Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

Harusnya aku bertanya dengan jelas saat bertemu Kak Doni tempo hari tentang pembicaraan prinsip hidup yang membingungkan agar aku tidak tersesat seperti sekarang.

Sudah hampir dua bulan berselang sejak kepergian Kak Doni dari rumah. Kulihat mama sudah bisa tersenyum kembali, meski kadang terlihat murung beberapa saat. Namun, aku bersyukur mama sudah bisa melupakan kepergian Kak Doni.

Hanya saja, sejak hari itu mama semakin over protektif padaku. Ya, padaku. Sebenarnya ini hal yang aneh. Aku seorang anak cowok yang mendapat perlakuan super protektif dari mama. Harusnya yang pantas mendapatkan itu semua adalah Kak Arin atau Mariam, adikku. Bukan aku.

Mama sering kali meneleponku bila aku terlambat pulang dan ujung-ujungnya aku tidak bisa menjemput Ranti seperti biasa. Untung saja Ranti memakluminya. Satu lagi yang membuat aku sedikit sebal adalah Mama selalu minta aku yang menemani ke mana saja. Padahal jelas-jelas ada papa, tapi entah mengapa mama selalu memilih minta pergi bersamaku. Setiap aku tanya, jawabnya selalu aneh dan kadang tidak masuk akal.

Mama bilang ingin memamerkan aku ke teman-temannya, ingin mengenalkan aku ke putrinya si A atau putrinya si B. Aku benar-benar bingung. Apa mungkin Mama sedang menyusun perjodohan untukku? Padahal aku belum cukup umur untuk berpikir ke arah sana. Entahlah, aku benar-benar bingung dibuatnya.

“Dit, nanti temani Mama, ya!!” ujar Mama siang itu.

Aku baru saja tiba dari sekolah dan sedang asyik menikmati kasur empukku saat mama masuk ke kamar.

“Eng ... mau ke mana, Ma? Adit lagi banyak pr,” jawabku.

“Ya udah kalau gitu kerjain pr-nya sekarang. Nanti sore ikut mama, ya!!”

Dengan terpaksa, aku mengangguk. Aku mana tega menolak permintaan wanita paruh baya ini. Dia adalah cinta pertamaku dan aku sudah bersumpah tidak akan sedikit pun menyakiti hatinya. Biar saja aku menderita, yang penting mama senang. Itu prinsipku.

Pukul lima sore, mama kembali menghampiri aku ke kamar. Mama sudah terlihat rapi dan beliau memintaku gegas bersiap.

“Yang ganteng ya, Dit!!” Lagi-lagi itu pesan yang selalu dikatakan mama setiap pergi bersamaku. Tanpa berdandan pun, aku sudah ganteng dari sononya. Kalau tidak percaya tanya saja ke Ranti.

“Berangkat sekarang, Ma?” Aku sudah bersiap dan keluar dari kamar menghampiri mama.

Mama tersenyum ke arahku dan menganggukkan kepala.

“Loh, jadi pergi sama Adit, Ma? Gak sama Papa?” Papa malah bertanya kepada mama sekarang.

“Enggak, Pa. Tadi dipikir Papa pulang malam.”

“Ya udah. Hati-hati ya, Dit!!”

Aku mengangguk kemudian sudah berpamitan. Sebenarnya ada enaknya juga kedekatanku dengan mama akhir-akhir ini. Aku sudah diperbolehkan bawa motor, mama sengaja membelikannya untukku bahkan mengurus SIM juga untukku. Padahal dulu mau pinjem motor saja susah banget. Sayangnya, begitu dapat motor aku malah jarang menghabiskan waktu dengan Ranti. Aku spesial jadi ojek mama sekarang. Sudahlah, bukankah itu ladang pahala bagiku.

Selang beberapa saat aku sudah mengendarai motor di jalan dengan mama di boncenganku. Hari ini aku mengantar mama ke arisan. Rumah temannya cukup jauh, untung saja kami tidak terjebak macet. Aku segera memarkir motor begitu tiba. Sementara mama langsung masuk menemui teman arisannya.

Baru saja aku usai memarkir motor, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku. Aku segera menoleh karena merasa tidak asing dengan suaranya.

“Ranti!!! Kok kamu di sini?” tanyaku terkejut.

Ranti tersenyum kesenangan begitu juga aku. Sudah lama banget aku gak ketemu. Selama ini kami hanya bertemu lewat ponsel saja.

“Iya, ini rumah saudaraku. Terus kamu ngapain ke sini?”

“Aku nganter Mama. Itu barusan.” Aku menunjuk mamaku yang baru saja masuk ke dalam rumah. Ranti hanya manggut-manggut mendengarnya.

Kemudian aku sudah berjalan menghampiri dan berdiri di depannya. Aku tersenyum sambil terus menatapnya. Sumpah, aku kangen banget. Pengen sekali aku peluk makhluk cantik di depanku ini. Namun, sayangnya suasana yang ramai membuat aku harus menahan hasratku.

“Aku kangen,” ucapku lirih. Ranti langsung tersenyum dan seperti biasa menundukkan kepala dengan malu. Akh ... seneng banget melihat reaksi Ranti. Rasanya tidak rugi aku mengantar mama hari ini.

“DIT!!” Tiba-tiba mama memanggil, aku menoleh dan melihat ke arahnya.

“Sini!!” Kembali mama bersuara sambil melambaikan tangan. Aku mengangguk, kemudian aku sudah berpamitan ke Ranti.

“Aku masuk dulu, ya!!” Ranti tersenyum dan mengizinkan aku berlalu.

Tak ayal di dalam sana, mama kembali memperkenalkan aku kepada teman-temannya. Lalu mama akan bercerita tentang sekolahku, aktivitasku bahkan statusku sebagai personil band juga disebutkan. Entahlah, apa yang sedang dilakukan mama. Aku benar-benar tidak tahu. Apa Mama sedang membanggakan aku ke teman-temannya atau mama punya rencana lain padaku? Aku sungguh tidak tahu.

Hampir dua jam, mama arisan hingga akhirnya waktu pulang tiba. Kebetulan ada Ranti yang menunggu di depan. Aku kembali menghampirinya, berdiri di depannya dengan sebuah senyuman yang teramat manis.

“Aku pulang dulu, ya!!! Nanti malem aku telepon,” ucapku.

“Iya, Dit!!”

“Siapa, Dit? Temanmu?” Mama tiba-tiba sudah berdiri di belakangku. Aku tersentak kaget dan menoleh ke arah mama.

“Iya, Ma. Ini Ranti. Mama ingat, kan?”

Tempo hari aku memang pernah bercerita tentang Ranti ke mama. Saat itu aku bilang kalau aku suka dengan temanku yang bernama Ranti. Hanya saja baru sekarang mama melihatnya.

“Ranti?” Mama terdiam, menatapku dengan alis mengernyit seakan berusaha mengingat. Sementara Ranti hanya tersenyum melihat ke arah mama.

Aku menarik napas panjang sedikit kesal dengan ulah mamaku ini. Kemudian aku mendekat dan berbisik di telinga mama.

“Dia pacarku, Ma,” desisku. Mama tampak terkejut bahkan mengerjapkan berulang kali matanya ke arahku. Namun, tak lama kemudian Mama sudah tersenyum dan menyambut uluran tangan Ranti.

Aku langsung lega melihat reaksi mama. Sepertinya mama tidak mempermasalahkan jika aku sudah punya pacar. Padahal awalnya aku ketakutan untuk memperkenalkan. Kami langsung pulang dan meninggalkan Ranti yang tersenyum dengan manisnya.

“Apa dia teman SMP-mu yang tempo hari kamu ceritakan ke Mama, Dit?” tanya Mama.

Kami sudah perjalanan pulang dan sepertinya mama mencoba mencari tahu tentang Ranti lebih banyak.

“Iya, Ma. Jadi Mama masih ingat?” Aku menjawab dengan girang.

Mama tidak menjawab hanya menganggukkan kepala dengan sebuah senyum yang aneh. Entah mengapa sejak hari itu sikap mama berubah. Hingga pada suatu hari, tiba-tiba mama datang ke kamarku.

“Ada apa, Ma?” tanyaku.

Aku tidak melihat ke arah mama saat bertanya karena aku sedang sibuk belajar. Aku sudah kelas dua belas dan tugas sekolah semakin menumpuk.

“Dit, Mama mau bicara serius denganmu.”

Aku menghentikan aktivitasku dan mendongakkan kepala melihat ke arah mamaku. Mamaku tersenyum kemudian duduk di tepi kasur. Aku memutar tubuh dan memperhatikan dengan seksama.

“Sebentar lagi kamu lulus dan Mama ingin kamu kuliah, Dit. Mama sudah menyiapkan dananya. Kalau kamu tidak masuk negeri, kamu ambil yang swasta juga gak papa. Mama dan Papa sudah menyiapkan semuanya. Mama tidak mau kamu menganggap Mama pilih kasih nantinya.”

Aku menghela napas dan menggelengkan kepala.

“Iya, Ma. Tapi sejujurnya Adit pengen langsung kerja saja. Otak Adit gak kuat kalau dibuat mikir.”

Mama tersenyum mendengar ucapanku. “Ya udah kalau gitu kamu ambil yang D1 saja. Yang penting kamu kuliah.”

Aku hanya tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala.

“Satu lagi, Dit. Kamu dan Ranti masih pacaran?” Aku langsung tersenyum dan menjawab pertanyaan mama dengan anggukkan kepala.

“Iya, Ma. Memangnya kenapa?”

Mama terdiam dan kembali menatapku dengan heran. “Bukannya kalian hanya cinta monyet saat itu. Maksud Mama, kamu tidak serius dengannya, kan?”

Aku terdiam dan entah mengapa aku malah berkata sebaliknya. Karena tanpa kutahu cinta monyetku ini sudah tumbuh semakin dalam menjadi cinta sesungguhnya. Cinta yang penuh perjuangan dan berharap suatu saat nanti berakhir di pelaminan.

“Aku cinta dia, Ma. Sungguh-sungguh cinta dia.”

Mamaku hanya terdiam saat aku berkata seperti itu. Aku memang sangat dekat dengan mamaku dan terbiasa mengatakan apa yang aku rasa begitu saja. Lalu tanpa sebab apa-apa, tiba-tiba mama berdiri dan langsung bersimpuh di kakiku sambil berkata hal yang membuatku tak bisa berpikir.

“Bagaimana kalau Mama minta kamu memutuskannya, Dit. Putuskan Ranti!!!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Your Moments
8606      2338     0     
Romance
Buku ini adalah kumpulan cerita mini random tentang cinta, yang akan mengajakmu menjelajahi cinta melalui tulisan sederhana, yang cocok dibaca sembari menikmati secangkir kopi di dekat jendelamu. Karena cinta adalah sesuatu yang membuat hidupmu berwarna.
Rumah Arwah
1014      546     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Marry Me
445      313     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
UnMate
981      570     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Just Another Hunch
460      315     3     
Romance
When a man had a car accident, it\'s not only his life shattered, but also the life of the ones surrounding him.
Train to Heaven
455      347     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
Beautiful Sunset
786      479     3     
Short Story
Cinta dan Persahabatan. Jika kau memiliki keduanya maka keindahan sang mentari di ujung senja pun tak kan mampu menandinginya.
Hoping For More Good Days
484      335     7     
Short Story
Kelly Sharon adalah seorang gadis baik dan mandiri yang disukai oleh banyak orang. Ia adalah gadis yang tidak suka dengan masalah apapun, sehingga ia selalu kesulitan saat mengahadapinya. Tapi Yuka dan Varel berhasil mengubah hidup Sharon menjadi lebih baik dalam menghadapi segala rintangan.Jujur dan saling percaya, hanya itu kunci dari sebuah tali persahabatan..
Baret,Karena Ialah Kita Bersatu
715      427     0     
Short Story
Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan Kartika dan Damar untuk menjadi abdi negara yang memberi mereka kesempatan untuk mengenakan baret kebanggaan dan idaman banyak orang.Setelah memutuskan untuk menjalani kehidupan masing - masing,mereka kembali di pertemukan oleh takdir melalui kesatuan yang kemudian juga menyatukan mereka kembali.Karena baret itulah,mereka bersatu.
CHANGE
463      330     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...