”
(Guru Arjun)