Koko membuka matanya dengan perlahan dan melihat ruangan bercat putih ,ia menyadari ada selang infus yang menancap di tangannya. Ia bingung kenapa ia bisa disini.
" Ko udah bangun kamu Nak. Mana yang sakit?" tanya Mama Koko sambil khawatir disamping ada juga Papa Koko yang melihat anaknya sadar.
" Iya Ma, kepalaku masih sakit", ucap Koko sambil memegang kepalanya yang diperban.
" Kamu tiduran aja Ko, istirahat dulu yang penting kamu sudah sadar", kata Papa Koko.
" Isma nggak kenapa-napa kan Ma?"
" Jangan khawatir dia enggak kenapa napa, kucingnya juga selamat. Kamu nggak usah khawatir. "
Koko menghembuskan nafas lega, ia menyadari jika baru saja tertabrak mobil yang sedang melintas di depannya, beruntung kecepatan mobil tidak terlalu cepat dan pengendara juga sudah mau bertanggung jawab.
" Kamu enggak apa apa kan kalo kita tinggal dulu. Kalo minta bantuan tinggal pencet bel ini buat manggil suster", kata Mama Koko bersiap untuk pulang sebentar.
" Iya Ma. Nggak apa-apa".
Papa dan Mama Koko bergegas untuk segera pulang karena ingin membereskan rumahnya terlebih dahulu dan ingin mandi. Baru setelah itu mereka akan kembali lagi ke rumah sakit.
Beberapa menit kemudian, ada suara pintu yang terbuka dengan pelan. Ternyata Isma yang ragu-ragu untuk masuk takut menganggu pasien.
" Masuk aja Is, nggak usah ragu".
Akhirnya Isma melangkahkan kakinya untuk mendekati ranjang yang di tempati oleh Koko. Ketika Isma melihat luka yang dialami oleh cowok tersebut, rasa bersalah Isma semakin besar.
" Maaf ya Ko. Gara-gara gue jadi begini. Ini salah gue juga nyebrang nggak liat-liat jalan dulu. Jadinya elo yang kena", ucap Isma sambil menahan air mata.
" Udah enggak apa-apa. Lagipula juga udah kejadian. Lain kali hati-hati ya!"
Isma masih menundukkan kepalanya kemudian mengangguk perlahan. Akhirnya Isma memberanikan diri untuk menyinggung topik yang selama ini ia ingin ketahui.
" Ngomong-ngomong, Maaf juga ya selama ini gue jahat banget sama lo. Maksain elo buat bisa suka sama kucing. Nyatanya elo sendiri ada trauma dengan hewan itu".
Isma berhenti berbicara sebentar lalu menelan ludahnya karena ingin menangis. Lalu ia bersusah payah untuk mengutarakan isi hatinya.
" Ko, kenapa elo bohong saat gue tanya kenapa benci banget sama kucing? "
Koko yang mendengar perkataan dari mulut Isma segera melebarkan matanya, karena ia tidak ingin mengingat kejadian masa lalunya yang pahit. Segera Koko membuang muka dan melihat kearah berlainan. Dia sedang tidak ingin mengungkit masa lalu. Isma yang melihat kelakuan Koko segera mendekati Koko di hadapannya.
" Ko, maaf kalo gue ngungkit masa lalu elo. Tapi kalo gue nggak tau faktanya gue bakal selalu nyalahin elo kenapa gak suka banget sama kucing".
" Dia udah enggak ada Is. Aku juga udah ngelupain kenangan yang dulu".
Dengan langkah berat dan ragu-ragu, Isma memberanikan diri untuk memegang tangan Koko untuk memberinya ketenangan dan kekuatan. Koko yang menyadari akan hal itu segera menoleh ke arah Isma. Dilihatnya Isma yang sedang menangis terisak. Baru kali ini ia menangis di depan orang lain.
" Udah jangan nangis. Aku maafin kamu, Isma ", ucap Koko sambil menyeka air mata gadis itu dengan ibu jarinya.
Isma yang merasakan kejadian itu malah tangisnya tidak mereda. Koko membiarkan gadis itu untuk menangis agar hatinya menjadi lega setelah ini.
Mereka masih berpegangan tangan untuk sekian lama.
" Aku janji nanti kalo sudah sembuh, bakal ngajak main kucing kamu yang lucu itu buat jalan-jalan ke taman", ucap Koko setelah tangis Isma mereda.
" Beneran?" Kamu udah enggak benci lagi sama kucing?"
Koko menggeleng pelan.
" Aku itu juga suka banget sama kucing, cuma aku setelah kejadian masa lalu jadinya aku menghindar sama hewan tersebut. Tapi aku nggak pernah sampe nyakitin. Bukan berarti aku jahat".
Isma yang mendengarnya tersenyum bahagia.
" Apalagi yang namanya Coco. Kamu namain dia pas mikirin aku kan?" goda Koko.
" Ih sok tau. Aku nemuin dia sebelum ketemu sama kamu. Bentar lagi aku ganti deh namanya asal jangan Coco", jawab Isma dengan ketus.
Koko tertawa mendengar jawaban dari gadis tersebut.
" Jangan diganti. Tetap Coco aja biar kamu selalu ingat sama aku, Isma", kata Koko sambil menatap mata Isma. Isma yang mendengarnya menjadi salah tingkah. Dan kemudian dia berbicara lagi.
" Aku enggak pernah ngelupain kamu kok", ucap Isma dengan malu-malu. Isma merasakan pipinya sedang merona kemerahan karena menahan malu.
"Aku tunggu kamu sampai sembuh baru kita bisa jalan lagi ".
" Oke tunggu aku ya Isma!".
Isma menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ia merasa senang karena Koko sudah mau berubah. Gadis itu tidak sabar untuk berjalan bersama Koko dan dua kucingnya. Hati Isma sedang bahagia hari ini. Tak terkecuali Koko juga merasakan kelegaan dalam hatinya yang selama ini ia pendam. Koko akhirnya mau untuk berdamai dengan masa lalu. Dan dia mulai menyukai hewan tersebut. Lalu ia tiba-tiba mempunyai ide yang cemerlang yang membuat Isma sangat senang. Koko tersenyum ketika memikirkan itu.