Lintang tersenyum malu-malu, "Saga, anak kelas 7E. Kamu jangan bilang-
bilang siapa-siapa ya? Janji?"
Ini pertama kalinya Lintang mengatakan siapa yang dia suka kepada
orang lain selain aku, teman sebangkunya. Mendengar pengakuan Lintang,
Kiki langsung cekikikan. Aku nggak tau bagian mana yang lucu makanya
aku nggak ikut-ikutan cekikikan. Lagian aku nggak tau siapa yang bernama
Saga walaupun setiap hari Lintang menyebut-nyebut namanya. Walaupun
sudah puluhan kali pula Lintang mendeskripsikan bagaimana wajah Saga
kepadaku. Aku bahkan tidak tau nama satupun anak dari kelas 7E.
“Iyakan Johan? Saga ganteng banget kan?” Tanya Lintang sambil
nyengir kearahku.
“Mungkin.” Jawabku ragu-ragu, aku tau deskripsi wajah Saga dari
Lintang, tapi aku merasa belum pernah melihat wajahnya secara langsung.
Selama ini di kepalaku hanya terbayang anak laki-laki berwajah rata setiap
kali Lintang sedang memuji-muji wajah Saga yang katanya ganteng sekali
itu.
"Kenapa Jo?" Tanya Lintang begitu melihatku malah termenung-menung.
"Aku nggak tau siapa yang namanya Saga." Jawabku jujur.
"Hah? Masa sampai sekarang masih nggak tau juga? Jadi kamu memang
nggak bercanda? Jadi selama ini kamu bener-bener masih belum tau siapa
yang namanya Saga? Jadi daridulu aku ngomongin tentang Saga sampai
berbusa-busa, ternyata kamu nggak tau Saga yang mana? Tapi kan kalian
satu eskul! Masa' kamu beneran nggak tau?" Seru Lintang nggak percaya.
Aku menggeleng. Padahal aku sudah berkali-kali memberitau Lintang
kalau aku memang nggak tau. Sayangnya Lintang selalu nggak percaya.
Selama ini juga setiap kali Lintang menceritakan tentang Saga, aku hanya
mengangguk-angguk sok mengerti. Wajar kan kalau aku tidak mengenal
Saga. Saga tidak pernah muncul di tivi atau masuk koran dan aku nggak
pernah benar-benar tertarik pada topik tentang Saga untuk sampai
mencaritau siapa dia. Lagipula kelasku 7B, sementara kelas Saga di 7E.
Kelas kami jaraknya jauh sekali. Belum lagi, aku baru masuk SMP selama
tiga bulan. Aku saja belum hafal nama setiap guru yang ada disekolah
apalagi hafal nama setiap anak seangkatanku yang jumlahnya ratusan.
Akhirnya setelah sekian lama mendengar nama Saga terus-menerus
disebut, untuk pertama kalinya Lintang berencana untuk menunjukan Saga
padaku. Saat jam istirahat kedua, Lintang mengajakku ke kelas 7E ditemani
Kiki. Ini pertama kalinya aku datang ke kelas 7E. Kelasku 7B jaraknya jauh
sekali dari kelas 7E. Kelasku ada di lantai satu tepat di seberang lapangan.
Sementara 7E di seberang lapangan sebaliknya di lantai dua dekat dengan
laboratorium IPA.
Aku bukan anak yang seberani Lintang apalagi Kiki. Mereka punya
alasan untuk datang kekelas 7E karena mereka punya kenalan disana.
Sementara alasan satu-satunya aku di ajak kesana karena aku mau di
perlihatkan siapa si Saga yang nggak kukenal.
Sebelum masuk kedalam kelas 7E, Lintang sudah mengintip dahulu
lewat jendela. Lintang langsung berbisik girang. Kata Lintang, Saga ada di
dalam kelas. Saga sekarang duduk di meja paling belakang dekat jendela,
sisanya aku bisa ingat ingat sendiri dari ciri-ciri yang di beri tau oleh
Lintang selama ini. Saga yang selalu memakai kaus putih di balik baju
seragam, badannya tinggi dan yang wajahnya ganteng sekali.
Begitu masuk kedalam kelas 7E, mataku langsung tertuju ke bangku
dekat jendela, melihat Saga untuk pertama kalinya. Dalam sekali pandang,
aku langsung tau yang mana Saga, karena ia yang paling mencolok dari
semua anak yang ada dikelas. Seperti kata Lintang, Saga memang bisa
membuat orang yang menatapnya terbengong-bengong dan kuakui Saga
punya wajah yang paling ganteng dari semua wajah orang yang kutau. Saga
tidak sedang memandangku sekarang, tapi aku gugup, memandangi wajah
Saga membuatku gugup.
Aku menatap Lintang salah tingkah. Tidak sadar kupandangi, Lintang
malah sibuk mengobrol dengan anak berambut keriting yang tidak ku kenal
sementara Kiki mengobrol dengan anak lainnya. Gara-gara itu aku tidak
punya hal lain untuk di lakukan selain berdiri dan menatap Saga.
Mungkin karena terlalu lama aku menatap kearahnya, Saga akhirnya
sadar dan balas menoleh menatapku, apalagi teman sebangku Saga juga
melihat kearahku. Saat mata kami bertatapan, aku melihat ekspresi wajah
Saga mirip dengan ekspresi wajah yang sering dipasang oleh guru-guru BK
sekolahku kalau sedang menghukum anak yang superbandel. Karena kaget
aku buru-buru menatap kearah lain, disaat yang sama Lintang dan Kiki
tertawa entah karena apa.