Perkataan ini, ingin ku sampaikan pada diri sendiri, mungkin juga padamu. Seperti perkataan yang ingin ku sampaikan pada anakku sendiri.
Dirimu sendiri bernilai, berharga.
Nilai itu tidak ada pada apa yang melekat di diri.
Kebendaan, gelar, status, kepemilikan, dan lainnya yang melekat.
Jika itu terjadi, kau memberikan nilai dirimu pada sesuatu yang bisa hilang kapan saja.
Jika itu hilang, bagaimana dengan dirimu?
Bahwa, tekankan nilai itu sejatinya berasal dari diri sendiri. Yang dikaruniai ketika lahir, yang terasah saat beranjak dewasa, ditanam, dilatih, dan dipertahankan dengan segala yang sudah terjadi. Ada di dalam diri. Sungguh sangat berharga. Keberhargaan yang tidak perlu diukur, karena nilai sejatinya dirimu tidak bisa terukur.
Aku terbenam dalam sedikit sakit, namun sakit itu seperti sedang melepaskan. Pada retaknya benteng isolasi diri. Perlahan retak, walaupun dindingnya masih kokoh dan tebal.
Aku berusaha melepaskan diriku sendiri.
Dalam hidup, aku sering merasa kekurangan, merasa ingin mendapatkan banyak hal. Tapi ironinya, setiap pertanyaan itu ku ajukan pada diri sendiri "apa yang sebenarnya kau mau?"
Sungguh tidak ada satu jawaban akurat yang bisa aku yakini.
Lalu perasaan kurang apa ini??
Satu dekapan itu habis membuatku tersedu-sedu. Dekapan pada diriku sendiri.
Ternyata, terkadang tak cukup. Kekuatan diri sendiri terkadang tidak cukup. Mungkin itu alasan manusia hidup berdampingan dengan apapun yang ada di sekitarnya.
Sungguh, terkadang aku merasa begitu gelap. Doa- doaku bahkan jadi getaran yang tidak bisa terucap.
Kekuatan.
Aku butuh bantuan.
Aku ingin juga dimaafkan, atas banyak keegoisan dan amarah yang menimbulkan dosa-dosa.
Kekurangan.
Bentuk ketamakan diriku yang belum meresapi arti "bersyukur".
Berkata "bersyukur" belum berarti benar-benar merasakannya.
Aku sedang berupaya. Jika terus tamak dan merasa kurang, kehancuran terasa jelas di depan mata.
"Kamu baik. Kamu orang yang baik."
Perkataan itu membuka kedua mataku dalam posisi tubuh yang masih duduk meringkuk.
"Aku disini Asa. Kamu tidak sendiri."
Benar, jikapun aku merasa sangat sendiri. Ada Tuhan.
Jikapun aku merasa sangat sendirian. Kehadiran seseorang, bisa jadi bantuan dan dukungan.
Tidak apa, menerima kehadiran seseorang bukan berarti lemah.
"Asa..."
Saatnya akupun bergerak menolong diriku sendiri.
"Ayo kembali," itu yang ku dengar darinya.