Loading...
Logo TinLit
Read Story - Yang Terindah Itu Kamu
MENU
About Us  

“Sorry, Dit. Aku lupa ngasih tahu kalau pas nyuci motor kemarin harusnya kamu nutup businya. Kalau gak ya ... kayak tadi. Mogok mulu,”urai Kak Doni.

Dia merasa bersalah saat melihatku datang dengan tubuh basah kuyup dan berjalan menuntun motor. Aku bahkan datang hampir larut malam. Aku hanya diam tidak berkata sepatah kata pun kemudian masuk ke dalam kamar. Aku ganti baju dan gegas mencharger ponselku. Aku ingin segera menghubungi Ranti, supaya dia tidak salah paham denganku.

Sayangnya aku ketiduran saat menunggu ponselku penuh dan melupakan untuk memberitahu Ranti. Apalagi subuh tadi aku sangat terkejut saat Kak Doni tiba-tiba membangunkanku dan memintaku bersiap. Aku yang masih mengantuk hanya mengucek mata dan melihat keluargaku sudah berurai air mata.

“Ma, ada apa?” tanyaku penasaran.

“Nenek, Dit. Nenek meninggal. Ayo, buruan bersiap. Kita harus ke desa!!”

Aku terhenyak kaget. Lagi-lagi beberapa kejutan menyambutku akhir-akhir ini. Kami sekeluarga gegas mempersiapkan diri dan pergi ke rumah nenek di desa. Sekali lagi aku melupakan Ranti dan sama sekali tidak sempat menghubunginya. Entah apa pendapatnya tentangku kali ini. Aku sudah siap dia akan marah atau melakukan apa pun padaku. Aku tak peduli, aku akan terima. Semoga saja dia mau terima semua penjelasanku nantinya.

Namun, sepertinya keinginanku itu tidak terjawab. Hampir seminggu aku di desa untuk mengurus kematian nenekku. Ada beberapa acara keagamaan dan adat yang harus kami lakukan di sana. Itu sebabnya membuatku tinggal lama di sana. Setiba di rumah, aku mulai menghubungi Ranti. Namun, ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi. Bahkan pesanku saja tidak terkirim. Ranti pasti marah dan sengaja memblokir nomorku.

Aku menghela napas panjang sambil menatap langit-langit kamarku. Padahal beberapa hari yang lalu, aku masih tersenyum lebar saat berjalan dengannya. Kini kenapa lagi aku harus menuai duka. Apa memang seperti ini alur percintaan, penuh liku-liku suka duka. Aku janji besok akan menemuinya di sekolah.

Pagi ini aku sengaja berangkat ke sekolah lebih pagi. Siapa tahu aku bisa bertemu dengannya di angkot jika aku berangkat pagi. Namun, aku salah prediksi. Kalau pagi angkot selalu ramai sehingga saat tiba di dekat rumah Ranti, penuh sesak. Aku hanya bisa melihat gadis manis pujaanku itu berdiri di tepi jalan sambil sibuk menunggu angkot lain. Ingin rasanya aku berlari turun, tapi sopir angkot terus menginjak pedal gasnya begitu tahu angkotnya penuh.

“Sial!!” gumamku pelan. Sementara mataku terus menatap Ranti lewat jendela belakang angkot.

Siangnya aku sengaja pulang sedikit terlambat. Sekolahku lebih cepat setengah jam dari sekolah Ranti, itu sebabnya aku sengaja pulang telat agar bisa bertemu dengannya. Tebakanku tepat, angkotku melambat saat mendekat di sekolahnya. Aku celinggukan mencari Ranti, begitu terlihat aku segera turun.

Aku berjalan cepat hendak menghampirinya, tapi tiba-tiba ada sebuah motor sport warna hitam yang berhenti di depannya. Aku kenal sosok yang mengendarai motor itu. Tidak lain dan tidak bukan Jefri, salah satu teman Ranti yang ganteng, kaya dan ketua paskibra. Cowok itu juga yang sedang mati-matian mengejar Ranti saat ini.

Aku bergeming di tempatku dan memperhatikannya dari jauh. Apa gadis manis pujaan hatiku itu akan menerima ajakan Jefri atau menolak seperti biasanya? Aku berharap kalau Ranti akan memilih opsi ke dua.

“Sorry, Jef. Aku mau les. Lain kali saja, ya!” tolak Ranti. Telingaku masih bisa mendengar dengan jelas penolakannya. Entah dia sengaja mengeraskan suaranya karena ada aku? Atau memang dia ingin menolaknya sedari dulu?

Jefri gegas berlalu meninggalkan Ranti seorang diri. Aku tidak melihat ada teman lain di sampingnya. Ini kesempatanku, aku berjalan cepat menghampirinya.

“Ranti!!” panggilku. Ranti tidak bereaksi hanya diam dan malah melengos membuang muka dariku.

Aku menelan saliva sambil menggerakkan jakunku naik turun. Kumendekatinya hingga berdiri di depan Ranti. Ranti hanya diam dan menundukkan kepala.

“Kita bisa ngomong bentar, gak?” pintaku. Aku melihat gadis manis di depanku ini dengan sendu. Banyak kerinduan yang ingin kutuangkan padanya. Namun, gadis pujaanku ini hanya diam dan tidak mau melihat ke arahku.

Aku masih menunggu jawabannya, tapi yang ada hanya helaan napas panjang yang keluar masuk dari bibirnya. Perlahan Ranti mengangkat kepala, tapi mata almondnya nan indah tak mau menatapku. Ini benar-benar menyakitkan bagiku.

“Sorry, Dit. Aku mau les. Sudah telat!!” ketusnya. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berlalu pergi meninggalkan aku. Mencegat salah satu angkot dan naik begitu saja.

Aku terdiam menatap kepergiannya. Apa aku telah melakukan kesalahan yang fatal hingga dia berlaku begitu padaku? Apa lagi-lagi kebodohan dan kesalah pahaman membuat aku menjauh darinya? Sumpah ini sangat menyakitkan. Lebih baik aku menerima pukulan bertubi-tubi daripada harus mendapat perlakuan sinis dari gadis pujaanku.

Akhirnya siang itu aku pulang dengan langkah gontai. Inginnya aku langsung pulang saja, tapi entah mengapa kakiku malah berjalan ke arah kafe depan sekolah Ranti. Aku ingin menuangkan kesedihanku di sana. Pastinya kalau di rumah akan banyak pertanyaan yang diajukan mama padaku.

Aku sudah memesan minuman dan duduk di sudut kafe sambil memainkan ponsel bututku. Aku tidak mempedulikan keadaan sekitar dan asyik sediri saja. Saat ini aku hanya ingin menghilangkan kesedihanku.

“DIT!! Kamu di sini?” seru seseorang menyapaku. Aku menoleh dan terkejut saat melihat Daniel.

“Kok kamu di sini, Niel?” kataku balik bertanya.

Daniel tersenyum kemudian langsung duduk di depanku. “Iya, kita latihan band. Sebelah kafe ini ada studio band. Kalau kamu pasti lagi nungguin pacarmu, kan?”

Aku hanya tersenyum meringis menjawab pertanyaannya. Tidak mungkin juga aku bilang kalau aku sedang berantem dengan Ranti.

“Dari pada kamu manyun sendiri di sini mending ikut aku, deh,” ajak Daniel.

“Ikut ke mana?” tanyaku dengan alis mengernyit.

“Latihan ngeband, kebetulan group bandku kurang personil bass. Kamu bisa main alat musik, gak?”

Aku tersenyum lagi. Memang aku tidak terlalu mahir, tapi kalau main bass aku bisa. Aku langsung menganggukkan kepala.

“Bisa. Kalau pegang bass, sih aku bisa, Niel.”

“Ya udah. Kamu gabung aja ama group bandku. Kebetulan kita latihan karena mau ikutan lomba. Siapa tahu juga bisa menang. Hadiahnya lumayan, Dit.”

Aku tersenyum kembali sambil menganggukkan kepala. Sebenarnya bukan perkara hadiah yang akan aku dapatkan. Namun, kebanggaan tersendiri kalau aku bisa mencapai salah satu bidang dengan baik. Ini mengingatkan aku saat SMP dulu saat aku berhasil dengan baik di futsal. Aku juga ingin menunjukkan ke Ranti, kalau aku bisa membuatnya bangga. Siapa tahu dengan begitu dia akan memaafkan aku dan hubungan kami kembali membaik.

“Oke, aku mau, Niel. Kapan mulai latihannya?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hunch
39549      5556     121     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...
My Noona
6124      1494     2     
Romance
Ini bukan cinta segitiga atau bahkan segi empat. Ini adalah garis linear. Kina memendam perasaan pada Gio, sahabat masa kecilnya. Sayangnya, Gio tergila-gila pada Freya, tetangga apartemennya yang 5 tahun lebih tua. Freya sendiri tak bisa melepaskan dirinya dari Brandon, pengacara mapan yang sudah 7 tahun dia pacariwalaupun Brandon sebenarnya tidak pernah menganggap Freya lebih dari kucing peliha...
Je te Vois
804      537     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
The Accident Lasts The Happiness
568      393     9     
Short Story
Daniel Wakens, lelaki cool, dengan sengaja menarik seorang perempuan yang ia tidak ketahui siapa orang itu untuk dijadikannya seorang pacar.
Until The Last Second Before Your Death
478      341     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
Rain Murder
2556      677     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Jangan Datang Untuk Menyimpan Kenangan
528      377     0     
Short Story
Kesedihan ini adalah cerita lama yang terus aku ceritakan. Adakalanya datang sekilat cahaya terang, menyuruhku berhenti bermimpi dan mencoba bertahan. Katakan pada dunia, hadapi hari dengan berani tanpa pernah melirik kembali masa kelam.
Perahu Waktu
434      296     1     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Loading 98%
652      399     4     
Romance
Gue Mau Hidup Lagi
440      290     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?