Saat di sela-sela waktu istirahat, Isma sedang duduk di salah satu sudut di perpustakaan, dia sengaja memilih dekat jendela agar pandangannya lebih leluasa dan tidak merasa jenuh. Hari ini ia sengaja tidak pergi ke kantin seperti biasa karena sedang mencari referensi untuk lomba karya ilmiah yang sedang dikerjakan. Ruangan perpustakaan terlihat sepi, memang tidak semua siswa berminat menghabiskan jan istirahatnya untuk berkunjung ke perpustakaan. Tetapi, Isma senang karena bisa berkonsentrasi tanpa merasa terganggu.
Isma sejak tadi sudah memilih buku apa saja yang ingin dibaca, ternyata banyak juga yang diambil jelas terlihat ada beberapa buku yang menumpuk di mejanya. Ia merasa nyaman saat berada di ruangan tersebut karena beberapa bulan yang lalu, perpustakaan ini mengalami renovasi besar-besaran yang menghasilkan ruangan yang lebih luas dan nyaman, tidak hanya itu koleksi buku-buku yang disediakan makin lengkap. Tujuannya agar semakin menarik minat pembaca siswa di SMA Harapan Jaya, tapi ternyata walaupun sudah diusahakan dari pihak sekolah mengenai perombakan perpustakaan agar terlihat bagus tetap saja siswanya hanya sedikit yang berminat untuk masuk di ruangan ini.
" Lama ya nunggu? " tanya seorang cowok yang sedang berdiri di sampingnya dan meletakkan buku yg ia bawa dan segera duduk di kursi yang disediakan.
" Lumayan. Nih gue udah nyari buku-buku mana aja yang bisa dijadiin referensi buat tugas ini" , ucap Isma sembari menyerahkan bukunya kepada Koko untuk dibaca.
Koko segera membaca dan mempelajari apa yang sudah tertulis di buku tersebut untuk bisa dijadikan acuan saat mengerjakan karya ilmiah nantinya.
" Bagus, kita ambil yang buku ini aja ya. Kurasa lebih cocok dengan penelitian kita selama ini", kata Koko sambil membolak-balikkan halaman.
" Oke, kita tinggal ngerjain tujuan penelitian dan pembahasannya aja. Gue rasa masih cukup kok waktu kita. Apalagi untuk memahami isi keseluruhan karya ilmiah ini".
Koko hanya mengangguk untuk mengiyakan perkataan dari Isma.
" Untuk bab latar belakang masalah apa masih ada yang kurang menurutmu Ko? " lanjut Isma.
" Untuk bab itu sudah pas kok nggak perlu ditambahin apa-apa. Tinggal aku aja yang menjelaskan secara detail nanti saat presentasi".
" Oke kalau begitu. Kita tinggal nyelesaiin yang ini saja ya", ucap Isma sambil menunjuk kertas di depan Koko dan sedikit mencodongkan tubuhnya mendekati cowok tersebut.
Saat Isma sadar bahwa ia sedang terlalu dekat dengannya, ia segera menarik tubuhnya untuk menjauh takut salah tingkah. Akhirnya, ia sibuk untuk menulis idenya di buku tulis. Koko masih membaca buku yang dipegangnya saat ini. Suasana kembali hening karena mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing. Hingga saat Isma sudah menuliskan idenya, ia kembali bertanya kepada Koko.
" Ko, gue udah dapat ide nih. Gue baca ya untuk bab pembahasannya yaitu sampah yang banyak dihasilkan oleh masyarakat sebenarnya masih bisa digunakan agar tidak terlalu banyak menumpuk. Pemanfaatan kembali sampah pada dasarnya tidak memerlukan waktu lama. Yang terpenting adalah kreatifitas dan ketekunan. Nah bagaimana, mau nambahin nggak, gue ngerasa masih kurang banget tuh untuk dijadiin sebuah karya", kata Isma setelah mengemukakan idenya.
" Gimana kalo kata-kata yang kamu buat tadi aku tambahin jadi begini, Untuk sampah organik bisa diolah kembali menjadi pupuk. Sedangkan sampah kertas bisa didaur ulang dan dijadikan kertas lagi.Untuk sampah plastik dan kaleng bisa dimanfaatkan untuk dijadikan berbagai wadah, tergantung ukuran. Kesemua pemanfaatan sampah tersebut tergolong ke dalam reuse atau pemanfaatan kembali. Nah tuh udah bisa dirangkai menjadi sebuah kalimat yang pas untuk bisa menjelaskan gagasan tersebut".
Isma yang sejak tadi mencatat dengan pulpennya apa yang dikatakan oleh Koko tadi pun mengangguk setuju tentang isi kalimat yang cocok dengan judul penelitiannya.
" Bagus. Berarti kita tinggal ngerjain bab buat kesimpulannya ya. Terus setelah kita ketik, nanti kita masih ada waktu banyak untuk mempelajari isi dari karya ilmiah ini biar matang", ucap Isma sambil tersenyum puas atas hasil kerja kerasnya mengerjakan karya ilmiah ini. Ia tidak sabar ingin segera melompat ke hari dimana lomba karya ilmiah dimulai. Sejak dulu Isma memang sudah mengikuti lomba seperti ini untuk mewakilkan sekolahnya. Namun sayang dia belum pernah keluar sebagai juara. Ia sadar jika banyak sekali saingan dari luar sekolah yang hebat. Padahal, Isma sendiri juga sudah belajar dengan sungguh atas karyanya yang telah ia buat. Ia ingin sekali merasakan juara dan bisa mengharumkan nama sekolahnya.
"Eh bentar lagi bel masuk bunyi lho. Nggak siap-siap buat ke kelas?" tanya Isma sambil siap -siap merapikan peralatannya untuk pergi meninggalkan kursinya.
" Nggak, kamu duluan aja aku masih disini", ucap Koko yang memang masih belum beranjak dari tempatnya.
" Oke, gue duluan ya Ko", pamit Isma sambil meninggalkan Koko yang sedang duduk sendirian.
Koko masih sibuk dengan pikirannya sambil pandangannya menatap ke depan jendela, terlihat sebagian siswa yang sedang berada di lapangan entah untuk bermain sepak bola, hanya sekadar berjalan, atau sedang melihat suasana di lapangan. Tapi pikiran Koko sebenarnya bukan disana tetapi menjauh ke masa lalu saat masih duduk di bangku kelas satu SMA. Kejadian yang dialami Koko saat itu tidak bisa menghapus kenangannya. Ia merasa tidak bisa melindungi orang yang dicintainya tersebut. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa diubah bagaimana pun caranya.
Bel yang berbunyi segera mengagetkan Koko dan tesadar dari lamunannya. Ia segera membereskan buku-buku yang berserakan untuk dikembalikan ke tempat semula. Sementara itu di ambang pintu perpustakaan, Isma terlihat memerhatikan Koko dari jauh. Saat Isma ingin menuju ke kelas ia segera menyadari jika pulpennya masih tertinggal di perpustakaan, segera ia balik untuk kembali lagi. Saat sampai di pintu perpustakaan, ia melihat Koko yang sedang duduk sendirian sambil melamun. Isma penasaran apa yang dipikirkannya saat itu. Jadi ia memutuskan untuk melihat Koko dari jauh. Dan ketika bel berbunyi, ia segera kembali lagi ke kelas takut ketahuan oleh Koko, ia sudah melupakan masalah pulpennya yang tertinggal.
Beruntung Isma sudah sampai di kelas dan cepat-cepat mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya. Tidak lama kemudian, Koko juga sudah kembali dari perpustakaan, tapi untuk saat ini tampang Koko sedang terlihat lesu. Padahal saat ia berdiskusi tadi, Koko masih terlihat baik, tapi saat ini kenapa jadi terlihat tidak baik-baik saja. Isma bingung dengan perubahan yang terjadi kepada Koko.
Sedangkan Koko yang sudah sekembalinya dari perpustakaan, ia merasa diperhatikan saat masuk kelas. Karena Isma sedang melihatnya dengan tatapan heran. Mungkin gadis itu menyadari jika saat ini sedang tidak baik-baik saja mengingat percakapan beberapa hari lalu dengan Isma yang menanyai perihal benci dengan kucing dan merambat menguak kembali kenangan setahun yang lalu.