Hari dimulai lagi. Saatnya berangkat ke sekolah, Koko segera menuju ke ruang guru dimana mereka akan bertemu dengan guru Biologi mereka. Suasana di ruangan tersebut, masih sepi. Beberapa guru sudah ada yang datang dan menempati meja guru masing-masing. Koko celingukan untuk menemukan Bu Ina. Akhirnya ada yang menanggil dia dari arah depan.
" Koko, kemari duduk sini", panggil Bu Ina sambil memegang buku Biologi.
Koko segera menghampiri beliau, dan segera duduk di kursi berhadapan dengan gurunya.
" Kita tunggu Isma dulu ya, baru kita bahas tentang lomba karya ilmiah".
Koko mengiyakan sambil menganggukan kepalanya. Bu Ina melanjutkan pekerjaannya dengan mengoreksi hasil ulangan siswa di kelas lain. Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, Isma sedang melongok ke ruang guru untuk mencari gurunya.
" Isma, masuk sini nak!" ucap Bu Ina.
Isma segera menghampiri mereka dan langsung duduk bersebelahan dengan Koko. Isma sedang tidak ingin berbasa-basi hari ini. Ia ingin langsung ke inti persoalan dan ingin cepat-cepat menjauh dari cowok tersebut. Koko sempat melirik Isma, tetapi yang dilirik tetap bergeming dan pandangan lurus ke depan menatap gurunya.
" Karena sudah datang semua, langsung dimulai saja ya diskusi kita. Nah, kalian kan udah saya pilih untuk mewakili sekolah dalam karya ilmiah. Saya mau kalian kompak untuk bekerja sama di dalam lomba ini. Untuk tema yang diusung bebas asal kalian bisa menjelaskan di depan para juri dengan jelas dan selalu menjawab pertanyaan yang diajukan. Mengerti?" jelas Bu Ina dengan panjang lebar.
Keduanya pun mengangguk.
Bu Ina melanjutkan untuk memberi penjelasan.
" Ibu harap kalian menampilkan karya kalian dengan baik, jangan mengecewakan saya apalagi nama sekolah ini. Itu harapan saya. Baik. Sekarang kalian bisa menuju ke kelas kalian", kata Bu Ina mengakhiri.
Koko segera beranjak dan pergi meninggalkan ruangan guru dengan mencangklong tas punggungnya.
Isma masih bergeming di tempat duduknya. Bu Ina segera menyadari muridnya yang tidak segera beranjak dari mejanya.
" Isma kamu tidak ke kelas nak?"
Isma dengan ragu-ragu pun menjawab perkataan dari gurunya yang sedang berkemas untuk segera masuk ke kelas yang akan diajarnya.
" Mmm, masalah lomba tersebut, apa tidak boleh mengganti pasangan ya Bu?"
" Isma kan saya sudah bilang. Keputusan untuk anggota kelompok sudah tidak bisa diganggu gugat lagi, apalagi nama kalian sudah didaftarkan oleh kepala sekolah dengan pihak penyelenggara lomba itu. Jadi nggak bisa seenaknya untuk ganti pasangan. Kamu kenapa? Nggak suka dipasangkan dengan Koko? Padahal tugas kelompok kamu tempo hari bagus kok".
" Nggak kok Bu. Ya cuma bosen aja kalo dipasangin sama Koko terus, kan masih ada siswa yang pintar di bidang ini", lanjut Isma.
" Si Adi saat ini sedang sibuk untuk program pertukaran pelajarnya ke Jepang, terus Vira juga masih sibuk dengan lomba Bahasa Inggrisnya, jadi saya sudah tidak ada lagi siswa yang berbakat di bidang ini. Makanya saya menunjuk kalian untuk mewakili event ini. Kamu bisa mengerti kan?".
Isma yang mendengar penjelasan dari gurunya hanya mengangguk pasrah. Sia-sia saja dia akan menolak untuk ikut lomba ini. Di satu sisi, ia akan mengecewakan guru Biologinya yang selama ini selalu mengandalkannya dan selain itu kalo ia bertindak egois, bisa-bisa sekolahnya mendapat teguran dari pengawas sekolah. Isma harus menghapus keegoisannya. Sebagai gantinya ia akan bekerja sama dengan Koko si pembenci kucing tersebut.
Isma segera pamit untuk pergi dari ruangan tersebut dan menuju ke kelas, sedangkan Koko juga segera menjauh dari tempat itu. Ternyata dari tadi Koko menguping pembicaraan mereka berdua di depan ruang guru. Ia ingin tahu apa yang disampaikan oleh Isma tentangnya, kenapa Isma begitu menjauh dari dirinya. Koko segera berjalan menuju ke kelas, tidak ingin ketahuan bila ia sedang menguping pembicaraan mereka. Setelah melewati koridor yang agak panjang, akhirnya Koko sampai juga di ruang kelasnya. Dengan nafas yang terengah-engah, ia segera duduk di bangkunya. Roni yang mengetahui kelakuan temannya pun penasaran.
" Eh kenapa lo kok kayaknya habis lari gitu. Habis dikejar anjing?" tanya Roni sambil tertawa terbahak-bahak.
" Aku kira tadi sudah bel masuk, jadinya aku lari ke ruang kelas ini", jawab Koko sambil mengatur nafasnya setelah setengah berlari agar tidak ketahuan Isma. Ia juga tidak ingin membicarakan persoalan ini kepada teman sebangkunya. Untungnya Roni hanya mengangguk setelah mendapat jawaban darinya.
Tak selang berapa lama, Isma juga baru sampai di kelasnya. Ia segera duduk dan juga mendapat pertanyaan dari Nina.
" Tumben banget sih baru sampai, gue tadi liat Koko juga baru sampai", tanya Nina sambil menoleh ke arah temannya.
" Hah Koko baru sampai?" tanya Isma balik.
" Iya gue tadi ngeliat Koko kayak tergesa-gesa gitu masuk kelasnya, nggak tau deh kenapa. Tumben banget sih kalian agak siangan kalo berangkat. Barengan?"
" Ngawur, nggak lah. Masa iya gue barengan sama Koko. Lagian ya gue sama dia tadi masih menemui Bu Ina dulu di ruang guruguru buat ngebahas rencana lomba karya ilmiah yang diadakan nantinya. Ya makanya aku baru nyampe ke kelas ini".
Nina yang mendengar perkataan dari teman sebangkunya hanya menganggukan kepala. Isma yang mendengar pertanyaan Nina tadi merasa heran, ia beranggapan jika Koko seharusnya sudah sampai di kelasnya duluan. Lalu setelah apa yang dikatakan Nina tadi, ia merasa janggal kenapa pula cowok tersebut terlihat tergesa-gesa saat masuk ke kelas seperti yang dijelaskan Nina tadi. Isma berpikir, jangan-jangan Koko masih belum masuk ke kelas, jadi ia masih berdiri di depan ruang guru. Apalagi ia juga menguping pembicaraan ia dengan Bu Ina beberapa menit yang lalu. Isma berharap agar itu jangan sampai terjadi, tetapi apa yang baru didengarnya tadi tentang perlakuan Koko, ia semakin yakin jika Koko sudah mendengarkan percakapannya dengan guru Biologinya. Isma merituki di dalam hati. Tetapi di sisi lain ia juga menyalahkan cowok tersebut, kenapa pula ia juga penasaran dengan percakapannya, itu juga privasi Isma selama ini.
Suasana kelas saat itu sedang ramai. Anak-anak sibuk dengan kegiatannya sebelum bel sekolah dimulai. Tapi tidak dengan Isma dan Koko yang masih sibuk dengan pikirannya masing-masing. Isma bertekad untuk menyampingkan keegoisan selama ini. Ia ingin mengenal lebih dekat dengan Koko. Isma ingin membuktikan bahwa ia masih menjadi siswa kesayangan selama ini dan bisa membawa nama baik sekolahnya. Mulai detik ini, Isma berjanji untuk tidak selalu uring-uringan jika bertemu dengan Koko. Isma segera memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran yang akan dimulai.